Chapter 37
15 Menit Sebelumnya* * *
“Jaga bicara Anda, saya masih bersikap baik-baik. Jangan sampai masalah seperti ini saya laporkan kepada pihak sekolah untuk dibicarakan dengan keluarga Anda,” celetuk Arvin yang berkilat marah. Angel langsung menahannya dan menggeleng melarang kakak sulungnya berbuat apapun.
Gadis itu beruntung kalau hanya ada Arvin di Indonesia, kalau ada Aswin sekarang mungkin dia sudah kewalahan. Karena, kakak keduanya itu lebih suka menggunakan aksi daripada perkataan.
Jovanka menepuk pundak sepupunya itu, “Lo bawa Adek dari sini. Biar gue sama Ziel yang ngomong sama monyet satu ini.” Langsung perkataannya dituruti oleh Arvin yang membuat celah supaya adiknya itu bisa keluar dari kerumunan.
Setelah merasa adik sepupunya itu tidak lagi berada di sekitarnya, dia berjalan mendekat kearah Isha, hentakan heels-nya terdengar berirama sekaligus menakutkan. “Saya yakin, Anda yang bernama Isha Zilian Pratama. Benar, kan?” tanya Jovanka yang berusaha baik-baik.
“Heum, ya. Nggak perlu basa-basi, deh. Lama banget, lo juga termasuk korban si munafik, ya?” tanya Isha yang nyaris mendapatkan tamparan keras dari Jovanka. Gadis itu memejamkan matanya takut. Namun, ketika dia sadar kalau tidak ada suara apapun, gadis itu membuka matanya.
Hatinya mencelos malu ketika Jovanka ternyata hanya mocking. Dia melihat beberapa di belakang menertawakannya.
“Sayang, sih, usia masih muda tapi digunakan untuk menindas orang. Saya beritahu sesuatu, kalau Anda tidak mau ditampar keras oleh tangan saya, jangan berani untuk menganggu kehidupan adik sepupu saya lagi. Kalau terjadi lagi, saya tidak akan segan-segan melakukannya pada Anda,” kata Jovanka dengan nada rendah. Pakaiannya yang semi kasual, kaus putih dengan jas formal hitam dipadukan dengan celana kain warna senda.
“Sebelum itu juga, saya ingin menyampaikan alangkah baiknya sebelum menjatuhkan seseorang, pastikan bahannya sudah terverifikasi. Cowo yang kata Anda korban dari adik sepupu saya itu tadi adalah kakak laki-laki kandungnya, sepupu saya dan dia di belakang saya adalah adik saya yang berarti kakak sepupu yang Anda katakan si munafik tadi.”
Isha langsung membantah, "Nggak mungkin. Dia nggak ada saudara selama ini."
"Memangnya Anda pernah ke rumah dia?" tanya Jovanka yang membalas bantahan gadis tersebut.
"Pernah."
"Bohong, dia nggak pernah bawa Anda ke rumahnya sekalipun. Tante saya hanya mengenal Johan selama ini. Dia tidak pernah mengatakannya karena tidak menyukai untuk mengumbar tentang keluarganya," kata yang lebih tua langsung membalas dengan segudang fakta.
"Laki-laki yang Anda bilang kabur setelah mengetahui kebusukannya itu adalah kakak keduanya. Adik sepupu saya yang Anda bilang cewe murahan berasal dari keluarga yang memiliki pendidikan yang bagus, latar belakang yang baik. Keluarganya harmonis."
"Sempat saja saya tahu lagi Anda berani kembali mengusiknya, saya peringati ... mundur sebelum Anda yang terluka. Saya rasa Anda pasti pernah mendengar alumni sekolah ini melawan enam preman sekolah, bukan?" tanya Jovanka yang tersenyum menyeringai ketika melihat Isha terlihat ketakutan serta terkejut.
Berita yang tersebar turun-menurun itu ... adalah wanita muda ini?
Dokter muda itu merapikan jasnya. Lalu, mengambil tas sekolah kedua anak muda yang tidak ada di sana, "Saya pamit undur diri. Kalian semua yang di sini, saya minta kerja samanya untuk tidak meng-upload foto apapun di media sosial, semuanya sudah selesai. Ayo, Dek."
Aziel mengangguk, "Kak, katanya mereka menunggu di mobilnya Bang Arvin. Semuanya sudah ada di sana." Dia berbisik pelan supaya tidak terdengar oleh siapapun selain kakak kandungnya. Lalu, mereka membebaskan diri dari kerumunan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Lost Her Smile ✔
Teen FictionPepatah mengatakan seseorang yang paling ceria, ternyata dia menyembunyikan rasa paling sakit diam-diam. Angel Joanne Anandra, si gadis yang bermimpi menjadi neurologist memilih ikut dalam organisasi PMR, berkomitmen untuk mengemban tugas sampai ha...