sebuah perhatian

275 30 1
                                    

Hallo
FOLLOW & WAJIB VOTE JUGA KOMENT!
RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR YA!!
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan

Hallo FOLLOW & WAJIB VOTE JUGA KOMENT!RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR YA!!Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───────────────────────
21.) Sebuah perhatian

──────────────────────

Setelah 7 jam lebih perjalanan menunju Jogja akhirnya mereka sampai di hotel jam 01.15, satu persatu bus datang dan menurunkan murid-murid.

Hanna mengantri untuk keluar dari bus di belakangnya ada Akbar yang memperhatikan langkah Hanna, takut-takut gadis itu jatuh.

Setelah semua murid keluar dari bus mereka di kumpulkan di satu ruangan untuk melakukan cek absen.

"Karena sudah lengkap semua dan sudah larut malam, hari ini kita akan beristirahat besok pagi kita akan langsung pergi ke pabrik ada dua pabrik rombongan jurusan IPS akan datang ke pabrik tas dan rombongan jurusan IPA akan ke pabrik Air, di mohon untuk beristirahat di kamar hotel yang sudah di tentukan, jika ada kepentingan untuk keluar di harap izin pada guru pembimbing kelas masing-masing."  Jelas pak bulan, ia mengakhiri pengumuman itu kemudian mulai membagikan daftar kamar ke kelas masing-masing jurusan.

"Kita sekamar!! YEYY!" Sorak Hanna melihat nama nya dan kedua temannya itu ternyata dalam satu kamar.

"Bagus lah, entar kalau lo sekamar sama orang lain pada kaget denger lo yang ngorok."

"Ih apaan sih, gue gak ngorok ya!"

"Let's go to the room, I'm sleepy guys..." Lia sudah beberapa kali menguap, sejak di bus tadi ia tertidur di bahu kembarannya, namun karena di belakang ada Yoga dan Aksa yang sedang bermain game online ia jadi tidak bisa tidur karena mereka yang berisik.

"Ya udah ayok, besok kita pergi ke pabrik takut kurang tidur." Ajak Zakia, ia membawa barang-barang miliknya masuk ke dalam menuju kamar hotelnya.

Akbar melihat Hanna yang membawa banyak bawaan segera menghampiri, teman-temannya sontak melihat Akbar dan saling menatap kebingungan.

Akbar mengambil alih koper yang Hanna seret,"biar gua bantu bawa."

"Eh! Gak usah gue bisa sendiri" Ujar Hanna ingin mengambil kembali koper miliknya, namun di tahan Akbar.

"Kamar lo nomer berapa?" Tanya Akbar, di belakangnya ada Aiden, Marvin dan Yoga yang mengikuti. Mereka satu kamar dengan Akbar.

"Nomer 025," Akbar mengangguk dan menyeret koper Hanna menuju kamar itu mengikut Zakia dan Lia yang sudah terlebih dahulu jalan di depan.

"Entu pak boss kenapa dah modus mulu," bisik Yoga pada Aiden.

"Biasa, takut kecolongan si Arga." Balas Aiden ikut berbisik, Marvin di sebelah mereka hanya geleng-geleng.

Sesampainya di depan kamar Akbar memberikan koper itu pada Hanna, Zakia yang tau situasi pun mengajak Lia masuk sebelum itu ia juga mengusir Aiden agar tidak menguping.

ARUTALA (TAMAT) revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang