Chapter 32
Malaikat Telah Kembali* * *
Lucas tersenyum lega ketika saat dia masuk melihat kedua teman kelasnya itu terlihat duduk di meja yang sama dan terlihat mengacuhkan yang lainnya. Dengan tas yang hanya dibebankan di pundak kanannya, dia berjalan kearah mereka untuk merusuh sebentar.
“Cieee, yang sudah baikan,” katanya yang menaikkan kedua alisnya bergantian.
“Iya, dong. Memangnya kek lo sama Aeri,” sindir Johan yang cukup pedas hingga membungkam ketua kelasnya itu telak.
Angel refleks memukul pelan lengan atas sahabatnya itu, lantas langsung menegur, “Nggak boleh ngomong gitu, Asa.” Namun, yang ditegur hanya cengar-cengir sebagai balasan.
“Oh, panggilan baru?” tanya Lucas yang me-notice sesuatu yang baru setelah keduanya berbaikan. Setidaknya, dia tidak perlu berbagi satu meja dengan laki-laki ini. Jujur saja, Johan ribet saat menulis, tidak bisa diam. Itu membuatnya pusing.
Maka dari itu, dia sangat senang—mungkin menjadi orang pertama yang sangat bersyukur keduanya kembali berteman satu sekolahan ini—sekarang ketika melihat pemandangan yang cukup lama menghilang.
“Yang ini lebih bagus dari Sasa, sih. Terserah sama Angel, deh.”
Johan duluan membalas sedangkan Angel hanya memberikan senyumannya.
"Kata gue lo bucin sama sahabat lo sendiri," celetuk ketua kelas mereka itu yang meletakkan tasnya ke tempat duduknya. Lalu, kembali duduk di depan mereka berdua.
Perkataan Lucas hanya ditanggapi dengan naikan bahu dari Johan sedangkan Angel sudah menutup buku tugas yang dipinjamnya, sudah selesai merangkumnya. Memang bukan hal yang baru lagi mereka berdua mendengar pernyataan yang sama.
"Johan, lo pacaran sama Angel? Kok dekat banget, ya?"
"Kak, lo beneran nggak pacaran sama Bang Johan? Cocok banget tahu kalian berdua. Gemas aku tuh."
"Kak Angel, bagi dong Abang Johannya. Pengen juga disayang sama cowo ganteng kek dia, apalagi sampai dibucinin gini."
Dan banyak lagi lainnya yang dibalas oleh mereka berdua semampunya saja. Peduli banget sama kata-kata orang, yang berteman mereka berdua. Kenapa harus repot mendengar omongan lain?
"Lo mending temanin Aeri ke perpus, Cas," kata Johan yang mengalihkan topik pembicaraan alias dia tidak ingin berbicara apapun tentang itu.
"Ngapain tuh anak ke perpus? Biasanya kudu diangkut dulu baru bisa ke sana."
"Ya, ambil modul Fisika, lah. Tugas lo itu, karna lo belum datang, dia yang kepanggil."
Lucas mengerang kesal, "Anjir, kok dia? Si Ansel kemana?"
Angel langsung menunjuk ke arah pintu, "Tuh, dia baru datang."
"Hehe, makasih, malaikat. Sel! Yok, ke perpus!" Suara cengiran Lucas berubah menjadi lengkingan berat membuat si wakil ketua kelasnya itu tersentak kaget. Siapa yang tidak kaget dengan suara nge-bass berat seperti punya Lucas?
"Ngapain?"
"Ya, ambil buku lah, jir. Buruan, lo pakai acara lama banget datangnya, si nenek lampir satu itu ntar marah-marah seharian, cuk. Males banget nyogok pakai steak mahal."
Greget melihat Ansel yang kelihatannya menganggap enteng perkataannya itu, Lucas langsung menarik belakang kerah kemeja wakilnya untuk diseret keluar dari kelas.
"Lo ntar keluar biaya kalau dia marah-marah kek dua hari yang lalu, Sel. Ogah gue ngeluarin duit segepok untuk perut karet dia seorang," cerocos Lucas yang melepaskan cengkramannya dan memindahkan tangannya mencekal pundak laki-laki yang lebih pendek darinya tiga sentimeter itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Lost Her Smile ✔
Teen FictionPepatah mengatakan seseorang yang paling ceria, ternyata dia menyembunyikan rasa paling sakit diam-diam. Angel Joanne Anandra, si gadis yang bermimpi menjadi neurologist memilih ikut dalam organisasi PMR, berkomitmen untuk mengemban tugas sampai ha...