1人

691 157 3
                                    

Bugh!

Satu tendangan dari orang bertubuh besar itu berhasil membuat Jay tumbang. Pemuda itu merintih sakit dengan posisi terbaring miring, satu tangannya memegangi perutnya sendiri yang terasa luar biasa nyeri karena tendangan tadi.

Benar apa kata sosok itu. Jay bertemu dengan orang-orang ini. Sejak tadi ia sibuk berkelahi untuk melanjutkan larinya menyusul para saudaranya dibelakang. Namun karena sudah kewalahan, pada akhirnya Jay pun tumbang juga.

Bagaimana dirinya tidak kewalahan? Lawannya saja berjumlah empat orang.

Bugh!

Punggungnya ditendang tak kalah keras, kembali membuat Jay merintih dan kali ini rintihannya terdengar lebih keras.

"Bawa ke bos. Hati-hati, jangan sampai ada yang lepas lagi." Mendengar itu lantas membuat Jay memiliki tekad untuk kembali melawan. Orang itu mengatakan jangan sampai ada yang lepas lagi. Berarti ada salah satu saudaranya yang tertangkap berhasil menyelamatkan diri.

Jay mendecih. Satu tangannya meraup tanah basah untuk ia lemparkan ke salah satu wajah orang-orang gila itu. Kala ia hendak bangkit, sayangnya kepalanya lebih dulu dihantam oleh sebuah kayu yang dalam sekejap langsung membuatnya tidak sadarkan diri.

— A truth —

 
Jaekwan marah besar karena Riki dan Jake berhasil diambil oleh Heeseung dan Sunghoon tadi. Padahal suasana hatinya sudah sangat baik kala melihat Riki, Jaekwan sudah membayangkan perasaan senang macam apa yang akan ia rasakan kala darah Riki menyiprati wajahnya tadi—jika ia berhasil membunuh bocah itu, tentunya.

Salah satu anak buahnya menjadi sasaran pelampiasan. Dipukuli hingga sekujur tubuhnya luka. Jaekwan tidak akan pernah perduli sekalipun anak buahnya nanti akan mati karenanya.

Sebelum ia berteriak untuk memperintahkan mereka agar kembali mencari, mereka sudah lebih dulu pergi karena takut Jaekwan akan melampiaskan kemarahannya lagi.

Kecuali anak buahnya yang tengah ia pukuli ini.

"Sialan! Sialan! Sialan! Sialan!"

Bugh! Bugh! Bugh! Bugh!

Jaekwan menendangi anak buahnya yang sudah tidak memiliki tenaga. "Jungwon pasti udah jauh dari sini, dia pasti bakal buka kedok ini!!"

"Argh!!!!"

Bugh!

Napas Jaekwan memburu, satu tangannya terkepal. Ia benar-benar marah karena kali ini tidak bisa mendapatkan hal yang ia inginkan. Kemarahannya berkalilipat kepada Riki, karena bocah itu yang menyebabkan kegagalannya terjadi. Niatnya untuk merebut Jungwon sudah lenyap karena tahu Jungwon sudah berhasil keluar dari wilayahnya. Kini tujuan Jaekwan hanya satu.

Ia ingin membunuh siapapun yang masih tertinggal sebelum bersembunyi di tempat yang sudah ia sediakan kala keadaan seperti ini terjadi. Semuanya harus impas, ia akan menjadi buronan dan Jungwon akan kehilangan para saudaranya.

Bagi jaekwan itu adalah sebuah keadilan.

Jaekwan yakin Sunghoon tidak akan bisa berkomunikasi dengan arwah Soobin yang mengganggu Jungwon kemarin karena dirinya sudah mengurung arwah itu lebih dulu tadi.

Jaekwan tidak mau tertangkap. Ia tidak mau berpisah dengan mayat sang kekasih yang selama ini selalu menemani hari-harinya. Walaupun hanya mayat yang terbujur kaku, namun itu sangat berarti bagi Jaekwan dalam hidupnya.

Pandangan Jaekwan turun ke arah anak buahnya yang masih terbaring itu. Ia kemudian berjongkok, satu tangannya meraih leher orang itu.

"B-bos ..."

"Bawa mayat istriku ke tempat itu. Beri tahu yang lain bawa mereka yang tertangkap ke sana juga."

"Ba-baik bos—"

"Setelah itu terserah kalian mau ikut berada di sana atau ngga. Kalian dibebaskan. Semua hartaku untuk kalian."

Anak buahnya mengangguk, tangan Jaekwan pun menjauh dari lehernya. Detik itu juga Jaekwan melihat anak buahnya langsung bangkit dengan susah payah dan pergi dari sana untuk melaksanakan perintah darinya.

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang