Pembalasan.

763 69 10
                                    

Hallo FOLLOW & WAJIB VOTE JUGA KOMENT!RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR YA!!Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo
FOLLOW & WAJIB VOTE JUGA KOMENT!
RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR YA!!
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak!

──────────────────────
1O.) Pembalasan

Prinsip Alzgaz adalah menjunjung tinggi persahabatan, persaudaraan, kekeluargaan dan kebersamaan.
────────────────────────

"di luar udah ada temennya tuh neng." Sahut Bi Amira, pembantu yang bekerja di rumah Hanna, Minggu lalu Bi Amira izin pulang kampung untuk menemui anaknya yang sedang sakit. Bi Amira bekerja baru setahun itu juga di minta oleh orang tua Hanna untuk mengurus Hanna dan Jodhi.

Hanna baru saja turun dari kamarnya untuk sarapan, "temen?" Tanya Hanna sembari membawa dua kotak bekal berwarna biru.

"Iya neng, dia udah nungguin dari tadi"

"Zakia Bi? Bukannya dia mau berangkat bareng Aiden ya?" Tebak Hanna, seingatnya Zakia berkata akan pergi ke sekolah bareng sama Aiden.

"Lain neng, duh saha nya bibi ge teu terang ngaran na.." jawab Bi Amira ia bingung harus menjawab apa karena ia memang belum pernah melihat orang itu, terlebih lagi saat di tanya orang itu tidak mengatakan siapa namanya.

*(Bukan neng , duh siapa ya bibi juga gak tau namanya)

Hanna menghela nafas panjang ia bergegas keluar sebelum itu ia merapihkan rambutnya, lalu menggendong tasnya.

"Bi aku berangkat, kalau Bang Jodhi nanyain aku berangkat nya sama temen gitu ya! Assalamu'alaikum."

"Siap neng! Waalaikumsalam."

Buru-buru Hanna keluar dari rumahnya, saat pintu terbuka menampilkan seseorang yang berdiri sembari melipat kedua tangannya, membuat Hanna kaget sekaligus bingung.

Akbar menatap leher jenjang Hanna yang terpampang jelas, dengan gerakan cepat ia menarik ikat rambut Hanna membuat rambut itu terurai.

Tindakan Akbar itu sukses membuat Hanna menahan nafasnya, bagaimana tidak belum cukup menarik ikat rambut Hanna Akbar malah merapihkan rambutnya, bahkan sekarang jantung Hanna berdebar kencang.

Hanna memandangi wajah Akbar yang berjarak beberapa sentimeter darinya, wajah tampan yang selalu bisa memporak porandakan hatinya.

"Biasa aja liatnya" ujar Akbar sadar akan tatapan Hanna.

"Siapa juga yang liatin!" Elak Hanna dengan cepat memalingkan wajahnya.

"Buruan atau Lo mau telat? Udah jam 7 lebih" Akbar berjalan ke arah motor hitamnya.

Dengan cepat Hanna menghampiri Akbar, sebelum itu ia memakai helm yang di bawa oleh Akbar. Helm itu di bawa oleh Akbar dari rumahnya memang sudah ia siapkan.

ARUTALA (TAMAT) revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang