10: ARYA BIMANTARA

108 38 271
                                    

⚠️ WARNING!

      KALAU MAU BACA TUNGGU BUKA PUASA AJA (bagi yang puasa)
      PART INI MENGANDUNG BANYAK KATA KASAR!!

***

Motor yang melaju lumayan cepat
dijalan raya itu membuat sebagian pengemudi resah. Banyak orang yang sudah meneriaki dirinya. Tapi si pengguna motor tetap aja tidak mau berhenti dan tidak peduli.

Arya— maksudnya Abim sampai dirumahnya dalam waktu singkat. Ini adalah hasil dari mengebut dijalan.

Abim masuk kerumahnya. Rumahnya sunyi sampai ada seorang pria paruh baya keluar dari kamar. "Arya, darimana aja kamu? Kenapa baru pulang sekarang?" tanya pria itu membentak.

Abim tak memperdulikan pertanyaan pria itu, dia terus melangkah masuk ke kamarnya. "Arya kalau orang tua nanya itu dijawab!" bentak nya.

"Males."

Plakk

Satu pukulan mendarat di pipi Abim. pipinya sakit dan memerah. "Lo mukul Arya?" Seorang wanita paruh baya keluar dari dapur menghampiri Abim dan pria itu. "Anak lo yang kurang ajar sama gue," balas nya. "Lo nggak ada hak buat nyakitin anak gue," pekik wanita itu.

Abim terdiam dan menunduk. Dimulai lagi, pertengkaran ini dimulai lagi. "Anak lo yang salah ya bangsat!" Wanita itu menampar wajah pria dihadapannya. "Ini salah lo ya, babi!"

Umpatan demi umpatan keluar. Mereka berdua terlalu sibuk membentak dan mengumpat untuk satu sama lain, hingga mereka tak sadar ada Abim yang sudah berusaha menahan tangis melihat pertengkaran mereka berdua.

"Lo nggak usah sok berlaku paling bener. Lo juga sama kayak Arya jarang pulang," pekik wanita itu.

"Tapi gue nggak bakal selama ini ya babi!" balasnya.

"Lo nggak usah sok nyari pembenaran. Kang selingkuh aja bangga," ujar sang wanita.

"Nggak usah bawa-bawa masa lalu ya taik! Kita lagi bahas Arya sekarang!" tegasnya.

"Lo—"

"BISA BERHENTI NGGAK! ARYA CAPEK DENGERNYA!" teriak Abim. Abim berjalan pergi masuk ke kamarnya meninggalkan kedua orangtuanya yang masih saja bertengkar.

Abim duduk di ujung kasurnya. Melempar asal tasnya.

"Lo itu kayak babi!"

"Apa bajingan?!"

Setetes air mata jatuh dari mata Abim tanpa lelaki itu sadari. Sakit. Rasanya sakit. Setiap dia pulang selalu aja seperti ini. Maka dari itu Abim jarang banget buat pulang ke rumahnya. Karena mau dia ada atau tidak pertengkaran kedua orangtuanya juga tidak akan pernah berakhir. "Gitu aja terus, sampai lebaran kuda," gumamnya.

Abim merebahkan dirinya diatas kasur, menenggelamkan wajahnya di bantal dan menangis di sana. Abim menatap sekeliling kamarnya. Ada foto yang menarik yang terpajang di atas meja belajarnya. Sebuah foto keluarga. Di foto itu Abim tersenyum. Dia terlihat sangat bahagia. Begitupun orangtuanya. Foto yang diambil saat dia masih duduk di bangku SD membuat matanya kembali berair. Foto yang mengingatkan nya akan kebahagiaan keluarga yang dulu pernah ia rasakan sewaktu di Yogyakarta. Sekarang foto itu akan menjadi kenangan masa bahagia dirinya bersama kedua orangtuanya.

"Arya kangen mama sama papa yang dulu. Mama sama papa yang nggak pernah berantem kayak gini dan selalu harmonis," isak Abim. Abim kembali menenggelamkan wajahnya di bantal.

"Arya harap pak Dewantara dan Bu Nirwani segera mengembalikan papa sama mama kayak dulu," ucap nya parau. Kenyataannya Dewantara dan Nirwani adalah nama orang tua Abim. Nama yang berisi keegoisan yang merenggut kebahagiaan keluarga kecilnya.

ADIRA (regret)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang