Isi hati

235 22 1
                                    

Hallo
FOLLOW & WAJIB VOTE JUGA KOMENT!
RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR YA!!
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan

Hallo FOLLOW & WAJIB VOTE JUGA KOMENT!RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR YA!!Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


───────────────────────
36.) Isi hati

───────────────────────

Gavian membawa Hanna ke atas gedung, laki-laki itu masih memakai pakaian rumah sakit. Dan membawa sebuah pistol milik seorang petugas kepolisian yang menjaganya.

Gavian kabur dari pusat rehabilitasi dengan cara menghajar petugas yang berjaga menggunakan bangku yang ada di dalam kamar rehabilitasi nya.

Di sini lah Gavian sekarang, di gedung tinggi dengan Hanna yang ia tahan.

"LEPASIN!" Bentak Hanna memberontak, saat ia pulang dari toilet untuk menghampiri Akbar, dirinya di cegat oleh Gavian. Laki-laki itu datang menggunakan sebuah jaket dan topi. Di tangannya ada sebuah pistol sebagai senjata.

Gavian semakin mencengkram erat Hanna, membuat Hanna kesulitan bernafas,"gara-gara lo! Cewek sialan rencana gue berantakan!" Gavian menatap Hanna penuh amarah.

Hanna memukul-mukul lengan Gavian meminta mohon di lepaskan, pasokan oksigen nya semakin menipis. Gavian menyeringai melihat Hanna yang terlihat kesakitan.

BRAK!

Akbar datang memasuki rooftop gedung itu bersamaan dengan Yoga dan Aiden mereka datang karena mendapat kabar dari Akbar. Di bawah sana sudah ada polisi yang mengepung.

Gavian langsung menyeret Hanna dan mengunci pergerakan Hanna, gadis itu terlihat hampir tak sadarkan diri efek cekikan Gavian.

"Gavian! Lepasin Hanna, dia gak ada hubungannya dengan masalah kita." Bujuk Akbar, ia mencoba mendekati kembarannya itu.

"DIAM! LO MENDEKAT GUE BAKAL JATUHIN CEWEK LO KEBAWAH!" Ancam Gavian ia berjalan mundur, Akbar menjadi was-was.

"Gavian, dengarin gua jangan bergerak. Lo bisa jatuh kebawah!" Akbar kembali mengambil langkah namun Gavian malah menodongkan pistol pada Hanna.

"GUE BILANG DIAM BAR!"

Akbar terdiam, ia menuruti perkataan Gavian. Namun ia mengode Yoga dan Aiden untuk berjalan ke pinggir guna mengepung. Perlahan mereka berjalan mendekat.

Raut wajah Gavian terlihat putus asa, rasa dendam di dalam dirinya semakin menjadi karena Akbar yang memasukkan ke pusat rehabilitasi bahkan ia di perlakukan seperti orang gila.

"Lo, kenapa lo harus jadi kembaran gue bar?!" Tanya Gavian, ia menatap Akbar sendu.

"Gara-gara lo! Gue di asingkan bar! Lo menang semua perhatian nyokap dan bokap bar, lo jadi anak yang selalu di banggakan! Sedangkan gue?! Sejak kita kecil gue selalu gak di anggap, gue selalu di anggap beban dan anak yang gagal!"

ARUTALA (TAMAT) revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang