Chapter- 30

2.4K 241 25
                                    

-Happy reading-










Malam telah tiba, jam menunjukkan pukul 09.00 p.m tidak membuat kedua orang itu untuk beristirahat. Kedua orang itu sudah dari satu jam yang lalu berdiri dibawah pohon, menatap rumah megah dihadapannya. Tidak ada menunjukkan untuk bergerak dari tempatnya, kedua orang itu masih menyusun rencana.

Kedua orang itu yang tak lain adalah Amalia dan Vanya. Menggunakan pakaian serba hitam dengan masker sebagai penutup wajahnya. Amalia sedang menalikan tali membentuk lingkaran agar tangan atau kakinya muat untuk di pijak. Sedangkan Vanya sedang menyiapkan laptop dan kamera.

"Sudah siap?"

"Ayo!"

Kedua gadis itu melangkah dengan pelan, meskipun di area ini sudah sepi tidak menutup kemungkinan jika mereka akan ketahuan. Amalia bersiap untuk melemparkan tali itu ke atas tepat di balkon kamar lantai dua.

"Pelan-pelan"bisik Vanya.

Amalia mengacungkan jempol jarinya. Dengan sedikit tenaga ia berusaha untuk melempar. Lemparan pertama tidak berhasil, ketika lemparan ketiga baru berhasil.

"Aku duluan yang naik"lirih Amalia.

Amalia menarik-narik tali untuk mengecek apakah kuat atau tidak. Beberapa menit kemudian kedua gadis itu sudah berada di balkon kamar. Vanya mendekati jendela dan membukanya dan keberuntungan berpihak pada mereka berdua. Sebab jendela kamar tidak terkunci. Vanya dan Amalia sudah memasuki kamar seseorang itu. Mereka bisa melihat seorang gadis yang tertidur dengan nyenyaknya.

"Cari dengan pelan jangan menimbulkan suara"seru Vanya.

"Okay, ayo!"

Vanya dan Amalia berpencar untuk mencari sebuah handphone. Vanya melihat-lihat ke seluruh kamar, ia melihat di atas nakas ada handphone yang sedang di cas. Tanpa basa-basi, ia mengambil handphone itu, dengan mudah Vanya membuka kunci handphone itu dengan menggunakan face id. Saat sudah terbuka, ia dengan tergesa mencari chat-chat yang sekiranya penting.

Di sisi Amalia, ia menelusuri meja belajar punya gadis itu. Amalia menarik kursi dan duduk di kursi tersebut.

"Aku bingung ingin mencari apa" Amalia menghela nafas, berniat menelungkupkan kepalanya tetapi jidatnya malah terantuk sesuatu benda keras.

"Aw shh"refleksnya.

Vanya memelototi Amalia dengan ibu jari didepan mulutnya.

"Sttsshh" Vanya melirik gadis yang menggeliat dalam tidurnya. Amalia menyatukan tangannya sebagai tanda maaf.

Amalia melihat benda yang membuat ia sakit, dan ternyata benda itu adalah laptop. Amalia yang memang tidak bisa memainkan laptop hanya bergidik acuh tapi satu benda berbentuk persegi panjang yang menempel pada laptop mengalihkan atensinya.

"Hm? Benda apa ini? Aku belum pernah melihatnya?" Amalia membolak-balikan benda itu, ia menggelengkan kepalanya. Saat ini bukan waktunya untuk memuaskan rasa keponya, karena ia masih penasaran dengan santainya ia memasukkan benda itu pada sakunya.

Vanya memfoto bukti chat gadis itu dengan tersangka, mungkin ini bisa ia jadikan bukti yang valid, mungkin?.

"Amalia"panggil Vanya dengan berbisik. Amalia yang memiliki indra pendengaran yang tajam pun menoleh.

Princess In The Future [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang