泣く

686 170 6
                                    

Niat awal mereka yang ingin bersembunyi di dalam goa yang berada di dekat sungai mendadak terurungkan ketika melihat seekor ular menjaga pintu masuknya. Sunghoon mendecak kesal sebelum mengedarkan pandangan dan mencari tempat persembunyian lain. Hingga ia melihat bebatuan besar di pinggir sungai yang dapat mereka jadikan dinding untuk bersembunyi dibaliknya.

Orang-orang Jaekwan tertinggal jauh di belakang sana, untungnya.

Sunghoon membopoh Riki yang kembali kesakitan karena lukanya menuju lokasi bebatuan itu. Sementara Heeseung menuntun Jake di belakang untuk mengekori Sunghoon yang berjalan duluan.

Ketika sampai dibalik bebatuan. Mereka semua mendudukan diri dan menghembuskan napas lega. Bohong jika mereka semua tidak kelelahan. Rasanya oksigen mereka makin menipis tiap menambah kecepatan untuk berlari. Beruntung mereka masih diberi kekuatan untuk bertahan hingga sampai di sini.

Riki duduk sambil sesekali meringis. Matanya memerah seolah sedang menahan tangis. Kepalanya pun tertunduk, membuat wajahnya tertutupi poni rambutnya yang agak lepek itu. Meskipun Riki enggan menunjukkan dirinya yang tengah menangis, isakan tangisnya tetap tidak bisa disembunyikan. Katakanlah ia yang paling cengeng sejak awal berlari. Riki tidak akan pernah menyangkalnya karena ia memang mengakui dirinya yang seperti ini.

Jake, Sunghoon dan Heeseung saling pandang. Kemudian tatapan mereka berfokus ke arah pundak Riki yang bergetar. Sunghoon yang duduknya paling dekat dengan Riki pun semakin mengikis jarak untuk memberikan adiknya itu sebuah pelukan.

Kala merasakan tubuh Sunghoon yang memeluknya dari samping, tangisan Riki semakin pecah. Namun Riki masih menahannya supaya tidak membuat suara berisik.

Melihat itu Jake dan Heeseung ikut bergabung untuk memeluk Riki. Mereka semua mengusap kepala, tengkuk dan punggung Riki dengan lembut. Mereka semua ikut menangis. Memikirkan jika mereka datang terlambat, mungkin Riki tidak bisa ada di sini sekarang.

Sementara Riki yang sempat pasrah dan menyerah tadi, sangat bersyukur karena dapat pertolongan dan kesempatan untuk bertahan lagi.

"Makasih bang ... makasih udah dateng ... makasih ... gue makasih." Riki berucap sambil terisak.

"Kita bakal pulang dengan lengkap. Ngga akan ada yang pergi. Ngga akan kita biarin," balas Heeseung dengan suaranya yang serak dan juga agak bergetar. "Abis ini, kita susul yang lainnya ya. Kita pasti selamat."

Di tengah waktu matahari yang semakin tenggelam itu, empat bersaudara berpelukan dengan hangat. Bersyukur karena masih memiliki satu sama lain. Bersyukur karena masih bisa bertemu lagi. Angin, serangga dan pepohonan pun menjadi saksi betapa eratnya tali persaudaraan yang mereka miliki.

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang