🌫 Kegiatan Terakhir Malaikat

1 0 0
                                    

Chapter 29
Kegiatan Terakhir Malaikat

* * *

"Kak, janji, ya? Nanti balik lagi," kata Lucy yang menggenggam jari kelingking kanan gadis tersebut kembali di kamar pasien anak-anak.

"Iya, Kakak. Janji. Sekarang kamu harus tidur supaya tidak dimarahi sama suster," balas Angel yang membantu merapikan bangsal tersebut dan menarik selimut tebal tersebut.

Setelah memastikan, pasien anak itu dengan pasien yang lainnya sudah tidur. Dia berjalan ke pintu ruangan untuk mematikan saklar lampu sekaligus keluar dari sana. Karena, shift-nya sudah akan hampir berakhir sebentar lagi. Jadi, dia harus melapor kembali.

Namun, matanya menyipit ketika melihat seseorang di ujung koridor yang mulai sepi ini melambaikan tangannya ke atas dengan semangat dengan balutan baju pasien orang dewasa.

"Halo, Angel!"

Dengan segera dia berlari dengan sandal nyaman untuk bergerak, dia langsung menarik lengan sosok tersebut yang bebas dari selang infus. "Ayo, cepat. Kau bisa lari, kan?" katanya yang melirik ke belakang untuk memastikan keadaan aman untuk masuk ke dalam lift.

"Lantai berapa kamarmu?" tanyanya yang tersirat nada cemas.

"Eum? Tiga."

Jawaban itu membuatnya langsung menekan angka tiga dan menutup lift tersebut sesegera mungkin. Dia tidak ingin bersuara di sini. Meskipun, dia tahu laki-laki yang bersamanya ini ingin menanyakan sesuatu. Dia hanya bertanya tentang nomor kamar saja.

Karena itu lebih diperlukan dari apapun sekarang.

Dia mengajak laki-laki itu untuk keluar dari lift dan mengantarnya sampai ke dalam kamar. Dengan terampil, dia membawa pasien tersebut untuk berbarin kembali di bangsalnya.

"Kau ini," kata Angel yang menahan amarahnya. Dia melihat ada tiga bangsal yang tersisa dengan satu dari mereka terlihat ditempati oleh seseorang, namun untuk sekarang ini terlihat kosong.

"Bagaimana kalau tadi ketahuan oleh suster? Kau bisa dimarahi oleh mereka tahu. Astaga, kau ini sama seperti anak-anak di lantai dua," omel Angel dengan nada bisikan kesal. Dia masih takut-takut kalau seseorang akan datang ke sini. 

"Dan juga, kenapa kau bisa sampai kesini, Zyan? Kau ini habis tabrakan atau gimana?"

Pasien laki-laki itu hanya mengembangkan senyumnya mengarah kepada gadis tersebut tanpa suara.

"Heh, jangan diam. Jawab dulu," ucap Angel tanpa sadar menaikkan nadanya menjadi biasanya dia bicara dengan pemuda ini.

"Iya, tabrakan," jawab Zyan yang terlihat tidak peduli dengan omelan yang ditujukan kepadanya. Dia lebih senang melihat gurat perempuan di depannya ini.

Ini pertama kalinya, dia melihat Angel bertugas sebagai relawan di rumah sakit. Bahkan saat satu tahun yang lalu, gadis itu mendaftarkan dirinya ikut menjadi relawan untuk bencana alam, dia merasa aura yang dikeluarkan Angel masih terasa sama hangatnya.

Dengan rompi yang berwarna coklat yang mulai memudar, gadis itu masih tetap berpendirian teguh membantu pekerjaan di rumah sakit. Rambutnya yang sengaja diikat satu dengan karet rambut polos mempermudah kegiatannya untuk melihat pahatan Tuhan di depannya.

"Kok bisa? Naik apa? Di mana lukanya?" tanya Angel yang terlihat khawatir.

Zyan senang melihat raut tersebut. Meskipun, dia tahu kalau gadis ini memiliki rasa simpati dan prihatin yang lebih tinggi dari siapapun kalau menyangkut orang yang terluka dan butuh bantuan.

Angel Lost Her Smile ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang