最初の挨拶

1.3K 250 11
                                    

Selesai makan malam, mereka semua kembali ke kamar masing-masing. Sunghoon satu kamar dengan Jay, Heeseung dengan Jake, dan sisanya—Sunoo, Riki dan Jungwon bersama di kamar tamu yang paling besar. Meskipun tadi sempat ada perdebatan juga karena Jay juga ingin menempati kamar paling besar. Tapi pada akhirnya, sebagai seorang kakak ia pun mengalah.

Letak kamar Sunghoon dan Jay berada di dekat tangga. Keduanya dapat mendengar suara langkah kaki seseorang saat melewati kamar. Pun, sampai sekarang, keduanya masih bisa mendengar suara langkah kaki Riki dan Jungwon yang masih bolak-balik ke bawah. Memang dua adik termudanya itu sulit untuk diam. Pasti keduanya tengah asik menjelajah rumah karena tadi pun sempat meminta izin dengan Jaekwan.

"Epic nggak sih, om Jaekwan tinggal sendirian di sini?" Jay membuka obrolan.

"Epicnya?" Sunghoon menoleh sekilas.

"Lah? Ya kan ngeri tinggal di rumah gede di pedaleman desa gini. Manaan sepi kan jalanannya, gelap juga."

"Ya lo nya aja yang penakut. Sebenernya sih biasa aja kalo buat orang yang berani. Kalo lo beda lagi. Lo nonton flm horor aja kerebongan. Apalagi tinggal di sini sendirian. Mati berdiri kali," cibir Sunghoon.

"Sialan, gue nggak sepenakut itu ya."

"Nggak sepenakut itu, tapi kalo abis nobar horor ke kamar mandi aja minta temenin."

"Ya .... ya karena masih kebayanglah."

Sunghoon tertawa kecil. Meledek Jay adalah salah satu hal favorit dalam hidupnya.

"Tapi Hoon," Jay mengambil jeda, menatap saudaranya itu sembari menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya. Sementara Sunghoon yang masih duduk di pinggir kasur hanya bisa menaikkan sebelah alis tanda bertanya. "Lukisan di tangga, yang gambarnya cowok diborgol itu bener-bener ngeganggu gue. Ngeliatnya bikin merinding."

"Lebay."

"Katanya lukisan kaya gitu kan bisa ditempatin."

Sunghoon mendecak. "Lo kalo penakut, mending ngga usah bahas gini-ginian."

"Setan emang bikin takut, tapi candu buat diceritain."

Alasan yang masuk akal.

"Suka-suka lo Jay."

Sunghoon lalu mulai merebahkan diri. Merasa cukup terkejut. Ia pikir hanya dirinya yang merasa overthingking ketika melihat lukisan itu. Tahunya, ada orang lain juga yang merasakan hal yang sama.

Entah mengapa, dari semua lukisan yang terpajang di rumah ini, hanya satu lukisan itu yang menarik perhatiannya. Hanya satu lukisan itu yang membuatnya bertanya-tanya.

"Udahlan nggak usah bahas horror lagi," ucap Sunghoon, hendak memejamkan matanya. Tetapi, ia lebih dulu membeku di tempat, kala matanya menemukan bayangan seseorang yang tengah berdiri di balik tirai.

Dengan cepat, Sunghoon mengucek matanya. Saat ia kembali melihat ke arah sana, bayangan itu sudah hilang.  Lantas membuat dahinya mengerut. Namun di sekon setelahnya, bayangan itu muncul lagi, berlanjut dengan Sunghoon yang segera bangkit dan berjalan dengan tergesa menuju jendela, menyibaknya dengan kasar.

Bayangan itu hilang.

Tidak ada siapa-siapa. Ia hanya melihat pemandangan yang gelap, lahan kosong yang terletak di samping rumah.

"Gue kaget!" Jay murka, nyaris saja melempar guling ke arah Sunghoon. "Nggak usah bahas horror nggak usah bahas horror tapi nakutin. Bangke lo."

Sunghoon tak merespon apa-apa. Sibuk menelisik area luar. Cukup mustahil jika ada seseorang yang memanjat ke atas, sementara di luar tidak ada balkon. Kamar yang memiliki balkon hanyalah kamar yang di tempati oleh Riki, Sunoo dan Jungwon. Selain itu, tidak ada pijakan yang kuat untuk menahan seseorang berdiri tegap di depan jendela seperti bayangan yang Sunghoon liat tadi.

"Hoon, anjir ah." Jay terus misuh-misuh kesal.

Sunghoon mendecak. Menoleh ke arah Jay dengan ekspresi datarnya. "Noh kan lo takut, payah."

"Lo ngerjain gue?!"

"Iya," ucap Sunghoon bohong. Ia tidak mau sungguhan menakuti Jay dan membuat saudaranya itu merasa tidak nyaman di hari kedatangan mereka semua.

Maka setelahnya Sunghoon kembali menutup tirai dan memutar tubuhnya guna kembali ke ranjang lagi.

Meskipun dalam hatinya dia sudah menyuarakan keluhan karena dihari kedatangannya langsung disambut dengan hal yang sama sekali tidak ia inginkan.

Semoga cuma sambutan.

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang