最初の夢

955 212 7
                                    

Jungwon terduduk di atas ranjang kamarnya, pukul dua dini hari ia terbangun karena merasa tenggorokannya sangat kering. Pemuda itu menoleh sekilas ke belakang, menatap Sunoo dan Riki yang masih tertidur pulas di ranjang yang juga sedang ia duduki. Mereka memang tidur bertiga karena ukuran ranjangnya king size.

Menguap lebar, Jungwon beranjak dari duduknya dan mulai menggerakkan kakinya untuk bergerak menuju dapur. Tentu saja untuk meneguk segelas air putih supaya tenggorokannya tak terasa kering lagi. Pintu pun ia buka pelan-pelan, ia tak mau membangunkan tidur kedua saudaranya.

Lagi, Jungwon kembali menguap, kali ini sambil menutup pintu. Suasana di depan kamarnya sangat sepi dan juga gelap gulita. Seluruh lampu di matikan, karena memang setiap malam Jaekwan selalu mematikannya. Seharusnya Jungwon merasa takut dan memiliki keinginan untuk kembali masuk ke dalam kamar karena memang suasananya cukup mengerikan. Tetapi, kakinya tetap melangkah dengan mantap, seolah diluar kerja otak Jungwon saat ini.

Jungwon melewati kamar para kakaknya. Hingga akhirnya ia sampai di depan anak tangga. Lantai satu terlihat lebih gelap dari atas. Dan saat itulah Jungwon baru merasa sangat takut. Seluruh bulu kuduknya berdiri dan kakinya tak lagi memaksakan diri untuk melangkah. Ia pun menoleh ke arah samping, menatap pintu kamar Sunghoon dan Jay. Otaknya kembali mengingat hal yang pernah terjadi di dalam sana.

Pemuda itu menggeleng pelan. Ia sangat membutuhkan segelas air putih untuk tenggorokannya. Tetapi, ia tidak memiliki keberanian yang cukup untuk turun ke bawah.

Haruskah ia mengetuk pintu kamar Sunghoon dan Jay dan meminta salah satunya untuk menemani???

Seharusnya tadi Jungwon membangunkan Sunoo saja.

Di depan anak tangga itu, Jungwon tampak bimbang. Jika saja ia tidak melihat penampakan di dalam kamar Jay dan Sunghoon pagi itu, mungkin ia akan memiliki keberanian lebih untuk turun ke bawah sendirian. Jungwon terlalu takut akan melihat hal lain di bawah sana. Apalagi dalam situasi gelap gulita seperti ini.

krek.

Mata Jungwon melebar dengan terkejut. Tubuhnya langsung membeku kala telinganya mendengar suara itu. Dengan susah payah, Jungwon meneguk salivanya sendiri.

Krek.

"Om Jaekwan?" panggil Jungwon. Karena di lantai satu, hanya ada Jaekwan seorang. Barang kali omnya itu sedang melakukan suatu. "Om di bawah?"

Tidak ada sahutan dari bawah sana. Semakin membuat Jungwon mati-matian menahan rasa takutnya. Baru saja Jungwon hendak berbalik dan berlari ke kamarnya lagi. Sebuah suara lain kembali terdengar.

"To-tolong ...."

Suara sebuah wanita yang diiringi dengan rintihan sakit.

Detik itu juga, Jungwon benar-benar memutuskan untuk segera kembali ke kamarnya. Lagi lagi ia hendak berbalik untuk pergi, tetapi dirinya lebih dulu dikejutkan dengan sesosok wanita yang sudah berdiri dibelakangnya dengan kepala yang miring—seolah-olah lehernya itu patah.

Jantung Jungwon terasa seperti berhenti berpacu karena wajahnya berhadapan langsung dengan wajah sosok itu. Kakinya tanpa sadar mengambil langkah mundur, melupakan fakta bahwa dibelakangnya adalah anak tangga. Jungwon benar-benar berharap sosok itu segera menghilang supaya ia bisa berlari pergi.

Hingga tubuh Jungwon jatuh terguling ke bawah ketika kakinya hendak memijak anak tangga. Ia masih melihat sosok itu berdiri di sana, menatapnya dengan sepasang mata yang sangat merah.

Jungwon terus terguling hingga ia berhenti di lantai satu. Pemuda itu pun merintih sakit dengan matanya yang terpejam. Ia terlalu takut untuk membuka matanya. Rasanya ia ingin berteriak untuk meminta pertolongan tetapi Jungwon tidak bisa mengeluarkan suaranya. Mulutnya seperti tertahan sesuatu.

Krek.

Tetapi, suara yang sama seperti sebelumnya kembali terdengar di telinganya.

Rasanya Jungwon ingin menangis. Kenapa harus dia yang mengalami hal seperti ini di sini???

Kenapa??

Krek.

"Tolong ..."

Jungwon benar benar enggan membuka matanya. Demi apapun.

"Tolong ..."

Tangannya terkepal, tengah berusaha mengumpulkan kekuatan untuk bangun dan pergi dari sana. Tapi rasanya seperti usahanya sia-sia. Tubuhnya tidak bergerak sedikit pun.

"Tolong ..."

"Tolong!"

"Tolong!"

Kali ini suara wanita itu terdengar lebih besar dan terdapat rasa marah  di sana.

"TOLONG! TOLONG! TOLONG! TOLONG!"

"TOLONG! TOLONG!"

"TOLONG! TOLONG! TOLONG!"

Saat suara itu sudah tidak terdengar selama beberapa menit, Jungwon pun mulai memberanikan diri untuk membuka matanya perlahan-lahan.

Namun, hal yang sangat tidak ia inginkan untuk dilihat kembali menyambut matanya.

Sosok itu terbaring tepat di depan Jungwon, kepala wanita itu menghadap sepenuhnya ke arah dirinya. Ia juga bisa melihat dengan jelas leher wanita itu tengah di injak oleh bayangan hitam tinggi.

Jungwon membeku di tempat.

Krek.

Leher wanita itu di injak dengan kuat oleh bayangan hitam yang berada di atasnya.

"TOLOOONGGG!!!"

Teriak wanita itu nyaring, bahkan mulutnya sampai mengeluarkan angin yang membuat rambut Jungwon berkibar.

"HIHIHIHI!!"

"HIHIHIHIHIHIHI!!!"













































































"HAHHH?!"

Jungwon bangun dari tidurnya dengan posisi duduk. Tubuhnya dibanjiri oleh keringat meskipun Ac kamar menyala dan mengeluarkan udara yang begitu dingin. Dadanya naik turun. Bibirnya terbuka dan sibuk mengais napas sebanyak mungkin.

Demi Tuhan, Jungwon sangat bersyukur bahwa tadi ia hanya bermimpi. Itu adalah mimpi paling mengerikan yang pernah ada dalam hidupnya.

"Jungwon?! Lo kenapa?!" Sunoo yang semula tertidur di sebelahnya pun ikut bangun karena merasa suara napas Jungwon sangat berisik, pemuda itu pun menatap Jungwon dengan panik.

Jungwon tak merespon apapun. Tetapi, matanya menatap ke arah jam dan menemukan jarum pendek jam menunjukan pukul empat pagi.

"Jungwon????"

"Gue ... cuma mimpi buruk. Ngga papa bang," balas Jungwon akhirnya. Di sekon setelahnya pun ia dapat merasakan punggungnya yang mendapatkan elusan menenangkan dari Sunoo.

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang