Eleven - hari kelima pt 2

3.8K 458 5
                                    

Setelah pulang dari kantor tadi, mereka langsung menuju apart. Bebersih sebentar. Sunghoon yang mengira di apart bakalan banyak piring yang belum di cuci, langsung kaget. Wastafel bersih, meja makan bersih, kulkas pun bersih dari sisa-sisa makanan yang udah lama. Bukan hanya itu, Sunghoon mendapati beberapa bagian di apartnya juga bersih dan rapi. Nggak salah lagi. Pasti Sunoo yang bersihin. Sunghoon tersenyum. Ini pasti kali pertama Sunoo ngelakuin itu. Mengingat om Kim pernah cerita kalau anak semata wayangnya itu lumayan pemalas.
—————————————————————

Malam ini, mereka baru aja pesan makanan lewat aplikasi delivery makanan. Cukup mager buat keluar katanya.

Sunoo memakan makanannya dengan lahap. Tebak apa yang Sunoo pesan malam ini. Pizza. Salah satu makanan kesukaan Sunoo. Awalnya Sunghoon ngelarang. Tapi bukan Sunoo namanya kalau nurut gitu aja. Toh dia punya duit buat bayar sendiri kan? Sedangkan Sunghoon memesan gado-gado di tempat biasa.

"Kak, ceritain tentang diri kakak dong."

Sunoo pikir daripada mereka makan dengan hening, lebih baik ngobrol kan? Jadi sunoo ngelontarin pertanyaan random di kepalanya.

"Mau cerita yang gimana?"
"Misalnya, kapan kakak ketemu sama papa? Kok bisa deket?"

Sunghoon menelan makanannya sebentar, meminum air. Lalu mulai bercerita. Kalau dipikir-pikir, Sunoo emang nggak tau apa-apa tentang dirinya. Berbeda dengan Sunghoon yang lumayan tau tentang Sunoo. Karna om Kim sering cerita.

"Waktu saya kuliah semester 5, saya magang di perusahaan . Waktu itu ada 3 orang anak magang di divisi yang sama bareng saya. Kata ketua divisi waktu itu, kalau kinerja kami bagus bakalan diangkat jadi karyawan tetap."

Sunghoon menyuap makanannya, menelan lalu meminum air. Dia lalu lanjut bercerita. Sedangkan Sunoo menyimak sambil mengunyah pizza-nya.

"Pas waktu magang saya berakhir, saya dikasih surat gitu. Isinya semacam penawaran. Saya ditawarin buat stay di sana. Istilahnya karyawan magang berbayar. Intinya saya magang tapi dibayar."

Sunoo mengangguk sambil mengunyah makanannya. Pipinya yang bulat itu makin bulat. Ada dorongan dari dalam diri Sunghoon buat nyubit pipi Sunoo. Tapi sebisa mungkin dia tahan. He's cute.

"Trus kak Sunghoon terima tawarannya?"

"Iya. Karna waktu itu saya juga butuh biaya buat kuliah."

"Anak magang yang lain itu ditawarin juga nggak?"

"Saya nggak tau mereka dikasih surat apa enggak. Tapi cuma saya yang tetap stay di sana."

"Kapan kak Sunghoon diangkat jadi karyawan tetap?"

Sunghoon selesai makan.

"Waktu saya lulus sidang kompre. Besoknya saya dipanggil om Kim buat ngasih tau kalau saya diangkat jadi karyawan tetap. Waktu itu saya lumayan bingung. Soalnya saya belum wisuda, ijazah saya juga belum ada. Tapi om Kim bilang itu bisa nyusul. Kamu udah selesai makan?"

Sunoo mengangguk. Membersihkan meja lalu membawa semua peralatan makan ke wastafel.

"Biar saya aja yang nyuci." Sunghoon menghentikan Sunoo yang berniat buat nyuci piring.

"Kak Sunghoon nggak capek?"

Sunghoon menggeleng. Sunoo tetap berdiri di dekat wastafel. Ia mau membantu Sunghoon menyusun piring.

"Kak Sunghoon kenapa bisa deket sama papa?"

Sunghoon mulai nyuci piring.

"Saya juga nggak sadar. Waktu magang saya juga udah lumayan deket sama om Kim. Lumayan sering ngopi juga. Saya bahkan masih ingat, anak magang yang lain sampai bilang kalau saya penjilat. Haha." Sunghoon tertawa kecil.

Dirinya masih ingat, bagaimana dulu dia dibilang menjilat sama anak magang dan beberapa karyawan di divisinya. Apalagi waktu dia mendapatkan surat penawaran itu. Makin-makin cacian serta gosip-gosip nggak bener didapatkan Sunghoon. Tapi semua itu hilang dengan sendirinya. Dibuktikan dengan hasil kerja Sunghoon yang luar biasa dan penghargaan-penghargaan yang didapat Sunghoon dari perusahaan.

Sunoo melihat tawa itu. Hampa. Sunoo tau, luka itu masih membekas. Luka itu masih tersimpan rapi, baik di hati maupun di memori Sunghoon.

Sunoo mengambil piring yang udah selesai dicuci Sunghoon, lalu menyusunnya.

"Tapi kak Sunghoon hebat. Bisa jadi karyawan kesayangan papa." Sunoo memasang senyum terbaiknya. Berharap itu bisa menghalau semua kenangan buruk yang diingat Sunghoon.

Sunghoon diam sebentar. Lalu..

"Kamu tau, Sun? Bahkan sampai sekarang saya nggak tau alasan kenapa om Kim bisa sebaik ini sama saya. Om Kim banyak ngebantu saya."

Sunghoon mematikan keran. Memutar badannya menghadap Sunoo sepenuhnya. Lalu tersenyum getir.

"Om Kim, pasti kasian liat saya. Karna nggak mungkin, seorang anak yatim piatu yang dibesarkan di sebuah panti asuhan kecil bisa jadi karyawan kesayangan seseorang yang hebat kayak Om Kim. "

Sunoo mematung. Nggak sadar kalau Sunghoon berjalan menjauh.

Beberapa langkah kemudian Sunghoon berhenti. Menolehkan kepalanya sedikit ke kanan.

"Makanya saya berhutang budi sama keluarga kamu. Saya bakal ngelakuin apapun itu buat ngebayarnya."

Sunghoon meluruskan kembali pandangannya. Lalu lanjut berjalan ke kamar. Tapi tinggal beberapa langkah lagi sampai di pintu kamar, perkataan Sunoo menghentikannya.

"Termasuk nerima pertunangan ini,kan?"
—————————————————————

Pukul 23.15.

Sunoo masih terbangun. Matanya nggak mau menutup. Sejak tadi dirinya hanya berguling ke kanan dan ke kiri. Dia ingin tidur. Tapi matanya nggak mau diajak bekerja sama.

Sunoo terduduk. Menatap lurus ke dinding polos di depannya. Pertanyaan terakhir yang dia tanyakan ke Sunghoon nggak dijawab Sunghoon. Tadi setelah berhenti sebentar, Sunghoon lanjut jalan ke kamarnya. Tidak mengangguk atau menggelengkan kepalanya sama sekali.

Tapi kenapa...

Kenapa Dirinya mempermasalahkan itu. Bukannya dia juga terpaksa menerima pertunangan ini? Dan pastinya Sunghoon juga dengan terpaksa menerimanya. Karna, siapa juga yang mau menerima ditunangkan dengan orang yang nggak kita kenal, nggak kita cinta, secara suka rela,kan?

Sunoo beranjak dari kasurnya. Berjalan ke arah balkon. Membuka pintunya, lalu melangkah keluar. Pertama kali sejak tidur di kamar ini, dia berdiri di balkon. Sunoo menatap ke bawah. Melihat bagaimana ramainya kota meskipun sudah hampir larut.

Perasaannya nggak enak. Hatinya nggak tenang. Dan...Sunoo nggak tau kenapa.

Apa karna pertanyaannya nggak dijawab Sunghoon?

Atau...

Apa karna ekspresi wajah Sunghoon yang baru pertama kali dia lihat itu. Ekspresi sedih yang disembunyikan dibelakang sebuah senyum getir dan sebuah tawa yang hampa.

Sunoo tak tau.

Pada saat sekarang ini, Rasanya Sunoo pengen banget meluk dua orang temannya itu. Meskipun sering bikin kesel, tapi pelukan mereka berdua emang bisa bikin Sunoo tenang.

Won..Ki.. gue kangen kalian.

Sunoo menutup mata. Satu tetes air jatuh dari matanya, dan diikuti oleh tetesan yang lain tanpa bisa ditahan.

Malam itu, Sunoo menangis untuk alasan yang bahkan dia sendiri pun tak tau.
—————————————————————

2 Weeks | Sunsun's storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang