Langkah kita pernah seirama menyusuri setiap labirin taman sederhana itu,kau terlihat senang tapi di sisi lain aku takut kau kecewa tersebab ajakanku tak memenuhi ekspektasimu,tapi kau bilang kau bahagia,
"Bahagia itu sederhana,tidak melulu tentang tempatnya yang istimewa tapi tergantung dengan siapa kita bersama", jawabmu dengan penuh ketenangan dan senyuman teduh khasmu yang menentramkan.
Aku yang saat itu menganggukkan kepala,meng iya kan pendapatmu,karena nyatanya di tempat sederhana aku mampu bahagia cukup dengan tawa bersamamu.Dan di sana kamu berjanji akan selalu ada,saat suka maupun duka karena sebagaimana kamu juga tahu jika aku telah kehilangan lentera rumahku,wanita hebat yang merawatku dengan penuh ketulusan,
Kita saat itu sama-sama kehilangan,tak hanya aku yang merindukan kehadirannya tapi juga dirimu.
Bukankah ketika ia masih hidup,juga selalu merindu hadirmu ? bahkan sempat ingin menjadikanmu sebagai menantu.
Di balik kelopakmu yang juga mulai mendung kamu tetap berusaha menyediakan bahu,meyakinkanku bahwa aku tidak sendiri,
"Aku ada di sini,untukmu" ujarmu berusaha menghapus perih di dadaku.
Aku tersenyum,tanpa ku sadari aku mulai bergantung,mulai membangun rasa yang tak pernah aku duga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
DiversosBegitu pedih menaruh harap pada sesuatu yang semu yaitu manusia, Bayang semu yang tak menemui kepastiannya. Maaf ya Rabb,aku baru sadar jika maknanya Engkau menyuruhku pulang,seakan Engkau berbisik merdu, "Wahai hambaku,akulah muara bahagiamu" sebua...