🌫 Bukan Perpisahan Terakhir

6 1 0
                                    

Chapter 40
Bukan Perpisahan Terakhir

* * *

Zyan menata koper terakhir di tangan Angel ke dalam bagasi mobilnya. "Sungguh, Gel. Ini terakhir kalinya, kamu tidak perlu aku ikut ke sana? Barangnya banyak gini, Yang," katanya yang menarik mundur gadis tersebut untuk menutup bagasinya.

"Nggak perlu, Zyan. Ada Kak Win, kok. Ini juga nanti nginap di rumah punya Om Ben," katanya yang berusaha memberikan pengertian kepada pemuda tersebut. "Lagipula, kamu kan lagi kerja, belum setahun mau liburan. Memangnya tidak potong gaji," sambungnya lagi.

"Kan perusahaan Papa itu, yang. Nggak masalah sih," ujar Zyan yang mengaduh ketika Angel mencubit lengannya.

"Justru itu, kamu pewaris perusahaan malah nggak bisa profesional. Bagaimana bisa ambil kepercayaan pekerjamu nanti? Lalu, jejeran direksi nggak bakalan senang."

"Iya, deh," jawab Zyan yang terkesan cemberut dan merajuk.

Angel melirik ke arah kakak laki-lakinya itu, lalu mengangguk ketika Aswin duluan masuk ke dalam mobil. Dia mengambil kedua tangan laki-laki di depannya itu dan melihat raut Zyan yang terlihat sedih.

"Aku tahu kamu cemas aku bakalan sendirian, kan, di sana? Aku ke sana barengan sama Kak Win, ada dia yang ngejagain aku. Setelah itu, Mama bakalan sering jenguk aku, kok. Aku bakalan kirim kabarku di sana ke kamu. Gimana?"

"Jangan ngambek, Zyan. Kamu kalau mau datang, juga bisa. Sekalian sama Johan sama lainnya juga."

Karena tidak mau menghalangi perjalanan Angel tersebut untuk masa depannya yang sudah direncanakan, laki-laki itu mengangguk dan mengarahkannya untuk duduk di mobil untuk tidak ketinggalan pesawat. "Semuanya okay? Ada yang ketinggalan lagi, nggak?" tanya Zyan untuk terakhir kalinya, maniknya menyortir dari kaca yang ditempatkan di tengah untuk melihat reaksi si kakak dari doinya.

"Nggak ada lagi. Ayo, jalan. Takut macet," ujar Angel yang duduk di samping kemudi.

Lalu, laki-laki yang berperan sebagai supir dadakan itu mengangguk dan memulai perjalanan mereka ke bandara.

* * *

Sungguh, kalau diperbolehkan bagi seorang Zyan Dhanesa untuk bercerita tentang kehidupannya. Dia akan mengatakan kalau dia masih tidak percaya apa yang sedang dialami sekarang ini. Dimulai dari zaman masa orientasi sekolah, dia tahu Angel karena pernah satu kelompok dengannya. OSIS saat itu mengacak semua kelas baik itu IPA dan IPS untuk bermain. Namun, dia tidak mengira kalau setahun kemudian, dia akan merasakan yang tidak pernah terpikirkan olehnya selama ini.

Tepatnya dua bulan setelah semester pertama di kelas sebelasnya itu dimulai, dia melihat Angel mondar-mandir di belakang barisan siswa dan memeriksa semuanya dengan cekatan dan tidak terlihat sama sekali seperti beban yang berat.

"Ren, bisa tolong papah dia ke UKS, bilang ke Kak Lisa kalau sepertinya dia asam lambungnya naik."

"Mau aku bantuin ke UKS? Kau dari tadi terlihat mengantuk dan akan kehilangan kesadaran."

"Kau melukai sikumu? Sebentar, aku ada obat merah dan hansaplast, biarkan aku mengobatinya di sini. Kau tidak merasa mengantuk atau lemas, kan? Apa kau juga sudah sarapan?"

"Heum? Jatuh dari toilet? Di mana orangnya? Jangan digeser dulu, aku ikut ke sana."

Zyan yang berdiri di belakang barisan itu melihat gadis tersebut berlalu lalang bagaikan setrika panas dengan baju kusut yang hendak digosok rapi. Semua gerak-geriknya berhasil menyita perhatiannya, seluruhnya. Kalau Zyan tidak salah, mungkin sejak saat itu dia menjadi lebih suka ke UKS untuk menjahili Angel sebagai salah satu bentuk pendekatan. Dan, tujuannya baru-baru ini ketahuan oleh sekitar temannya.

Angel Lost Her Smile ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang