06: bakal kalah

123 50 381
                                    

Dika yang dengan damai membaca bukunya merasa terganggu karena suara berisik di kelas mereka.

"Ribut banget sih," gerutu Dika pelan.

"Biasalah, namanya juga istirahat," jawab Keyza yang fokus bermain dengan handphone nya.

Arida beranjak dari kursinya menuju meja Karan yang sedang sibuk menggambar.

"Nih, buat lo, Kar." Arida menyodorkan sebuah buku ke hadapan Karan.

Karan menatap buku itu sekilas. Dia berganti menatap Arida yang membuat gadis itu tersipu.

"Buat gue?" Tanya Karan meyakinkan. Arida mengangguk semangat.

"Kok buku? Kan gue nggak suka baca buku. Mendingan lo kasih sama yang lain aja jangan gue."

Karan bangkit dari duduknya melangkah keluar kelas. Arida memasang raut wajah kecewa, Karan menolak nya lagi kali ini.

"Ar, Ar, udah berapa kali sih lo ditolak sama Karan? Bukannya stop malah masih berjuang," ucap Argan santai dari mejanya.

Arida menatap Argan marah "Lo, nggak usah ikut campur urusan gue."

"Tapi yang gue omongin ada benernya, kan? Lo udah ditolak mending lo sadar diri aja," ucap Argan tak mau kalah.

Keyza bangkit dari duduknya menghampiri meja Argan.

"Heh, Argan! Bisa nggak sih mulut lo dijaga, nggak usah hobi banget ngurusin urusan orang lain."

Argan menatap Keyza remeh "Gue nggak salah. Yang seharusnya lo nasehatin itu, temen lo bukan gue." Argan berganti menatap Arida. "Suruh temen lo itu sadar diri, kalau dia udah ditolak," tambahnya.

Keyza mengepalkan tangannya. Argan selalu saja membuat kesabarannya itu habis. Kalau aja Argan itu bukan pengadu, udah bisa dipastikan kalau dia sudah tamat sekarang juga.

"Argan, mending lo nggak usah ikut campur deh. Terserah Lina dong mau berjuang atau stop, karena itu hak dia. Toh nggak ada yang salah kalau Lina masih mau berjuang buat dapetin Karan dan hidup lo juga nggak terganggu kalo dia mau berhenti atau nggak." Dika yang sedari tadi diam akhirnya buka suara. Dia sudah tak tahan lagi atas sikap Argan yang menurut nya sudah keterlaluan.

"Anak baru, lo diem aja. Nggak usah ikut cam—"

"Lo yang seharusnya nggak usah ikut campur urusan gue!" potong Arida.

Argan menatap teman-temannya emosi. Aldiro yang melihat kejadian itu hanya bisa tersenyum kecil.

Argan yang melihat Aldiro tersenyum merasa kalau itu hinaan baginya. Dengan cepat dia menghampiri meja Aldiro dan menggrebak mejanya.

"Azis gagap nggak usah ketawa lo." Argan menjambak rambut Aldiro hingga wajahnya menatap wajah Argan.

"Nggak usah lo main kasar" Keyza melepaskan jambakan Argan dari Aldiro.

"Lo nggak usah sok jadi pahlawan buat dia, Key!"

Keyza menatap Argan datar "Gue cuma nggak suka ada kekerasan di kelas."

Argan tertawa remeh "Seharusnya lo urusin aja noh, temen baru lo yang udah buat masalah sama kakak kelas." Argan menatap Dika sekilas lalu berganti menatap Keyza "Buat malu aja."

"Bukan Dika yang salah." Perkataan Keyza berhasil menghentikan langkah Argan yang berjalan keluar kelas.

"Kak Abim yang salah. Dia yang udah nyari perkara duluan sama Dika."

"Gue nggak percaya," ucap Argan tanpa membalikkan tubuhnya.

"Menurut gue dia udah bikin malu nama anak IPA 1, jadi seharusnya dia keluar aja dari kelas ini." Argan kembali melangkahkan kakinya keluar kelas.

ADIRA (regret)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang