Mohon perhatian!
Aku berharap banget untuk chapter ini, kalian semua bisa bener-bener fokus buat baca, nggak usah terlalu banyak komen juga nggak papa, aku cuma pengen kalian fokus baca chapter ini.
Happy reading :)
***
Memang benar adanya,
Seseorang itu akan terlihat
Berharga, saat dia sudah tak ada.***
Siska masih senantiasa menangis di pelukan Ari. Ia dan juga suaminya, masuk ke ruang jenazah, menuju tempat Dika. Mereka harus melihat keponakan mereka untuk... yang terakhir kalinya.
Siska berjalan perlahan, membuka kain yang menutupi wajah Dika. Seketika tangis nya kembali pecah, saat dia berhasil melihat wajah pucat Dika, dengan mata tertutup dan tidak lagi bernyawa.
"Kenapa kamu, ninggalin Tante, Dek...," lirih Siska mengelus pelan rambut Dika. "Tante, sayang banget loh sama kamu, Dek. Tapi kamu maunya bareng sama Kak Ayu," sambungnya lirih, membuat Ari membuang arah pandangnya, dan berusaha sekuat tenaga menahan tangis.
"Mulai sekarang, udah nggak ada orang yang bisa Tante sebut anak Tante lagi. Katanya kamu mau nemenin Tante, tapi kamu pergi duluan, sayang." Ari dengan cepat memeluk Siska, membiarkan Siska menangis sepuas hatinya. "Dika udah nggak ada, Mas," parau Siska.
"Ikhlasin Dikanya, ya," tutur Ari, mengelus lembut punggung Siska dengan pandangan yang tertuju ke Dika, dan air mata yang sudah menetes dari matanya.
Siska melepaskan pelukannya, "Kita lakuin keinginan terakhir Dika ya." Ari mengeluarkan surat yang diberi oleh petugas rumah sakit. Surat yang ditemukan oleh para petugas di dalam kantong celana yang dikenakan oleh Dika.
Surat yang bertuliskan, 'Om, Tante, kalau seandainya Dika udah mati, kasih jantung Dika buat Dira ya... Dira lagi sakit, Tan. Dira itu orang baik, dia masih berhak hidup terus bahagia. Tante jangan marah-marah lagi ya sama Dira, karena Dika sayang sama Dira, tapi Dika jauh lebih sayang sama Tante hehe ^‿^. Bilang juga ya, sama mama sama papa, Dika minta maaf sama mereka karena sampai sekarang Dika belum bisa jadi kebanggaan mereka, Dika juga mau minta maaf banget sama om sama tante juga, Dika cuma bisa bikin kalian repot sama nyusahin kalian aja. Nanti Tante bahagia terus ya, karena Dika juga bahagia. I love you, Tante ku sayang ♡♡.
Dari Dika, untuk
Tante Siska tersayang.'*****
Operasi di mulai, setelah Dika dinyatakan sudah tiada, dan sudah mendapat izin dari pihak keluarga Dika dan juga Dira, akhirnya operasi itu dilakukan.
Operasi transplantasi jantung, untuk menyelamatkan nyawa Dira itu berlangsung cukup lama. Cukup membuat orang-orang yang berada di luar ruang operasi menunggu dengan perasaan yang sangat tidak karuan.
Hampir setiap jam bahkan setiap menit, Tinna selalu merapalkan doa-doa untuk keselamatan Dira. Karena bagaimanapun dia tahu bahwa operasi transplantasi jantung ini punya resiko yang besar.
"Dira...," lirih Tinna, bersamaan dengan itu, pintu ruangan operasi itu terbuka, menampilkan beberapa suster yang mendorong brankar berisi seseorang yang wajahnya ditutupi oleh kain. Yang tak lain dan tak bukan, seseorang itu adalah seorang Andika Putra.
Sang Dokter juga keluar dari ruangan, membuka maskernya. Tinna dan Padil segera bangkit dari duduk mereka, mendekati sang Dokter.
"Dokter, bagaimana keadaan putri, saya?" tanya Padil segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIRA (regret)✔️
Novela JuvenilBELUM DI REVISI! JANGAN DIBACA, KALAU NGGAK MAU TERTEKAN! ⚠️ Terdapat banyak kata-kata kasar dan kekerasan! ⚠️ Ini tentang Adira Anastasya, gadis cantik nan pintar yang sangat dicintai oleh Abim dan Dika. Ini tentang Andika Putra, seorang lelaki SMA...