Nineteen - hari kesembilan pt 2

3.5K 452 13
                                    

12%

Sunoo menghapus air matanya. Udah hampir 1 jam listrik padam. Tadinya dia nggak mau nangis. Tapi apa daya, takutnya lebih besar. Sunoo melihat hp nya, pukul 21.23.

Kak Sunghoon kapan pulang??

Dirinya nggak tau bakal gimana lagi kalau hp nya mati. Dari tadi Sunoo nggak berhenti doa supaya Sunghoon cepat pulang.

Tok...tok...tok

"Sun, ini kakak. Kamu belum tidur, kan?"

Sunoo mengangkat kepalanya, mengarahkan senter hp nya ke pintu.

Ingin memastikan sekali lagi.

"Kak? Beneran kak Sunghoon?"
"Iya ini kakak, buka pintunya yuk. Ini ada lampu emergency."

Segera Sunoo berlari ke pintu, membuka kuncinya dan langsung memeluk Sunghoon dengan erat. Badannya bergetar, rasa lega luar biasa di rasakan Sunoo. Air mata yang sempat berhenti tadi turun lagi, malah tambah deras.

Sunghoon mengelus lembut punggung Sunoo. Rasa bersalah menyerangnya. Sepanjang rapat tadi pikirannya nggak fokus. Mikirin Sunoo yang ketakutan. Dan bener aja. Bahkan Sunoo sampai gemeteran.

"Kakak di sini. Maaf kakak baru pulang sekarang. Maaf kakak lupa jadwal pemadaman serentaknya. Maaf kakak nggak bisa nemanin kamu tadi. Maaf Sun."

Sunoo menggeleng. Mempererat pelukan, dan mencoba untuk menghentikan tangisnya.

"I-ini b-bukan hiks salah k-kakak hiks."

Susah emang kalau lagi sesegukan gini ngomong. Alhasil Sunghoon tetap memeluk sambil mengelus lembut punggung Sunoo sampai ia berenti nangis.

Beberapa saat kemudian Sunoo meregangkan pelukannya. Mundur selangkah sambil menghapus jejak air mata.

"Maaf kak, kakak pasti capek tapi aku malah bikin kakak berdiri lama."

"Udah baikan?"

Sunoo mengangguk. Sesegukannya tinggal satu-satu.

"Kamu udah makan?"

"Udah, kakak?"

"Udah juga. Kamu udah bersih-bersih? Kalau belum, mau kakak temanin? Kamu langsung tidur aja. Ini kayaknya masih lama."

Sunoo pun mengangguk. Masuk ke dalam kamar di ikuti oleh Sunghoon. Ia membawa satu lampu emergency ke dalam kamar mandi, satu nya lagi di letakkan Sunghoon di atas meja.

Selagi menunggu Sunoo, Sunghoon membuka hp nya. Membaca-baca lagi hasil rapat tadi. Siapa tau ada yang terlewat.

Klik!

Sunghoon mengangkat kepalanya saat mendengar pintu kamar mandi terbuka.

"Udah selesai?"

"Udah, kakak nggak mau bersih-bersih juga?"

"Iya, kakak ke kamar dulu ya?"

Sunoo menggeleng pelan, mengerucutkan bibirnya. Jujur dirinya takut kalau harus sendiri lagi.

"Kakak boleh temenin aku tidur nggak?"

Melihat wajah memelas Sunoo, Sunghoon terkekeh.

"Iyaa Sunoo. Kakak pasti temenin kamu tidur. Tapi kakak bersih-bersih di kamar dulu ya?"

"Takutt. Ikut boleh?"

Sunghoon berjalan mendekati Sunoo, tersenyum lalu mengelus lembut belakang kepala Sunoo.

"Yaudah, ayo ke kamar kakak."

Sunoo langsung tersenyum. Well, this is the first time juga buat Sunoo masuk kamar Sunghoon dan ngeliat gimana bentuk kamarnya.
------------------------------------------------

Sunoo duduk di sofa sambil ngeliatin sekeliling kamar. Kamar Sunghoon jauh lebih besar dari kamar Sunoo. Karna kamar Sunghoon kamar utama. Selain kasur dan lemari, ada sofa, meja kerja, kursi, ada rak buku, cermin, dan lemari kaca yang ukurannya agak kecil. Kamar Sunghoon rapi banget, semuanya di tata sedemikian rupa. Kamarnya juga didominan warna abu dan hitam. Bahkan sofa yang diduduki Sunoo saat ini juga berwarna abu.

"Tunggu sebentar, ya?"

Sunoo mengangguk. Sambil menunggu Sunghoon keluar kamar mandi, Sunoo berjalan ke arah meja kerja. Di dinding belakang ada beberapa penghargaan yang udah di frame, digantung di sana. Sunoo membaca satu persatu. Selain empat penghargaan yang di bilang mamanya waktu itu, ternyata Sunghoon juga banyak menerima penghargaan lainnya. Contohnya penghargaan waktu Sunghoon masih kuliah, penghargaan dari organisasi, dan dari fakultas.

Kak Sunghoon pasti tipe-tipe mahasiswa aktif yang pemikirannya kritis, terus pasti sering di ajak dosen ikut-ikut acara.

"Ngeliatin apa?"

Sunoo kaget. Sunghoon udah berdiri di sampingnya dengan piyama navy sambil melipat handuk kecil.

Kapan Sunghoon keluar? Kok dia nggak denger pintu kebuka?

"Oh.. ini hehe. Banyak juga ya." Sunoo nyengir sambil nunjuk frame yang digantung.

Sunghoon terkekeh.

"Yaudah, ayo kakak temenin kamu tidur."

Sunghoon menarik Sunoo ke arah kasurnya. Sunoo mengernyit bingung.

"Eh tidur di sini?"
"Iya, kenapa?"
"Di kamar aku aja ya?"
"Kenapa, Sun? Kamar kakak nggak nyaman ya?"
"B-bukan nggak nyaman. Tapi nggak bisa tidur kalau di tempat baru."

Waktu awal tidur di apart ini aja, Sunoo butuh 2-3 hari untuk membiasakan diri tidur di kamarnya. Dia takut kalau nggak bisa tidur malam ini. Dirinya lelah lahir batin, fisik dan psikis. Bayangkan, selama kurang lebih 1 jam dirinya menahan ketakutan.

Sunoo bener-bener ingin istirahat tanpa gangguan.

"Yaudah, di kamar kamu aja."

Akhirnya, mereka keluar dari kamar Sunghoon dan menuju kamar Sunoo. Sunghoon tetap membawa 2 buah lampu emergensi. Siapa tau nanti mau ke toilet.

Sunghoon meletakkan lampu itu di atas meja Sunoo. Yang satunya mati. Membawa Sunoo ke tempat tidur, lalu menyelimutkannya. Jujur, dirinya juga lelah. Semoga listrik cepat nyala dan dirinya bisa segera pindah ke kamarnya.

Setelah menyelimutkan Sunoo, Sunghoon pindah ke sebelah kasur yang kosong, berniat merebahkan diri selagi menunggu listrik nyala. Tetapi sebelum itu, ia mendekatkan diri ke Sunoo yang sudah terlelap, mengusap rambut Sunoo lembut, menundukkan kepalanya, lalu..

Cup

"Good night, Sun"

Sunoo memang udah terlelap, tapi dia masih bisa merasakan samar-samar ada benda lembut yang menempel di keningnya.

Niat Sunghoon hanya rebahan, tapi apa daya, semesta menginginkan mereka tertidur bersama.
-----------------------------------------------

Hello👋🏻
Aku balik lagi^^
Semoga masih ada yang nunggu kelanjutannya yaa.

Happy 7k reader!

2 Weeks | Sunsun's storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang