Three - species langka

5.5K 585 16
                                    

Sunoo berjalan mengikuti langkah Sunghoon yang memasuki lift. Berdiri di belakangnya sambil melihat kopernya yang berada di samping Sunghoon. Of course Sunghoon yang bawa kopernya. Ya kali Sunoo mau ribet dorong-dorong koper. Selama di dalam lift baik Sunoo maupun Sunghoon nggak ada yang mau bicara.

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai 7. Sunoo mengangkat pandangannya ketika melihat Sunghoon mulai berjalan keluar sambil mendorong koper Sunoo. Koper berwarna mint dengan stiker matahari di tengahnya.

Mereka berenti di depan kamar bernomor 703. Sunghoon mengeluarkan kartu dari saku celananya lalu meletakkannya di depan sensor dan pintu pun terbuka.

"Silahkan!" Sunghoon minggir sedikit dan membiarkan Sunoo yang masuk duluan.

Sunoo masuk ke dalam dan melihat sekeliling apart. Dirinya nggak expect apartement Sunghoon bakal serapi ini. Karna emang kebanyakan cowok itu berantakan dan nggak suka beberes rumah. Tapi tiba-tiba sebuah pikiran melintas gitu aja. Ini apart punya 2 kamar kan ya? Batinnya.

"Kamu tenang aja, apartemen ini punya 2 kamar kok. Nggak usah khawatir."

Sunoo menoleh ke arah Sunghoon, kaget dia Sunghoon bisa baca pikirannya. Padahal emang Sunoonya aja yang ekspresif dan gampang di baca. Sunoo mengangguk ketika Sunghoon juga melihat ke arahnya.

"O-oke. Trus kamar gue di mana? Mau beberes nih."

Sunghoon lalu berjalan ke arah kamar yang satu nya. Kamar yang tadinya jadi ruang kerjanya. Jadi, 2 hari yang lalu ketika papa Sunoo nelfon Sunghoon dan bilang tentang masalah ini, Sunghoon langsung aja beresin kamar ini. Ngeganti sprei, ngepel lantai, ngeganti gorden dan lain-lainnya.

Sunghoon buka pintu kamar, lalu masuk sedikit untuk meletakkan koper Sunoo.

"Ini kamar kamu. Saya sudah ganti sprei dan selimutnya. Jadi masih baru."

"Oke, thank you" Sunoo lalu mendorong kopernya ke depan lemari. Dan langsung aja merebahkan kopernya. Berniat untuk menata baju-baju nya di lemari.

Sunghoon mengernyit, "Kamu nggak makan dulu?"

"Nggak, nanti aja. Belum laper."

Sunghoon mengangguk. "Yaudah, kalau ada perlu ketuk kamar saya aja."

Sunoo menggangguk, Sunghoon pun berjalan keluar lalu menutup pintunya. Masuk ke kamar nya dan melanjutkan pekerjaannya lagi.

—————————————————————

Setelah menata baju-baju nya di lemari, menyusun skincare dan peralatan lainnya di meja rias lalu mengisi kamar mandi kamar dengan handuk, shampo, sabun, sikat gigi, odol, serta pembersih wajah, Sunoo lanjut mandi.

Sunoo keluar dari kamar mandi, ganti baju lalu mulai melakukan ritual setelah mandi. Apalagi kalau bukan memakai toner, serum, night cream, bodylotion, dan terakhir parfume.

Jujur, dirinya capek habis beberes kamar. Padahal cuma menyusun barangnya aja, tapi ya begitulah Sunoo. Yang seumur umur jarang banget beresin kamarnya. Biasanya yang beresin kamarnya kalau nggak mama, ya bibinya. Bi Ani.

Sunoo merebahkan badannya ke kasur. "Capeekk" Keluhnya. Sunoo kembali duduk lalu mengambil hp yang ada di tas nya, kemudian melihat-lihat notif yang ada. As always, kalau udah libur mana ada teman-temannya itu muncul.

Kriukkk

Perut Sunoo bunyi.

Melihat jam di hp lalu mendengus, jam menunjukkan pukul 21.35. Terlalu telat untuk makan malam. Biasanya ia dan keluarga makan malam sekitar pukul 7 malam. Jarang banget makan lewat pukul 8. Pantes aja Sunoo kelaparan.

Sunoo memutuskan untuk keluar kamar, berjalan ke arah dapur. Tata letak apartemen Sunghoon nggak sulit. Karna semuanya merupakan ruangan terbuka kecuali kamar. Jadi nggak ada sekat.

Sunoo membuka lemari makan dan nggak liat satu pun makanan di sana. Ia membuka kulkas dan mendengus melihat kulkas hanya ada minuman soda dan beberapa bungkus cemilan. Dasar cowok.

"Lagi ngapain?"

Sunoo terlonjak kaget, dan langsung melihat ke belakangnya. Sunghoon di sana memakai piaya berwarna hitam dengan kacamata baca yang masih bertengger di hidung mancungnya.

"Ini, cari makan"

"Kenapa nggak bilang kalau kamu lapar? Yaudah, kamu mau makan apa? Biar saya pesankan."

Sunghoon langsung membuka aplikasi delivery makanan. Melihat toko mana aja yang masih buka di jam segini.

"Mmm.. pizza deh. Atau nggak burger. Eh tapi pengen makan ramyeon juga." Sunoo kalau udah lapar emang pengen makan semua yang ada di kepalanya.

"Itu kan makanan nggak sehat semua. Kamu hobi makan begituan?"

Sunoo mengangguk. "Siapa sih yang nggak suka."

"Saya"

Sunoo menolehkan kepalanya ke Sunghoon dan menatap aneh species langka di depannya ini.

"Lo nggak suka pizza?" Sunghoon menggeleng.

"Burger?" Sunghoon menggeleng lagi.

"Ramyeon?"

"Saya bahkan nggak pernah coba"

"Fix lo psikopat!"

Sunoo menggeleng, menurutnya Sunghoon aneh. Manusia paling merugi adalah Sunghoon. Bathinnya.

—————————————————————

Pada akhirnya Sunghoon memesankan nasi goreng untuk Sunoo. Nasi goreng yang biasanya dia makan. Di sana emang enak. Nggak terlalu banyak micin dan nggak terlalu banyak minyak. Tapi mau seenak apa pun nasi goreng itu bagi Sunghoon, tetap aja nggak enak di Sunoo. Karna Sunoo kurang suka nasi goreng.

Tapi Sunoo tetap makan, ya namanya juga kelaparan. Meskipun makan sambil bad mood.

"Besok kamu udah ada rencana mau kemana?"

"Belum"

"Saya besok lumayan sibuk, jadi nggak bisa nemanin kamu. Kamu nggak papa sendiri dulu kan besok?"

Sunoo menolehkan kepalanya ke Sunghoon, menatap Sunghoon sambil mengernyit. "Nggak ada yang minta di temenin sama lo."

Sunghoon mengangguk, "Om Kim yang minta, katanya kamu sering nyasar."

Sunoo tersedak nasi goreng. Sumpah demi apapun, dia cuma pernah nyasar beberapa kali. Papanya bener-bener!

"Gue paling ke mall, nggak bakal nyasar." Sunoo berucap setelah minum beberapa teguk.

"Telfon saya kalau ada apa-apa ya. Pokoknya kalau kamu mau pindah lokasi, kasih tau saya."

Mendengar itu Sunoo menutup matanya, dirinya kesal. Kesal sekali.

"Lo kayak emak gue btw."

—————————————————————

2 Weeks | Sunsun's storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang