Bab 05
Kehilangan Seluruh Jiwa***
"Malaikatku langsung pulang?"
Angel terkekeh kecil, satu-satunya orang yang memanggilnya dengan panggilan malaikat hanyalah Lucas, "Iya. Kak Rara ada di rumah soalnya, Lucas."
"Rara?" ulang ketua kelas XII IPA 1 itu saat mendengar nama asing di telinganya. Mereka mengabaikan beberapa siswa yang melihat interaksi keduanya.
Johan yang dipindahkan duduk dengan Angel langsung menyela, "Saudaranya dia. Gue mau mulangin anak gadis dulu, ntar dicariin." Tanpa mendengar balasan dari bibir pemimpin kelas itu, Johan menarik lengan sahabatnya untuk pulang. Angel yang ditarikpun tidak mengomentari apapun, dibawa masuk ke mobil putih Avanza.
Ntah ada angin apa yang menerpa sosok yang dipanggil Sasa oleh Angel ini sampai rela membawa mobil untuk ke sekolah. Gadis itu pernah meminta Johan membawa mobil saja, tidak butuh pemikiran panjang, dia langsung menolak mentah-mentah.
"Lagi pengen doang. Papa juga nggak ada di rumah, ada perjalanan bisnis pakai pesawat. Jadi, mobil ditinggal, ya kupakai."
Begitu jawaban Johan di pagi hari Angel menanyakan keberadaan mobil di depan pagar rumahnya.
"Langsung pulang apa duduk dulu di cafe kemarin?" tanya pemuda tersebut yang sudah berada di belakang kemudi, menyalakan mesin dan memasangkan seat belt.
"Pulang. Kak Rara kan ada di rumah, ntar aku minta jajan sama dia," jawab Angel yang mulai berubah menjadi pias dan terlihat tidak ingin diganggu.
Johan mengangguk, menyetel lagu pengiring film yang sedang membludak berbahasa internasional. Sempat melirik sejenak ke arah Angel yang tampaknya mengabaikan lagu yang di putar. Perlahan kuda besi itu mulai berjalan keluar dari area sekolah.
"Into the unknown~ Into the unknown~ Into the known oh oh oh~"
Abaikan suara cempreng sang anggota Jurnalistik untuk memecah keheningan tak berujung ini.
***
Angel keluar dari mobil berniat untuk membuka pagar rumahnya, sang supir ingin berkunjung ke rumah katanya. Padahal, dia bisa memarkirkan kendaraan empat roda itu di rumahnya sendiri dan menyebrang ke sini. Setelah itu langsung memasuki kawasan rumahnya dan Johan juga ikut masuk.
"Angie?"
Gadis itu langsung menoleh ke sumber suara dari daun pintu, senyumnya terbingkai, dan langsung menghambur masuk ke pelukan pria jangkung dengan pakaian rumahan--kaus oblong dan boxer--mengabaikan kalau kaum adam itu nyaris terjungkal ke belakang. "Kak Rara!" pekiknya sambil mengencangkan pelukannya.
"Aduh! Sakit!" adunya yang melepaskan pelukan tersebut ketika dahinya tersentil kuat, alis matanya menukik tajam tidak terima dengan perlakuan yang didapatnya.
Berbeda dengan pelaku tersangka yang melipat tangannya di depan dada, "Kenapa harus nama panggilan itu, sih?"
"Yo, Bang!" panggil Johan yang datang menimbrung setelah mobilnya terparkir di depan rumah. Pikirannya menangkap kalau ada yang tidak beres dengan dua bersaudara ini. Namun, memutuskan untuk tetap diam.
"Ya, kan, bagus. Kak Rara. Omong-omong, Kakak juga manggilnya tetap Angie, nama Adek Angel tahu," balas gadis tersebut yang mengomel dengan mata yang tajam. Sayangnya tidak mempan menghadiahkan cubitan gemas di pipinya.
"Ya, sama. Nama Kakak juga Arvin Irawan Prananda. Kenapa manggilnya terus Rara? Jatuhnya nama cewe, Dek."
Johan membulatkan bibirnya tanpa suara dan menganggukkan kepalanya, dia sudah paham situasi yang tengah terjadi tanpa bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Lost Her Smile ✔
Teen FictionPepatah mengatakan seseorang yang paling ceria, ternyata dia menyembunyikan rasa paling sakit diam-diam. Angel Joanne Anandra, si gadis yang bermimpi menjadi neurologist memilih ikut dalam organisasi PMR, berkomitmen untuk mengemban tugas sampai ha...