"Mulai sekarang, Lo harus jadi babu gue."
* * *
Ini kisah yang menceritakan tentang Bos dan sang Babu. Kisah tentang Nathaniel Johanes dan Yuranne Zannira.
Kesalahan yang tidak disengaja Yuran...
Ya biarin aja sih, semua orang kan berhak bodoh - - -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat ini disekolah ada Yuranne dan teman-temannya yang sedang berada dikelas.
Sekarang adalah istirahat jam ke dua. Namun mereka tidak ingin ke kantin sebab sudah merasa kenyang. Mereka hanya berbincang-bincang di dalam kelas.
Saat mereka masih mengobrol, ponsel salah satu dari mereka berbunyi. Dan itu ponsel Yuranne.
0831-------- is calling
Dahi Yuranne mengkerut melihat nomor asing yang menelponnya.
"Kok ga diangkat Rein?" tanya Alika yang diangguki Belinda sambil menatap Yuranne dengan tatapan bingung.
"Nomor ngga dikenal yang nelpon aku Al, Bel," ucap Yuranne.
"Angkat aja Rein, siapa tau penting," ucap Belinda.
Yuranne mengangguk menyetujui ucapan Belinda.
"Ya udah aku angkat di luar aja ya," ucap Yuranne sambil menatap ke tiga temannya.
Mereka mengangguk menyetujui. Detik itu langsung Yuranne keluar dan mulai mengangkat telpon orang asing tersebut.
"Halo?" panggil Yuranne saat mulai mengangkat telpon.
Tak mendapat jawaban alis Yuranne berkerut menyatu.
"Halo?, ini siapa ya?" tanya Yuranne
"Kenapa lama ngangkat?" kata pertama orang asing tersebut mulai terdengar di telinga Yuranne.
Alis Yuranne lagi-lagi mengkerut. Dia seperti mengenal suara ini.
"Lo dimana babu?" ucap orang tersebut sekali lagi.
Yuranne tidak menjawab. Dia terdiam memikirkan panggilan yang tak asing baginya.
Helaan nafas mulai terdengar dari sana.
"Gue Nathan, cepet ke Rooftop. Gue tunggu."
Tit
Yuranne terpaku. Jadi yang menelpon nya adalah Nathan?, dari mana dia mendapatkan nomor ponsel nya.
Tak ingin membuat Nathan marah, Yuranne bergegas menuju ke Rooftop tanpa mengatakan kepada teman-temannya.
Disepanjang jalan, lagi-lagi Yuranne dilihat dengan pandangan yang berbeda-beda. Pandangan yang menurutnya paling mencolok adalah pandangan dari para gadis.
Yuranne tidak mengetahui alasan mereka melihatnya dengan pandangan tersebut.
Tak ambil pusing, Yuranne langsung berlari menuju ke Rooftop.
Saat sampai di pintu Rooftop, Yuranne tidak mengetuk pintu dan langsung membukanya.
Yang Yuranne lihat adalah banyaknya laki-laki yang melihatnya dengan tatapan berbeda-beda.