28: terungkap dan damai

62 18 272
                                    

"Abim!" jerit Dira, saat ia telah selesai mendengar semua yang keluar dari mulut busuk mereka. Bersamaan dengan itu juga, Dika masuk ke dalam cafe, dan di lihatnya Dira yang melihat kebersamaan Abim dan juga Zahida.

Abim dan Zahida terkejut, melihat Dira yang bisa datang ke tempat ini. Bukankah Dira tak mengenal cafe ini, lantas mengapa ia bisa datang ke sini.

Abim melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Zahida, dan Zahida juga menurunkan tangannya yang berada di pundak Abim. Mereka sama-sama menatap Dira sekarang, Dira yang marah dan sudah mengetahui semuanya.

Plakk

"Gilak lo!" umpat Dira, menampar Zahida, hingga wajah gadis itu tertoleh ke samping. Zahida hanya diam, terus menunduk, tak berani menatap Dira.

Plakk

Kini tamparan itu, Dira berikan untuk Abim, "Buat lo juga!"

Dira menarik kerah Abim kasar, "Maksud lo apa? Bisa-bisanya lo pacaran sama dia?!" Dira melepaskan tarikannya kasar, beralih menatap Zahida yang masih terus saja menunduk.

Tangan Dira bergerak mencengkeram pipi Zahida, memaksa mata Zahida untuk bertemu dengan matanya. "Murahan lo!" bisik Dira pelan, "Bisa-bisanya lo malah pacaran sama pacar gue, Za. Lo temen gue, Za, kenapa jadi gini," lirih Dira, sembari melepaskan cengkraman nya.

"Gue nggak ngerti akal sehat lo berdua di mana," timpal Dira, menatap Abim dan juga Zahida bergantian. Syukurnya cafe masih sunyi, jadi tak banyak yang mendengar kegaduhan yang di buat oleh Dira, berbeda dengan situasi Dika yang memergoki Abim disaat keadaan cafe tengah ramai.

"Bim, kok bisa lo bareng sama Za?" tanya Dira lirih, "Ngomong!" Masih tak ada jawaban yang keluar dari mulut mereka berdua, sedangkan Dika terlihat panik, melihat keadaan sekitar, takut kalau-kalau mereka di usir dari cafe karena membuat keributan.

"Udah berapa lama, lo jadian sama pacar gue?" Dira mendekati Zahida, mencengkeram pipinya, "Jawab! Udah berapa lama?!"

Zahida perlahan menaikkan pandangannya untuk menatap Dira, "U... udah satu tahun, Dir," jawab Zahida gelagapan. Dira kembali melepaskan cengkraman nya kasar, pipi Zahida benar-benar sakit sekarang.

"Bim, lo pacar gue. Apa sih yang lo liat dari Za, sampai-sampai lo mau pacaran sama dia." Dira menggelengkan kepalanya, terduduk di kursi yang ada di belakangnya. "Lo nggak malu Za, udah jadi pacar Abim, maksud gue selingkuhan Abim. Lo udah tau gue pacaran sama Abim, terus—-"

"Tapi gue sayang sama Abim, Dir. Gue tau gue salah tapi gue sayang sama dia," potong Zahida.

"Apa yang buat lo sayang sama laki-laki brengsek kayak Abim!" Dira mulai bangkit, menatap tajam, Zahida dengan matanya yang sudah memerah. "Apa yang lo banggakan dari laki-laki bodoh kayak dia! Udah bodoh, nggak modal, tukang ngutang, pembohong lagi! Nggak ada sisi baik dari Abim yang harus buat lo sayang sama dia Za, nggak ada."

"Lo nggak tau, Dir. Kalau sebenarnya Abim itu—-"

"Dir." Abim menghentikan perkataan Zahida, "Lo pacar gue bukan sih, lo malah ngejelekin gue!"

"Emang itu kenyataannya! Lo bodoh! Lo brengsek! Lo penipu! Lo nggak berguna! Lo juga bajingan tau gak?!" Sungguh kata-kata yang keluar dari mulut Dira, membuat siapapun yang mendengar akan sakit hati.

"Kok lo nggak terima, kalau gue pacaran sama Za," ujar Abim, membuat tatapan mereka menuju padanya, "Seharusnya lo nggak usah marah kalau gue main di belakang lo. Lo aja nggak pernah sayang sama gue, Dir!" Terdiam, Dira terdiam kali ini.

"Lo pacaran sama gue, karena nyokap nya Dika nggak mau kalau lo pacaran sama dia. Lo cuma jadiin gue pelarian, Dir! Itu artinya, dari awal hubungan kita memang nggak pernah serius, seharusnya lo nggak usah marah sama gue!"

ADIRA (regret)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang