───────────────────────
37.) Dia pergi.
───────────────────────Hanna sedang berada di dalam mobil bersama Aiden juga Yoga menuju rumah sakit di mana Akbar dan Gavian di larikan. Air matanya tak berhenti membasahi pipi gadis itu, tangannya memeluk sebuah boneka berbentuk anjing kecil. Boneka yang tadi ingin Akbar berikan sebagai kado ulang tahun untuk Hanna, Akbar menyimpan boneka itu di mobil miliknya, dan Aiden lah yang memberikan boneka itu. Aiden mengatakan Akbar ingin memberikan ini pada Hanna sebagai hadiah ulang tahunnya besok.
Ia memeluk boneka itu, boneka yang ia katakan mirip dengan Akbar.
"Bar! Liat deh boneka itu mirip kamu!!" Seru hanna menuju pada sebuah boneka anjing yang ada di dalam mesin capit.
Akbar mengerutkan keningnya,"aku kayak anjing?"
"Ih bukaan! Maksud aku tuh liat deh mata kamu kalau senyum kayak boneka itu ahahaha!!"
Akbar menggelengkan kepalanya,"mau aku beliin ?" Tanya Akbar, melihat Hanna yang terlihat antusias menatap boneka di dalam mesin capit itu.
Hanna menggeleng,"gak mau belii, aku mau nya kamu kasih yang di dalam mesin ini, effort tau ngambilnya."
Tangis Hanna semakin pecah mengingat kembali kenangan di mana ia meminta Akbar untuk mengambil boneka di sebuah mesin capit.
"Yog? Akbar bakal baik-baik aja kan?" Tanya Hanna, yoga diam tak menjawab ia bingung harus menjawab apa, ia punya sama panik dan takut seperti Hanna.
Aiden semakin melanjutkan mobilnya menuju kerumah sakit.
Hanna memejamkan matanya, pikiran-pikiran negatif mulai menghantui kepalanya. Banyak pikiran negatif yang membuatnya semakin takut, ia memeluk erat boneka itu. Boneka itu terlihat memakai kalung dengan nama HABA (HannaAkbar)
Sesampainya di rumah sakit, perempuan berlari masuk mencari letak UGD tempat di mana Akbar dan Gavian mendapat penanganan. Hanna berlari bahkan sesekali ia hampir terjatuh, Aiden di belakang nya menjaga kalau saja Hanna terjatuh.
Sesampainya di sana ia melihat Marvin,Aksa,Haikal dan Dipta yang terlibat berdiri menunggu keluarnya dokter. Bahkan Hanna melihat kedua orang tua Akbar dan Gavian, Clarissa perempuan itu tampak termenung setelah mendengar cerita dari Dipta, ia menangis namun tak bersuara. Sama halnya dengan Faisal.
Saat Hanna menghampiri sontak inti Alzgaz itu menatap Hanna sendu, bisa mereka lihat sehancur apa gadis ini.
"Di mana Akbar?!" Tanya Hanna.
"Masih di dalam di tanganin dokter, luka Akbar parah... Kepalanya kehantam mobil.." Dipta menjawab.
"Akbar bakal baik-baik aja kan? Iya kan? jawaaab! Kenapa diam aja!" Gadis itu menangis tersedu-sedu.
Ini seakan mimpi untuk hanna, baru beberapa jam lalu mereka bersama saling melakukan hal romantis. Baru saja Akbar mengatakan takut untuk meninggal Hanna, tapi mengapa laki-laki itu sekarang ingin meninggalkan dirinya?
Sudah tiga jam mereka menunggu di depan ruang UGD namun dokter belum ada yang keluar untuk mengabari kondisi kedua laki-laki di dalam sana.
Hanna sedang duduk di samping Clarissa, gadis itu tadi mengamuk ingin masuk kedalam untuk menemani Akbar.
Clarissa menatap sendu gadis di samping, saat pertama kali Akbar memperkenalkan Hanna sebagai pacarnya, Clarissa sempat ingin menolak namun melihat bagaimana anaknya itu sangat mencintai Hanna membuat Clarissa ikut senang. Rasa bersalah menghantui dirinya, semua salah mereka sebagai orang tua yang berlaku tidak adil dan membuat anak mereka menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUTALA (TAMAT) revisi.
Teen Fiction[Revisi] #16+ ⚠️⚠️ [ WARNING ] Mengandung bahasa kasar. Gak suka skip aja yaa. Vote comment nya dong, jangan jadi silent readers. PS: masih acak"an hehe, gak suka skip penghujat and plagiat jauh-jauh! RANK🥇🥈🥉 #1 FANFICTIONNCT (29082022) #1 AKBAR...