「彼」と彼女は言った。

827 185 16
                                    

"Oh, kamu digangguin dia ya??" tanya Jaekwan yang kini juga berada di kamar tempat anak-anak termuda menginap. Sepasang matanya menatap Jungwon yang baru saja selesai bercerita. Ekspresi ketakutan terbaca begitu jelas pada wajahnya. Sesekali, pemuda itu mengalihkan atensinya ke arah Sunghoon yang duduk tepat di sebelah Heeseung. 

Semua orang berkumpul di kamar itu, termasuk Jake dan juga Jay. Suara Riki yang memanggili nama Heeseung dengan tidak sabaran dan begitu keras tentu membuat perhatian semua orang tercuri. Penasaran dengan apa yang baru saja terjadi. Tadi Riki begitu panik melihat Jungwon yang baru keluar dari kamar mandi dengan tatapan yang penuh ketakutan. Jungwon belum pernah terlihat sampai setakut itu selama ini.

"Apa kita pulang aja?? Kayanya ada sesuatu yang ngincer Jungwon di sini," ucap Sunghoon seraya bersedekap dada. Ia terlihat benar-benar serius. Setelah mendengar cerita Jungwon terlebih di bagian sosok itu yang mengatakan 'pergi, atau nanti kamu tidak akan bisa kembali lagi.' Langsung membuat Sunghoon memutuskan keputusan yang bulat untuk pulang saja.

"Yah bang, tanggung banget dikit lagi tahun baru. Dua hari lagi." 

Tatapan Sunghoon beralih kepada Riki. "Tapi Jungwonnya, kasian kalo kena gangguan terus. Apalagi ini bukan yang pertama kali. Lo dengar sendiri dari awal emang Jungwon udah diganggu kan?? Lo mau dia kenapa-kenapa?"

"Tapi tanggung bang. Om Jaekwan juga udah nyiapin pesta bakar-bakar buat kita semua. Kalo kita pergi siapa yang makan??" Riki kembali menjawab. Riki memang khawatir dengan Jungwon, tetapi ia tidak akan membiarkan tujuan mereka berlibur ke sini gagal.

"Udah-udah," ucap Jaekwan, mencoba mencegah perdebatan antara Sunghoon dan Riki terjadi. "Dia biar om yang urus. Dia emang suka usil sama orang baru, kalian ngga ada yang cerita jadi om kira ya ngga ada yang diganggu toh."

Sunghoon mendecak, terdengar tidak setuju jika mereka harus tetap tinggal di sini lebih lama lagi. Tentu Jungwon tidak akan nyaman hingga hari untuk pulang tiba. Terlebih Sunghoon juga merasa khawatir sesuatu yang buruk terjadi. 

"Gue aja deh sama Jungwon yang pulang," ucap Sunghoon akhirnya.

"Lo pikir jarak dari sini ke rumah ngga jauh? Kita pergi bareng, pulang juga bareng lah." Lagi-lagi Riki yang menjawab.

"Riki, lo harus ngerti kalo ada di posisi abang lo. Lo ngga boleh egois. Lo bukan anak TK ataupun SD lagi." Heeseung akhirnya angkat suara. "Lagian kenapa sih lo pengen banget tahun baruan di sini?? Ngga ada yang berbeda, Rik. Cuma di sini ada kehadiran om Jaekwan aja."

Hening sejenak, sementara itu Riki sedikit menengadahkan kepalanya, mengukir senyuman mengejek pada wajahnya dan menatap Heeseung dengan satu alis terangkat. Yang lain menunggu anak termuda itu bicara, tetapi Riki tak mengatakan apa-apa. Ia justru bangkit dari posisinya duduk dan segera berjalan keluar, bahkan ia menutup pintu kamar dengan cara yang cukup kasar.

Jungwon menghela jengah, ia kemudian menundukkan kepalanya seraya mengacak surainya dengan kasar hingga berantakan. Dapat ia rasakan sebuah elusan dari punggungnya yang ia yakini bahwa itu adalah perbuatan Sunoo, karena Sunoo memang duduk tepat di sebelahnya.

"Gapapa, cuma dua hari." Jungwon bergumam.

"Won," tegur Sunghoon dengan intonasi yang agak tinggi.

"Tadi om Jaekwan kan bilang kalo bakal urus. Yaudah. Pasti aman kan om??" 

Jaekwan mengangguk, bahkan matanya sampai bertemu dengan Sunghoon. Mencoba meyakinkan pemuda itu. 

"Gue tau kenapa Riki ngga mau pulang. Dia muak liat ayah ibu berantem hampir tiap hari di rumah. Makanya dia ngajakin kita semua ke sini buat lupain semua pemandangan itu sejenak, buat refreshing juga. Dia juga pernah cerita ke gue kalo dia udah capek," ucap Jungwon seraya mengangkat kepalanya. Ditatapnya Jaekwan dengan senyuman tipis. "Maaf om. Jadi bahas yang ngga enak."

Memang kedua orang tua mereka selalu terlihat tidak akur selama beberapa bulan belakangan ini. Jungwon pun tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia pun juga lelah melihat pemandangan yang sama hampir setiap hari. Mungkin bukan hanya Jungwon dan Riki, tapi mereka semua. Seluruh kakak-kakaknya.

"Lo yakin ngga papa kalau di sini dua hari lagi?? Mau tukeran kamar?? Mau tukeran sama Jake biar lo tidur sama bang Heeseung aja??" tanya Jay bertubi-tubi. 

"Iya Won, lo yakin??" Jake ikut bertanya dengan sorot mata khawatir.

Jungwon mengangguk mantap. Meskipun jauh di dalam hatinya, ada sebuah ketakutan perihal akan terjadinya sesuatu. "Gapapa bang, gue tetep tidur di sini aja sama bang Noo, sama Riki."

- A TRUTH -

Paginya Jungwon bangun lebih awal. Setelah membasuh wajahnya, Ia berniat turun ke bawah guna membuat segelas susu hangat. Tak perduli dengan suasana yang masih sepi dan gelap. Jungwon tidak akan terlihat takut supaya ia tidak semakin diganggu.

Pemuda itu menuruni anak tangga satu persatu,  di tangan kanannya ia menggenggam ponsel yang tengah memutar lagu dengan volume kecil. Ketika ia sampai di area dapur, ia langsung mengambil gelas dan membuat susu hangat seperti yang ia inginkan. Sembari membuat susu, Jungwon ikut bersenandung kecil mengikuti irama lagu yang ia putar. 

Susu hangat rasa vanilla buatannya pun siap untuk diminum. Dengan senyum merekah Jungwon mengangkat gelas susunya dan hendak membawanya ke meja teras untuk diminum di sana sembari menikmati udara pagi. Tetapi saat ia berbalik, ia dikejutkan oleh kehadiran Jaekwan yang entah sejak kapan sudah berdiri di sana, menatapnya dengan kedua tangan yang bersedekap di dada.

"Eh, Om. Udah bangun," ucap Jungwon, membuka percakapan. "Mau susu hangat juga, Om??" tawarnya.

"Lho, Om mah ngga suka susu. Sukanya kopi," balasnya, sedikit terkekeh. "Tapi nanti aja, Om mau mandi."

"Om abis keluar??"

"Iya, urusin yang ganggu kamu. Aman sudah."

"Pagi-pagi gini Om, makasih tapinya." Jungwon tersenyum lega.

Jaekwan terdiam di tempatnya berdiri selama beberapa sekon. "Kamu kalo senyum cantik banget. Mirip seseorang."

Dan Jungwon langsung tersenyum canggung. Ingin rasanya Jungwon menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tapi kecanggungannya akan semakin terlihat oleh Jaekwan. Pujian 'cantik' untuknya tak hanya ia dapatkan sekali dua kali. Tapi sering sekali. Jungwon selalu bingung jika mendapat pujian seperti itu, bingung harus merespon seperti apa dan selalu berakhir canggung seperti sekarang,

"Jangan gitu lah Om," katanya.

Ucapannya hanya dibalas dengan suara kekehan Jaekwan. 

Di sisi lain, ada Sunghoon yang sedang berdiri di depan anak tangga. Pemuda itu baru bangun dan baru turun ke bawah juga. Karena dapur bisa di lihat dari depan tangga, Sunghoon bisa melihat Jungwon yang tengah berbincang kecil dengan Jaekwan. Suara keduanya pun terdengar cukup jelas ke telinganya.

Sepasang mata Sunghoon memicing. Ada satu hal yang membuatnya bertanya-tanya. Satu menit yang lalu, Jaekwan baru saja mengatakan telah mengurus sesuatu yang mengganggu Jungwon. Tetapi Sunghoon masih bisa melihat aura hitam di sekitar tubuh Jungwon. Seolah menempel, karena memang aura itu terus mengikuti Jungwon kemana-mana. Sejak awal.

Sunghoon tahu Jungwon masih belum lepas dari sesuatu yang telah mengganggunya. Dan ntah mengapa Jaekwan justru mengatakan hal yang sebaliknya.

Aman, katanya.

Atau mungkin, Jaekwan hanya ingin Jungwon merasa tenang hingga hari kepulangan mereka tiba??

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang