🌫 Lembaran Baru yang Tidak Diinginkan

6 1 0
                                    

Chapter 18
Lembaran Baru yang Tidak Diinginkan

* * *

Senin, Maret 2020
Jakarta, Indonesia

"Papa, Adek pamit ke sekolah," ucap gadis yang telah selesai acara sarapannya bersuara agak lemas.

"Dek, Adek nggak tidur semalam?" tanya kepala keluarga Anandra yang meletakkan cangkir kopinya kembali ke tempat semula. Tablet yang menampilkan deretan berita tidak berhasil menyita perhatiannya.

Angel tersenyum tipis, "Tidur, Pa. Mungkin nggak cukup tidurnya." Perempuan itu merasa dia semakin lama semakin pintar berdusta. Siapa yang bisa tidur dengan otaknya yang memaksa bekerja berlebihan. Dari yang hujan lebat sampai hanya menyisakan aroma petrichor yang semakin lama menghilang.

Dari yang lelah ingin tidur. Namun, seakan tidak bisa diajak kompromi untuk menutup mata.

"Ya sudah, setelah pulang sekolah langsung tidur, ya. Papa memang senang Adek belajar dengan giat dan ikut organisasi, tapi Papa nggak suka Adek kurang tidur," tutur Liam selembut mungkin. "sama kalau Abang dan Kakak juga begitu, Papa mau kalian menjaga kesehatan. Apalagi Adek mau jadi dokter, kan? Kalau mudah terserang penyakit, Adek mau bagaimana ngejagain calon pasiennya?"

Semua perkataan sang ayah menusuk ke relung hatinya dengan sempurna. "Iya, Pa. Adek duluan, ya. Sudah hampir telat."

"Eh? Tumben nggak kedengaran suara Johan, dia kemana, Dek?"

"Ada piket, Ma. Jadi, lebih cepat."

Setelah pamit dengan nada lesu yang sebaik mungkin ditingkatkan supaya terlihat baik-baik saja, gadis itu keluar dari rumahnya dan berjalan kaki keluar ke halte bus terdekat.

Sesuai keinginannya, Johan tidak menunggunya pagi ini. Tidak mungkin pemuda itu masih berada di perumahan ini. Jelas sudah di perjalanan ke sekolah. Kalau mau dikatakan, dia tidak ingin seperti ini. Kalau boleh jujur, dia tidak menyimpan perasaan apapun terhadap Johan.

Namun, kebersamaan mereka selama ini tidak bisa diabaikan selama dia beranjak menjadi sekarang.

Dan, tanpa dia duga, Johan mengekori dari belakang, terus mempertahankan jarak tiga meter setelah Angel keluar dari rumah. Kali ini dia juga ikut berjalan kaki.

Kau bisa mencariku kapanpun kau mau, Gel. Kalau tidak, kau bisa mencari si pecundang satu itu, batin Johan yang terus mengawasi dari belakang. Gadis itu tidak pintar menyeberang dan harus memaksa diri untuk menyeberang supaya mendapatkan transportasi.

Jangan ditanya seberapa gemas Johan ingin membantunya menyeberang sekarang juga.

"Lo jagain Angie selama gue nggak bisa jagain dia."

Begitu pesan Arvin yang masih diingatnya sampai sekarang. Ketika Angel berhasil masuk ke dalam transportasi itu, dia ikut masuk dari belakang dan sebisa mungkin tidak menimbulkan kecurigaan dari Angel.

* * *

Ada yang bilang sesuatu yang disukai bisa saja menjadi hambar suatu saat yang tidak terduga. Angel tidak tahu di mana mendengarnya. Namun, dia menjadi mengerti kalimat tersebut sekarang. Sudah menjadi rahasia umum kalau Angel Joanne Anandra dengan kecintaannya terhadap dunia medis dimulai dari PMR sejak dia beranjak remaja.

Dari tahun ke tahun,semuanya terasa sangat membahagiakan. Hidupnya bisa dikatakan sempurna.

Namun, untuk pertama kalinya, Angel merasa jenuh dan hambar ketika membuat laporan kas masuk dan kas keluar PMR sekarang ini. Ia ikut mengecek ulang persediaan yang tersedia dari hasil laporan tim persediaan dan perlengkapan.

Angel Lost Her Smile ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang