"Saya ada rasa sama Pak Jaehyun."Jantung gua rasanya mau berhenti setelah mendengar pengakuan dari Alessia barusan. Gua nggak tau harus marah atau apa. Gua terlalu kaget sampai gua nggak bisa bergerak sama sekali.
"Ya, saya punya tunangan. Tapi, siapa sih yang nggak kagum sama Pak Jaehyun, Bu?" Kata Alessia sambil mendongak.
Gua langsung mengingat saat mereka berdua keluar kota. Apa jangan-jangan mereka melakukan sesuatu. Jangan-jangan Jaehyun nggak ada bisnis apa-apa di sana dan cuma mau jalan-jalan berdua.
"Saya tau diri, Bu. Saya nggak mau makin sakit dan saya juga nggak mau ngancurin hubungan Ibu sama Pak Jaehyun." Kata Alessia.
"Ditambah lagi Grayson yang nggak bisa lepas dari saya. Saya nggak mau bikin dia makin bergantung sama saya. Saya juga bisa ngerasain kalo Ibu ada rasa curiga sama saya selama saya kerja di sana." Lanjutnya.
Alessia mendongak lalu menatap gua. Dia tersenyum sekilas, tepat saat itu juga air matanya jatuh dan gua udah siap mendengar tangisannya lagi. Tapi, gua rasa dia sedang mati-matian menahan tangisannya.
"Nggak usah khawatir. Pak Jaehyun setia sama Ibu, kok. Saya tau persis. Saya nggak pernah ngapa-ngapain sama beliau. Beliau juga nggak pernah terpengaruh sama wanita-wanita yang sering ngegoda beliau." Kata Alessia.
Akhirnya gua bisa bernafas lega mendengar pernyataan dari Alessia barusan. Sekarang gua nggak tau harus apa. Ruangan ini hening, cuma ada suara nafas berat Alessia.
"Thalia benci sama saya karna dosa mama saya dulu." Kata Alessia tiba-tiba.
"Mama saya yang ngerebut ayahnya dari keluarga dia. Sekarang dia mau bales dendam. Dia mau ambil tunangan saya, dia bikin seakan-akan saya yang salah dan mereka kabur gitu aja." Katanya.
"Saya nggak punya bukti kuat, tapi saya mohon Ibu percaya sama saya. Saya nggak mungkin nyakitin Grayson atau ada niatan buat misahin Grayson dari Ibu. Nggak ada niatan jahat sama sekali." Lanjutnya.
Emang bener Alessia nggak punya bukti yang kuat. Tapi, entah kenapa gua merasa kalo Alessia nggak salah. Dari awal gua tau Alessia orang yang baik.
Mata gua tertuju ke jam dinding, udah lumayan lama gua ada di sini. Gua rasa gua nggak bisa lama-lama ninggalin Grayson walaupun dia nggak sendiri. Gua harus ambil hatinya dia.
"Saya harus pulang." Kata gua sambil berdiri.
"Bu!"
Alessia menahan tangan gua dengan matanya yang berkaca-kaca. Gua mengangkat kedua alis gua seakan bertanya kenapa dia menahan gua.
"Please, percaya sama saya." Kata Alessia. Gua hanya mengangguk sekilas lalu pergi meninggalkan apartment Alessia tersebut.
Gua nggak paham kenapa gua harus terlibat dalam masalah keluarga mereka. Kenapa harus gua yang jadi korbannya? Sekarang anak gua udah nggak mau ngomong sama gua.
Kenapa ada orang jahat kayak mereka, yang egois dan nggak pernah mau tau perasaan korbannya. Di sini gua nggak salah apa-apa, tapi gua juga kena. Bahkan gua sama sekali nggak tau urusan hidup mereka.
Sepanjang perjalanan gua terus merenung sampai nggak kerasa kalo gua udah ada di depan rumah. Gua langsung turun dari mobil dan bergegas menghampiri Grayson yang ada di kamarnya sekarang.
"Sayang?"
Grayson yang sedang menggambar menoleh ke arah gua lalu dia kembali fokus pada bukunya. Gua hanya bisa menghela nafas panjang melihatnya. Kayaknya gua udah mulai terbiasa sama dia.
"Besok kita main ke amusement park yuk." Ajak gua.
"Mama cuma bisa janji." Kata Grayson.
"Mama bakal batalin semua janji mama besok supaya mama bisa main sama Grayson." Kata gua dengan penuh senyuman dan Grayson hanya mengangguk sekilas lalu dia kembali fokus dengan gambarnya.