フィーリング

703 173 10
                                    

Jay terus berlari mengikuti feelingnya. Sepasang matanya pun ikut bekerja, menajamkan pandangan dan melihat ke sekitar guna berjaga-jaga. Mau bagaimanapun, Jay harus menuntut dirinya sendiri untuk bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat dan mengirim bala bantuan untuk para saudaranya. Kini Jay merasa keselamatan mereka semua berada dalam genggamannya.

Tak perduli seberapa banyak hawa dingin menusuknya, tak perduli dengan kakinya yang mulai kelelahan untuk melangkah. Keselamat saudaranya adalah prioritas utamanya.

Jay kemudian berhenti untuk mengais napas di bawah pohon beringin besar. Satu tangannya berpegangan pada tubuh pohon itu, badannya sedikit membungkuk dan dadanya naik turun mengambil napas sebanyak mungkin.

Matanya menatap kedua kakinya yang benar-benar sudah kotor karena tanah becek yang ia lewati. Celana yang ia pakai pun tak kalah kotor karena terkena cipratan kala ia berlari.

Matahari mulai turun, hari mulai gelap. Jay tidak boleh bergerak terlalu lama dan di dahului oleh malam. Pikir Jay.

Kakinya pun kembali berlari. Lagi, lagi dan lagi. Sampai akhirnya ia berhenti tepat di tepi jurang yang cukup tinggi. Di tepi jurang itu Jay bisa melihat jalanan kecil yang berada di bawah sana. Kepalanya berpikir keras agar bisa sampai ke bawah sana dengan waktu cepat. Jika melompat akan membuat tubuhnya remuk. Jika memilih jalan memutar untuk turun maka akan memakan waktu yang cukup lama.

Jay butuh bantuan. Tetapi sesuatu yang dimaksud oleh Sunghoon masih belum memberikan petunjuk.

"Anjir!" serunya panik kala matanya menemukan Jaekwan dan para pesuruhnya lewat menggunakan mobil losbak. Di tangannya, Jaekwan pun terlihat membawa karung yang entah isinya apa. Jay menduga bahwa itu adalah senjata.

Mata Jay refleks membola saat Jaekwan ikut menoleh ke arahnya. Jantung Jay terasa seperti baru saja mencelos tepat setelah Jaekwan mengukir senyum diwajahnya.

Menoleh ke belakang. Jay mengkhawatirkan saudara-saudaranya.

Bagaimana jika mereka semua telah ditangkap???

Jay harus bagaimana?

Haruskah dia lanjut pergi ke kota atau kembali menghampiri Heeseung dan Sunghoon?

Tangannya tanpa sadar mengepal kuat hingga urat-uratnya terlihat.

Persetan sama kota, gue gamau selamat sendirian. Batinnya sebelum berniat melangkah untuk menghampiri Heeseung dan Sunghoon lagi.

Namun belum sempat ia berlari, sebuah suara lebih dulu menghentikan pergerakannya lagi.

"Jangan kembali ke belakang. Ada beberapa orang yang menuju ke sini. Lebih baik kamu turun. Kamu harus pergi ke kota."

"Gue gamau terlambat nyelamatin semuanya!" seru Jay marah.

"Kalau orang-orang dibelakang sudah sampai, kamu justru akan jadi orang pertama yang akan dibunuh."

"Terus, gue harus apa? Gimana caranya gue ke sana tanpa makan waktu lama?? Gue harus apa?!"

Tidak ada balasan lagi.

"Kalo gue lanjut juga masih ada kemungkinan besar bakal terbunuh di tengah jalankan?? Daripada sia-sia, mending gue selamatin saudara-saudara gue di sana."

"Gue ngga akan ninggalin mereka sama orang gila itu. Gue. ngga. akan." Dan Jay kembali berlari, memantapkan keputusannya untuk kembali. Sebab ia ragu jika harus melanjutkan perjalanannya ke kota lagi.

Senyuman yang Jaekwan perlihatkan kepadanya membuat jantungnya berdebar tak tenang. Seolah Jaekwan baru saja berbicara bahwa ialah yang akan menang.

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang