Chapter 13

1.7K 81 0
                                    

Plak!

" Kau tidak sadar kah Kim Jisoo!" teriak nya sembari nafasnya memburu kerana ulah putra nya berani sekali menekan ingatan yeri sehingga dilarikan kerumah sakit.

" Sudah berapa kali aku bilang! Kenapa kau tidak mendengar satu pun! hah!" bentak nya. Kali ini ia benar benar marah pada jisoo.

Ia menyayangi jisoo kerana keluarga Weiller bukan keluarga sembarangan orang untuk dikacau. Tuan Kim Taeyoung menghela nafasnya.

" Kau benar-benar ingin cari mati! Kau itu putraku! darah dagingku! kenapa kau tidak mendengarkan ku!" Lagi-lagi ia memarahi serta menekankan setiap ucapannya agar jisoo mendengarkan ia.

Taeyoung menatap nanar wajah jisoo dan ia juga kesian melihat keadaan putranya yang setiap hari belum bisa melupakan sosok Jane. Taeyoung tahu gadis itu hanyalah kekasih putranya.

Ia tidak menyangka akan bisa begini akhirnya. " yebbo~a...." panggil nya perlahan. Taeyoung menoleh dan menatap istrinya yang khawatir melihat mereka berdua.

" Eugene~a. Kau lihatlah anakmu ini. Kenapa dia tidak mendengarkan ku?" lirihnya dengan nada takut kali ini. Jisoo diam masih berlutut dihadapan ayahnya.

Sang ibu malah mengusap pipi suaminya dan menenangkannya. " Minta maaflah hm?" bujuk Eugene menatap kedua-dua mereka.

Eugene menarik kedua-duanya dan memeluknya hangat. " Jangan berdebat. Aku membenci nya." bisiknya sambil memeluk erat kedua-dua nya.

Taeyoung dan jisoo terdiam sambil memeluk Eugene tak terkalah erat memeluk sesama mereka. Eugene tersenyum dan mengusap-usap setiap punggung keduanya.

" Jangan berdebat lagi, hm. jebal?. " Eugene juga khawatir pada suami dan anaknya jika bertengkar hebat. Bisa-bisa nya ia tidak menemui keduanya nanti.

" geure." Taeyoung mengecupi dahi isterinya dan mengacak-acak rambut jisoo.

" Kau sudah besar nak. Pikirkan lah dampak kearah kita nak. Apa kau mau keluarga kita hancur?" Taeyoung berucap jujur pada jisoo. Jisoo diam dan memuguti setiap kata ayahnya.

" Keluarga Weiller bukan sembarangan orang nak. Kau tidak lihat pekerjaan gila Putra tertua Manoban itu?" Benar apa yang ayahnya katakan. Kehidupan Lisa bukan biasa-biasa. Dia pengusaha yang kaya-raya, tanpa bantuan ayahnya Lisa bisa berdiri teguh.

Tambah lagi dia mafia yang berpengaruh di Korea, bukan saja di Korea banyak lagi ditempat lain-lain.

" Dia bukan sekadar pengusaha, dia Boss Mafia. Boss terpengaruh nak. Appa hanya kau tidak mahu mati ditangan orang gila itu. Appa hanya ada kalian berdua. Jika kehilangan salah satu dari kalian Appa juga tidak sanggup hidup. Kau mengertilah perasaan kami, nak?" Lirih Taeyoung panjang lebar mengatakan itu.

" Kami sentiasa menyayangi kau nak. Appa tidak minta kau lupakan Jane tetapi simpan kenangan yang kau ada bersamanya. Bertahanlah demi orangtuamu, nak." Lirih Taeyoung lagi bahkan airmatanya sudah mengalir mengatakan itu.

Jisoo tertegun dan terkelu lidahnya untuk bicara. Ia tidak tahu ingin berbuat apa ketika orangtuanya menangis. Dia hanya sakit hati melihat itu. Rasanya lebih sulit dari kehilangan Jane.

Jisoo sudah membuat orangtuanya menangis itu adalah kesalahan besar pada anak. Jisoo menahan airmatanya tidak jatuh. " Appa. Uljima, Aku benci melihat itu." Jisoo meremas pahanya geram ia tidak suka melihat orangtuanya menangis.

Taeyoung menghentikan airmatanya dan mengangguk lalu memeluk jisoo erat. " Tolong mengerti perasaan kami nak." Jisoo terus mendakap ayahnya dan menumpahkan cairan bening putih itu pada bahu ayahnya.

[✔️]BAD |JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang