Akhir menyakitkan

338 32 6
                                    

"Aku tak akan membiarkanmu atau siapapun melenyapkanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tak akan membiarkanmu atau siapapun melenyapkanku. Aku takut bila aku mati, tak ada yang mampu mencintaimu seperti aku mencintaimu. Aku takut bila aku mati kau sendirian karena aku satu-satunya orang yang benar-benar kau miliki di dunia ini."

—Rexford Mackenzie—

'Untuk seorang gadis cantik berinisial H🖤'

───────────────────────
39.) Akhir menyakitkan.

"Selamat tinggal, cintanya Hanna."

───────────────────────

Sebuah mobil ambulance yang di iring-iringi ratusan motor di belakangnya. Terlihat berjajar mengiringi perjalanan pulang seseorang ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Ratusan anggota Alzgaz dari angkatan pertama hingga kedua tampak mengantarkan pulang ketua mereka, Bendera Kebanggaan Alzgaz, berdiri tegak.

Faisal dari dalam mobil melihat ratusan pemotor yang mengantar jenazah anaknya itu, apa semua ini adalah teman-temannya Akbar?

Sejak kapan Akbar berteman dengan kumpulan geng motor?

Di bendera lain terlihat tulisan besar yang bertulis.
'Selamat Jalan saudara dan ketua terbaik sepanjang masa."

Di mobil lain ada Hanna bersama Jodhi dan Zakia, gadis itu tidak mengeluarkan air mata. Hanya diam termenung. Zakia tampak mengusap pundak Hanna dengan lembut.

"Sabar Han.." ujar Zakia menguatkan sahabatnya itu.

Sesampainya mereka di sana, jenazah Akbar di keluarkan dari dalam mobil ambulance. Bukan para petugas yang mengangkat Jenazah itu melainkan Keenam inti Alzgaz.

Mereka dengan sigap mengangkat keranda yang berisikan jenazah sahabat sekaligus ketuanya itu.

Tampak Haikal yang sudah tidak bisa menahan tangis, laki-laki itu memegang keranda dengan erat di barisan depan bersama Aksa, di tengah ada Yoga Dan Dipta dan terakhir ada Marvin dan Aiden.

Lantunan kalimat Tahlil, La ilaha illallah, mengiringi mereka menuju tempat peristirahatan terakhir sahabatnya itu.

Banyak orang yang hadir, mereka semua adalah teman-teman Akbar di mulai dari anak jalanan yang datang. Mereka menangisi kepergian laki-laki itu, Teman-teman sekolah nya, dan Para anggota Alzgaz lengkap hadir.

Hanna diam tak bersuara melihat bagaimana proses pemakaman itu, ia masih setia memeluk HABA boneka peninggalan dari Akbar sebagai hadiah ulang tahun untungnya.

Tak ada lagi air mata kesedihan, hanya ada rasa sakit yang tak bisa di utarakan.

Di saat yang lain mulai meninggalkan makam setelah acara pemakaman selesai. Hanna tak bergeming dari tempatnya, ia masih setia mengusap batu nisan di hadapannya itu.
'XEANO AL AKBAR' Nama laki-laki yang selama ini Hanna cintai terpampang jelas di batu itu.

Di belakangnya, Keenam inti Alzgaz setia menunggu Hanna. Mereka mulai saat ini berjanji akan menjaga ratu Alzgaz dengan baik sebagaimana pesan Akbar pada mereka dulu.

"Bar? Hari ini aku ulang tahun, katanya kamu mau bawa aku ke pantai... Buat liat senja." Ujar Hanna, suaranya terdengar lirih memohon. Aiden mengigit bibirnya menahan gejolak Isak tangis yang ingin kembali tumpah.

"Kamu bilang kamu takut meninggalkan aku karena gak akan ada yang bisa mencintai aku seperti kamu memberikan cinta padaku."

"Kenapa kamu bohong? Kamu bilang gak akan pergi bar.."

Rasa sakit yang paling menyakitkan adalah, mengikhlaskan cinta pada orang yang sudah tiada dan Hanna, tidak bisa melakukan hal itu.

"Akbar? Terimakasih sudah hadir sesaat dengan kenangan indah yang kamu berikan untuk aku."

Selesai sudah, tak ada lagi sosok laki-laki dingin memiliki senyuman hangat. Tak ada lagi sosok laki-laki dengan mata tajam namun sendu.

Tak ada lagi sosok yang mencintai Hanna sangat dalam.

Kepergian Akbar di ibaratkan senja, singkat namun menyakitkan.

Perempuan itu mengusap kembali batu nisan di depannya sebelum kemudian mengecup batu nisan itu.

"Selamat tinggal, cintanya Hanna."

ARUTALA (TAMAT) revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang