壊れた

725 177 21
                                    

Hujan telah reda, membuat tiga pemuda yang masih setia berlari untuk mencari jejak sang adik itu menghela lega. Mereka kedinginan, tentu saja. Tetapi daripada mengkhawatirkan diri mereka sendiri, mereka lebih mengkhawatirkan Jake dengan yang lain. Terutama Jungwon.

Heeseung yang berada di baris depan mendadak berhenti tepat di depan tanah yang begitu becek. Di sana terdapat beberapa jejak kaki. Heeseung pun meminta Jay dan Sunghoon untuk ikut mengamati. Di depan sana pun ada jalan setapak kecil yang sepertinya digunakan oleh warga jika ingin pergi ke hutan.

Melihat itu membuat ketiganya terdiam dengan degub jantung yang berdebar kencang.

"Menurut lo, apa ini jejak mereka??" tanya Heeseung kepada dua saudaranya.

"Bisa. Bisa jadi. Mereka pasti kedinginan kaya kita dan mau cari tempat singgah sebentar. Atau mungkin, sekalian cari pertolongan. Mereka pasti ngga tau kalo ngga ada yang bisa percaya di sini." Jay menjawab sambil mengepalkan tangannya.

'Itu mereka.'

Sunghoon mengerjab pelan. Lagi-lagi ia mendengar sebuah bisikan, suara bisikan yang sama seperti yang memberi tahunya bahwa tadi Jaekwan sudah menunggu mereka semua di depan rumah.

"Bener. Itu mereka. Ada yang bisikin gue lagi."

"Susul sek—"

"Tunggu." Heeseung menyela. "Kita ngga akan bisa pergi dari sini kalo ngga ada yang cari bantuan," katanya.

"Terus maksud lo??"

"Harus ada satu yang bener-bener kabur ke kota, harus ada satu yang berhasil laporin semuanya."

Sunghoon mengernyit kesal. "Bang, kita bertiga aja masih bahaya banget. Apalagi sendiri? Kalo dikeroyok langsung end. Lo mau salah satu dari kita jadi korban duluan?"

"Hoon, tapi menurut gue emang harus begitu. Siapa yang bakal nyelametin kita nantinya? Seengganya kalo ada yang pergi buat ngelapor, kita masih punya harapan buat selamat." Jay kembali menyahut.

Mereka bertiga terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya Jay kembali bersuara.

"Biar gue aja," katanya.

"Jay."

"Hoon, lo bisa unjukin jalan sama kemampuan lo. Bang Hee juga jago berantem. Gue jago lari. Cocok." Berusaha meyakinkan Sunghoon yang terlihat sangat ragu.

Berat. Sangat berat. Mereka memang tidak ingin berpisah, tapi mereka harus melakukannya.

"Percaya sama gue."

"Lo ngga tau arah."

"Gue bisa balik lagi ke belakang dan nyari jalan lain buat kabur."

'Aku akan bantu dia cari petunjuk. Aku akan bantu kalian semua.'

Bisikan kembali terdengar di telinga Sunghoon. Menatap Jay lamat sebelum akhirnya memeluk saudara sebayanya itu. Melihat itu Heeseung pun turut bergabung dan saling menepuk bahu satu sama lain. Rasanya mereka ingin menangis, meratapi hal yang tengah mereka hadapi. Hal yang membuat mereka semua merasa nyawa mereka berada di ujung tanduk.

"Jangan mati. Jangan ada yang mati." Sunghoon berucap dengan suara bergetar.

"Jangan bikin gue nangis, sialan. Iya, gue juga ogah mati. Lo berdua juga, jangan mati ya." Menepuk bahu Heeseung dan Sunghoon untuk yang kesekian kali. "Percaya sama gue."

"Percaya sama kita juga. Kita bakal pulang ke rumah dengan jumlah lengkap." Heeseung membalas.

"Kalo ada petunjuk kecil ntah bentuknya apapun. Ikutin aja ya. Ada yang bilang mau bantuin soalnya," ucap Sunghoon yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Jay.

"Hati-hati ya, Jay."

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang