🌫 Setelah Lima Tahun

16 0 0
                                    

Epilogue
Setelah Lima Tahun

* * *

November 2025
Yogyakarta, Indonesia

Tidak berniat melepaskan snellinya sama sekali, Angel langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang dua tingkat, dia mengambil di tingkat dua. Rambutnya digulung rendah secara acak, karena terlalu banyak yang tiba-tiba berdatangan di UGD. Kalau kata seniornya, “Ada koas bau.”

Jelasnya bukan Angel.

Dia sudah memulai koasnya enam bulan yang lalu dan semuanya berjalan lancar selama dia berjaga di UGD. Memang hari ini, rumah sakit kedatangan anak koas baru lagi. Maniknya melihat kearah pintu ruang istirahat yang terbuka.

“Loh? Angel, sudah selesai?”

Wanita muda yang sudah berusia dua puluh tiga tahun itu mendengung lemah, “Nanti tengah malam mau bantuin senior jagain UGD sampai subuh. Aku tidur bentar, deh. Jess juga senggang? Bisa tolong bangunin lima menit kemudian.”

Wanita yang baru saja datang itu menggelengkan kepalanya, “Nggak, aku masih jam jaga. Aku mau ambil permenku dulu, ada satu anak yang kabur dari ruangannya. Dengar-dengar dia suka permen.”

“Ya, semua anak suka permen.” Angel bergumam. Namun, matanya seolah menyelam ke masa lalunya.

Dia kangen dengan keberadaan laki-laki tersebut apalagi dengan suaranya. Sepertinya, mereka sudah lama tidak berbicara lewat telepon. Karena, masing-masing dari mereka sibuk dengan kehidupan nyata.

Jessica berkacak pinggang setelah menyimpan beberapa permen di kantung snellinya, “Calon dokter, Anda tidak lupa dengan tugas paper kasus bulan ini harus dikirim kepada dokter yang bertanggung jawab, kan?”

Wanita muda itu langsung mengambil posisi duduk. Matanya melihat horror kearah teman seperjuangannya itu. Lalu, terburu-buru menuruni anak tangga. “Astaga! Aku lupa kopi dinginku!” teriak Angel yang langsung keluar dari ruang istirahat.

Ruang istirahat yang hanya terdiri dari ranjang bertingkat, selebihnya ada banyak set komputer lengkap dijejerkan di meja panjang, banyak buku yang ditumpuk menjadi satu di atas meja yang cukup lebar. Beberapa buku terbuka begitu saja.
Jessica menggeleng kepalanya, “Bergadang lagi itu, tuh. Tapi, ya, calon dokter mana yang tidak bergadang dalam seminggu.” Lalu, dia juga keluar dari ruang istirahat yang biasanya banyak berkumpul anak koas di sana.

Angel langsung berlari ke café yang dibuka di dalam rumah sakit ini dan mendapatkan kopi pahit dinginnya berukuran cukup besar untuk bisa tetap terjaga sampai subuh ini selesai.

Setelah itu, dia berjalan ke taman yang sengaja dibuat untuk umum diletakkan di lantai tiga. Taman yang kali ini tidak terlihat ramai, mungkin karena sudah waktunya menjenguk. Jadi, lebih banyak orang memilih menghabiskan waktu dengan pasien daripada ke sini.

“Hey, Dek. Kamu tersesat, sayang?” tanya Angel kepada seorang anak perempuan yang duduk di atas bangku panjang.

Anak perempuan tersebut menggeleng ribut, “Nggak. Memang Celestia mau ke sini. Papa bilang nanti ketemu di sini.”

“Papanya mana? Sama Kakak, ya? Kita kembali masuk ke dalam, ya. Di sini dingin,” kata Angel yang mengiba karena anak perempuan itu hanya memakai pakaian pasien untuk anak-anak.

Angel Lost Her Smile ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang