"Kamu nggak mau mikirin lagi soal permintaan Grayson?" Tanya gua pada Jaehyun yang baru aja pulang kerja.Hubungan gua sama dia sebenernya masih belum membaik juga. Cuma gua mau omongin ini demi kebaikan Grayson. Grayson pengen nginep di puncak dan gua mau aja ninggalin kerjaan gua dulu biar Grayson bisa seneng.
"Sibuk." Jawab Jaehyun.
"Tuh, liat aja siapa yang nggak bisa ngasih waktu buat anaknya." Ketus gua.
Jaehyun yang lagi membuka kancing kemejanya langsung berhenti dan menatap gua dengan tajam. Gua sama sekali nggak takut dan gua membalas tatapan dia seakan menantangnya.
"Aku nggak mau ribut, ya. Aku baru pulang kerja." Kata Jaehyun.
"Aku juga nggak mau ribut. Aku cuma pengen omongin soal permintaan Grayson." Kata gua.
"Nggak ngajak ribut apaan? Kamu nggak sadar barusan kata-kata kamu itu ngajakin ribut?" Tanya Jaehyun.
Gua mematikan televisi kamar gua dan berdiri dari sofa lalu mendekat pada Jaehyun yang sedang berdiri tepat di sebelah kasur.
"Kamu aja kali yang ngerasa tersindir." Kata gua.
"Ngapain aku tersindir?" Tanya Jaehyun.
"Oh, berarti sampe sekarang masih belom sadar kalo kamu juga emang nggak bisa bagi waktu buat Gray?" Tanya gua balik.
Padahal cuma nginep satu malam. Apa susahnya sih? Selama ini juga dia nggak pernah ninggalin kerjaan dia. Nggak salah kan kalo sekali-sekali ninggalin kerjaan dia sebentar? Toh acaranya juga weekend.
"Padahal weekend loh. Aku aja mau ninggalin kerjaan aku pas weekend. Padahal weekend bakalan rame banget di cafe. Sedangkan kamu off harusnya." Kata gua.
"Kamu nggak usah banding-bandingin kerjaan aku sama kerjaan kamu deh." Kata Jaehyun.
Padahal awalnya gua udah ngomong baik-baik biar dia bisa berubah pikir. Eh, sekarang malah jadi ribut berdua kayak begini.
"Kamu udah kebanyakan kerja sampe lupa buat senening anak kamu! Kamu kira dia bisa seneng sama semua mainan yang kamu kasih ke dia?! Dia masih anak kita, dia jauh lebih butuh perhatian kita daripada mainan-mainan yang kamu kasih." Kata gua.
"Kamu sendiri sadar kan dia kurang perhatian dari kita? Tapi, kamu juga nggak mau ngasih waktu buat dia dan selalu nuntut aku buat penuhin semuanya. Asal kamu tau, kasih sayangnya itu nggak bakalan penuh kalo cuma aku yang isi, harus ada sosok ayah juga yang isi." Lanjut gua.
Jaehyun keliatan marah dan asal melempar bajunya ke sembarang tempat dan memakai kimononnya. Jaehyun berjalan ke dalam kamar mandi, tapi gua nahan dia karna gua mau dia buat keputusan sekarang. Pokoknya detik ini juga dia harus bilang dia mau nginep di puncak.
"Apalagi sih?" Tanyanya.
"Pokoknya aku mau booking villa tanggal itu." Kata gua.
"Terserah kamu. Tapi, aku nggak ikut. Kalo mau pergi, ya kalian berdua aja."
Gua berusaha mati-matian buat nggak ngasarin Jaehyun. Tangan gua udah mengepal dan gua juga berusaha buat ngatur nafas gua.
"Kamu kenapa sih? Kok jadi kayak begini?" Tanya gua.
"Kamu muak sama aku? Hah?" Tanya gua dengan pelan.
Kedua alis Jaehyun mengerut dan dia langsung menatap gua dengan serius. Jaehyun melangkah keluar dari kamar mandi dan mendekat pada gua.
"Kamu kenapa jadi mikir kayak gitu sih?" Tanya Jaehyun.
"Ya, gimana aku nggak mikir kayak gitu? Kamu bilang kamu mau cari orang lain kok! Kamu juga nyari-nyari kesalahan aku terus kayaknya. Bilang aja to the point kalo kamu emang udah muak sama aku." Kata gua.