[15]

3.9K 171 2
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

Viola menolehkan kepalanya ke kiri, tepat kepada Kaluna yang tengah membenamkan seluruh wajahnya pada lipatan tangan yang berada di atas meja. Viola mendengus sebal mengingat Kaluna yang semenjak beberapa saat lalu memilih untuk duduk membenamkan wajahnya seperti itu. Beruntung sesi kuliah kali ini keduanya duduk di deret paling belakang.

“Lun, lo tidur?” tanya Viola seraya memegang bahu kanan Kaluna.

Mendengar suara Viola yang memanggil namanya membuat Kaluna mengangkat wajahnya. Dia menatap Viola dengan kedua matanya yang setengah terpejam.

Melihat kondisi Kaluna yang tidak bisa dikatakan baik membuat Viola segera mengecek suhu tubuh Kaluna. Viola refleks menjauhkan tangannya dari dahi Kaluna saat telapak tangannya bersentuhan langsung dengan dahi Kaluna yang sangat panas itu.

“Lun, lo sakit? Kenapa enggak bilang gue daritadi” ujar Viola khawatir.

Kaluna tersenyum kecil. Kedua matanya yang sayu menatap Viola intens. “I’m okay

Viola berdecak kesal. “Gila loh, hah. Badan lo panasnya udah kayak telor rebus masih dibilang okay. Bodoamat, kita ke rumah sakit sekarang pokoknya”

Viola memandang ke seisi ruangan kelas yang sudah kosong. Wajar saja, sesi kuliah sudah selesai sejak beberapa saat yang lalu. Tidak menemukan ada orang lain yang bisa membantunya, Viola kemudian membantu Kaluna yang terlihat sangat lemah berdiri seorang diri.

“Lun, lo bisa jalan kan sampai parkiran?”

Kaluna mengangguk mengiyakan membuat Viola bernapas lega. Setidaknya Kaluna merasa sanggup untuk berjalan beberapa langkah menuju mobil Viola yang terparkir di pelataran parkir yang tidak jauh dari gedung kuliah yang mereka tempati sekarang.

Satu demi satu langkah mereka lewati bersama dengan Viola yang membantu Kaluna untuk berjalan. Begitu juga dengan Kaluna yang terus mencoba menguatkan diri untuk terus berjalan bersama Viola.

Perasaan lega menghampiri Kaluna dan Viola manakala mereka sudah berdiri sempurna di sisi mobil berwarna putih milik Viola. Kaluna berterimakasih saat Viola membantunya untuk duduk di bangku penumpang. Usai merasa siap, Viola kemudian menjalankan mobilnya menuju salah satu rumah sakit yang berada tidak jauh dari kampus mereka berada.

Melihat Kaluna yang menyandar lemah pada jendela mobil membuat Viola semakin menambah laju mobil yang tengah ia kendarai ini. Beberapa kali Viola bahkan mendapatkan klakson keras dari pengendara lain karena aksi brutal Viola yang mengendarai mobil. Itu semua Viola anggap hanya angin lalu. Baginya yang terpenting saat ini adalah Kaluna sampai di rumah sakit secepat mungkin.

Beruntung, dewi fortuna masih memihak kepada Viola dan Kaluna. Setelah cukup lama bergumul dengan ratusan kendaraan lain di jalan raya, Viola akhirnya bisa menepikan mobil miliknya di depan pintu unit gawat darurat salah satu rumah sakit paling dekat dengan kampus. Segera saja Viola turun dari dalam mobil dan meminta satpam yang berjaga untuk membantu mengambilkannya kursi roda.

Viola baru bisa bernapas lega saat salah seorang dokter yang berjaga di unit gawat darurat selesai memeriksa Kaluna. Terlebih setelah mendengar penjelasan dari dokter tersebut yang mengatakan bahwa Kaluna hanya mengalami dehidrasi dan kelelahan yang berlebih. Untungnya lagi, Kaluna tidak perlu harus dirawat inap. Kaluna bisa pulang setelah infus yang menancap pada punggung tangan kirinya habis.

Viola tersentak saat kedua matanya melihat Kaluna yang membuka kedua matanya lemah. Kaluna tersenyum kecil pada Viola yang menatapnya khawatir. Hal itu tentu membuat Viola berdecak kesal karenanya.

“Lo masih bisa senyum disaat kondisi lo kayak gini?” kesal Viola tertahan. Jika dia tidak mengingat kondisi Kaluna yang terbaring lemah, sudah habis Kaluna di tangannya.

Kaluna terkekeh. “galak banget sih lo”

please ya Kaluna sayang, lo itu udah kayak orang mau mati tadi, dan sekarang lo bisa-bisanya ketawa cengengesan kayak gitu? Sumpah, parah banget lo” ujar Viola tidak habis pikir.

Kaluna menumpukan tangan kiri di atas punggung tangan Viola yang berada di atas ranjang. Kaluna tersenyum lebar pada Viola.

“sorry udah bikin lo khawatir, but I’m okay now

okay okay, pala lo noh okay. Coba lo ceritain ke gue kenapa bisa kayak gini. Gue tau lo tepar bukan cuma karena kecapekan doang. I know you’re not okay right now. Lo lagi kepikiran apa. Do you need somebody to hear your story?” ujar Viola menatap Kaluna dengan serius.

Kaluna tersenyum kecil pada Viola. Teman dekatnya ini seolah seperti cenayang. Dia tau saja apa yang Kaluna rasakan meski Kaluna tidak pernah menceritakannya secara gamblang. Setelah terdiam beberapa saat akhirnya mengalirlah cerita Kaluna mengenai semua yang dia rasakan akhir-akhir ini. Terlebih apa yang dia rasakan selama beberapa hari belakangan ini.

Kaluna sebenarnya sadar semenjak acara tahunan berakhir, dirinya merasa tidak enak badan. Hanya saja Kaluna tetap membiarkan tubuhnya yang kelewat lelah itu untuk terus beraktivitas tanpa henti. Bukannya apa, setelah acara berakhir masih banyak hal yang harus Kaluna urus sebagai koordinator acara. Selain itu tugas kuliah yang terus berdatangan membuat Kaluna harus memforsir kerja tubuhnya menjadi berkali-kali lipat.

Beban pikiran Kaluna yang sudah berlebih terpaksa harus bertambah lagi oleh kehadiran Aezar. Semua perlakuan Aezar kepada dirinya sejak pertama kali bertemu membuat Kaluna menjadi overthinking. Apalagi dengan semua aturan, perintah, dan kelakuan posesif yang ditunjukkan Aezar. Semua itu benar-benar membuat Kaluna lelah. Semua kelelahan dan beban pikiran yang menumpuk itu pada akhirnya membuat Kaluna drop, baik fisik maupun batinnya. Jadilah seperti ini sekarang.

Kaluna mengaku kalah.

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET TO VOTE ☆
____________________________________

SEREINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang