🌫 Semuanya Usai

7 1 0
                                    

Chapter 36
Semuanya Usai

* * *

Angel tergelak terkejut, matanya melihat ke arah Isha yang datangnya sendirian. Kapan berita itu muncul? batinnya kebingungan.

"Lemah, gitu doang lo harus ke dokter jiwa? Lo memang wow banget, ya? Bair apa ke sana? Biar Johan sama Zyan bakalan perhatian ke lo, terus baik-baikin lo gitu?" kata Isha dengan remeh dan nadanya yang rendah.

Belum sempat Angel menjelaskan kesalahpahaman itu, gadis itu kembali menyambungkan kalimatnya yang menyulut api, "Denger, deh. Lo tuh cewe murahan, sudah berapa banyak cowo yang lo deketin? Nggak malu? Gue yang cewe malu lihat kelakuan lo. Kek haus perhatian banget, nggak ada Bapak di rumah atau gimana?"

Angel langsung menatap nyalang gadis di depannya.

"Apa?" Isha mendongak wajahnya sombong.

Angel bersuara dengan nada rendah, sepasang matanya berkilat marah, “Apa yang lo bilang barusan?”

Gadis tunggal di keluarganya itu terkejut ketika mendengar suara itu. Namun, segera dia mengumpulkan kembali kesadarannya. “Memang benar, kan? Sosok Ayah yang lo bilang itu … selalu keluar negri. Ya ampun, beneran dinas atau gimana, tuh. Sekeluarga nggak ada yang benar, ya,” kata Isha yang membuat Angel naik pitam.

“Jaga ucapan lo, Isha Zilian Pratama. Jangan sampai mulut lo, gue robek.” Gadis itu memperingatinya dengan serius.

Gadis yang pernah dekat temanan dengan Angel itu mengepal tangannya erat, “Berani-beraninya lo.”

Tangannya melayang ke udara menargetkan pipi kanan kesayangan Arvin. Dengan cepat, Angel menahan tamparan tersebut dan menghempaskannya ke udara. Dadanya kembang kempis menahan emosi yang memang sudah akan menunggu waktu untuk dikeluarkan.

Telunjuknya mengacung tinggi di depan wajah Isha, Angel berkata penuh emosi dalam giginya yang gemerletuk, “Jaga bicara lo. Gue nggak pernah ngejelekin lo dan keluarga lo yang termasuk nyaris diambang broken home. Gue jaga yang menurut aku pantas untuk dijaga, gue ngehargain lo sebagai teman sekelas gue. Even lo sendiri berlaku kek gini. Kalau gue ada salah sama lo, gue minta maaf sebesar mungkin. Tapi, lo nggak perlu ngejelekin orang tua gue kek gitu.”

“Aku ke psikiater, karena memang gue perlu untuk ke sana. Awalnya, gue merasa ada yang salah dari gue maka dari itu lo yang menjauh. Namun, makin ke sini, lo makin bersikap kurang ajar. Gue tahan semuanya karena gue rasa memang lebih baik tidak perlu dibawa terlalu larut,” sambungnya lagi.

Suara keduanya yang melengking membuat beberapa orang yang masih berdiri di lapangan dan sekitarnya memberikan atensi. Tidak sedikit pula yang memberanikan diri untuk memijak lantai kantin dan mengelilingi mereka.

“Alasannya sudah jelas, anak mami. Lo itu terlalu munafik,” sambar Isha yang berusaha mengabaikan pernyataan Angel tentang keluarganya.

“Aku nggak munafik,” tegas Angel yang memburu napas.

Dia hanya terlalu banyak menahan semua anak panah yang berhambur kearahnya. Isha baru saja akan membalas. Namun, terdengar suara dengungan dari sound system yang terpasang di kantin dan beberapa tempat lainnya seperti, area perpustakaan, lorong sekolah.

“Tes, tes.”

Angel mengerutkan dahinya, apakah ada pemberitahuan penting? Namun, itu terdengar seperti suara Zyan yang merupakan anggota klub basket yang tentu saja tidak mungkin bisa sampai ke tempat broadcasting system.

Angel Lost Her Smile ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang