Chapter -29

2.3K 267 41
                                    

-Happy reading-



Seperti rencana pertama yang akan dijalani oleh Vanya. Kini Vanya memanggil murid-murid IHS ke aula, membuat para siswa-siswi bertanya-tanya tanpa terkecuali inti Heroik dan Alin. Amalia hanya menunggu apa yang akan di ucapkan oleh Vanya.

"Ekhem"

Sejujurnya ia sedikit gugup dan malu ditatap oleh ratusan siswa IHS tapi demi kelancaran rencananya ia menyingkirkan rasa malu itu.

"Berdirinya gue disini dan manggil kalian semua kemari karena ada satu hal yang ingin gue bicarakan"

Para siswa-siswi berbisik-bisik membuat suasana sedikit gaduh di dalam aula.

"Ngomong tinggal ngomong " celetukan dari Jojo membuat atensi sebagian siswa mengarah padanya.

Tanpa basa-basi Vanya pun berbicara. "Disini gue minta maaf dengan sebesar-besarnya, tulus dari hati yang terdalam "

Vanya membungkukkan badannya, membuat para siswa-siswi menganga tak percaya. Karena yang mereka tahu, Vanya adalah orang yang angkuh, ia tidak akan pernah menurunkan harga dirinya bahkan ketika di fitnah membunuh ibunya Ivan pun dia tak pernah sama sekali membungkuk atau bersujud sekalipun.

"Minta ma-maaf apa?"ucap gugup salah satu siswa.

Vanya menegakkan kembali tubuhnya, ia tersenyum tipis. "Gue minta maaf karena  selalu buat kerusuhan, maaf  yang bersikap seenaknya dan gue minta maaf karena suka nindas orang-orang karena masalah sepele terutama pada Alin"

Vanya mengedarkan pandangannya mencari sosok Alin, saat ketemu ia tersenyum lebar dengan menunjukkan raut rasa bersalahnya. Sedangkan di sisi Alin, ia hanya tersenyum kikuk, ia kurang percaya jika yang ada di depan sana adalah Vanya.

"Mungkin sekedar kata maaf gak bisa hapus rasa sakit hati kalian. Karena gue tahu tindakan membully itu sama sekali tidak dibenarkan sebab akan mempengaruhi mental seseorang dan menimbulkan rasa trauma, tapi dari hati gue yang terdalam gue bener-bener minta maaf dan gue bakal bertanggung jawab atas apa yang gue lakuin dengan cara, gue bakal penuhi kebutuhan kalian selama disekolah ini"

Aula seketika hening, mereka sedang mencerna omongan yang di ucapkan Vanya. Vanya gugup, keringat mengucur dari pelipisnya, ia takut semua orang tidak akan memaafkan perbuatannya.

"KITA MAAFIN!"seruan dari segerombolan siswi yang diujung membuat Vanya menatap kearah mereka.

"H-hah?"

"IYA! KITA BAKAL MAAFIN!"kali ini sebagian orang yang pernah di tindas oleh Vanya berseru.

"TAPI LO JANGAN LUPA TANGGUNG JAWAB NYA"

"NAH IYA! HARUS DI TEPATI!"

Vanya tersenyum lebar, ia tidak menduga bahwa secepat ini mereka memaafkannya. Saat netranya menatap Alin yang hanya terdiam, senyuman itu luntur di gantikan dengan dengan senyum kecut.

"A-alin...Lo mau maafin gue kan?"harapnya.

Alin yang dipanggil, terkaget dari lamunannya. Ia menatap orang-orang yang melihat dirinya membuat ia tersenyum canggung.

"Eh...aku maafin kamu kok, lagipula manusia itu tidak luput dari dosa dan khilaf"Alin memberikan Vanya senyuman, yang dibalas senyuman lebar oleh Vanya.

"Terimakasih buat semuanya, gue akhiri pembicaraan ini, nanti istirahat gue traktir kalian makan di kantin"ujar Vanya membuat aula seketika gaduh mendengar acara traktiran.

Vanya membalikkan badannya, menyeka keringat yang masih berada di pelipisnya. Saat membalikkan badan, ia berjalan dengan raut datar. Pergantian ekspresi yang cepat tidak menimbulkan rasa curiga, karena semua orang sudah bubar dan masih heboh dengan ucapan Vanya tadi.

Princess In The Future [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang