走る

722 175 13
                                    

Heeseung dan Sunghoon membopoh sebuah tangga kayu dari garasi menuju halaman belakang. Setibanya di sana, mereka pun menyandarkan tangganya ke dinding, lalu memerintahkan Riki untuk naik duluan. Meskipun sempat menolak karena diprioritaskan, pada akhirnya Riki menurut. Ia segera menaiki tangga yang dipegangi oleh Heeseung dan Sunghoon dari bawah. Setelah Riki sudah berhasil keluar, Jungwon pun menyusul.

Sementara itu di sisi lain, Jay dan Jake berjaga di pintu yang menghubungkan halaman belakang dengan dapur kotor. Takut jika tiba-tiba Jaekwan datang dari sana. Tapi, hingga giliran Sunoo tiba, tidak ada tanda-tanda kedatangan pria paruh baya itu. Keduanya bersyukur.

"Jake!" panggil Heeseung. Karena setelah Sunoo, memang giliran Jake untuk menyusul.

Yang dipanggil pun segera berlari kecil menghampiri Heeseung dan juga Sunghoon. Di tengah langit yang semakin menggelap itu, Jake menaiki tangga. Ketika sudah sampai di atas dinding, Jake bisa melihat para adiknya yang sedang menunggu di bawah dengan wajah gelisah.

Di bawah sana bukanlah jalanan aspal, tetapi tanah merah. Bagian belakang rumah Jaekwan memang masih tanah kosong yang di isi oleh beberapa pepohonan.

Jake pun melompat ke bawah, bergabung dengan para adiknya. Kini giliran Jay untuk menyusul.

Pucuk kepala Jay sudah terlihat dari balik dinding, bersamaan dengan Jay yang baru saja naik ke atas dinding terdengar suara petir yang begitu menggelegar. Beruntung Jay tidak jatuh karena terkejut.

"Jay! Gece turun!" seru Jake, ingin Sunghoon dan Heeseung cepat-cepat keluar juga.

Gerimis mulai turun. Dari atas Jay pun menganggukkan kepalanya. Baru saja hendak melompat, pergerakannya lebih dulu berhenti ketika ekor matanya melihat sebuah pisau kecil melayang melewatinya dari samping. Jake dan semua orang yang berada di bawah pun melihatnya dengan jelas.

Menoleh cepat. Jay langsung dibuat meremang kala mendapati pribadi Jaekwan yang sudah berada di pekarangan halaman belakang, tak begitu jauh dari tempat Sunghoon dan Heeseung berdiri.

"BANG!!" seru Jay panik.

Di depan sana, Jaekwan tergelak kecil melihat Sunghoon dan Heeseung yang terkejut karena kedatangannya.

"Yah, lemparannya ngga kena," katanya sedikit kecewa. Kemudian ia mengangkat sebuah kantung berukuran sedang yang berada di tangan kirinya. "Hpnya ngga mau diambil?? Boleh aja sih, asal barter ya sama Jungwon?"

"Hoon, naik," titah Heeseung.

"Lo jangan gila bang!" Sunghoon marah.

"Naik! Jaga adek-adek lo!"

"GUE BILANG JANGAN GILA! JAKE! AJAK YANG LAIN LARI!!" Menoleh ke atas. "LO JUGA JAY!"

Di atas sana Jay tidak merespon. Ia hanya memandang Jake, Sunoo, Riki dan juga Jungwon yang masih tampak ragu untuk berlari.

Jay ingin melindungi adik-adiknya. Tapi, dia juga tidak bisa meninggalkan Sunghoon dan Heeseung begitu saja.

Jaekwan melangkahkan kakinya untuk mendekat sembari mengayunkan kantung berisi ponsel di tangannya. Hal itu membuat Sunghoon dan Heeseung bersiaga untuk melawan.

"Saya cuma mau Jungwon, adik kalian. Tadinya ngga mau mulai perebutan sekarang, tapi karena Riki lancang masuk ke ruangan terlarang dan jadi tahu semuanya, mau ngga mau." Jaekwan menghentikan langkahnya. "Saya bisa lepasin kalian tanpa berdarah, asal kasih Jungwon. Dan jaga rahasia saya. Saya janji ngga akan lukain dia, tapi dengan syarat dia patuh. Dia mirip sama wanita yang saya cintai, saya ngga bisa biarin dia pergi."

"Jungwon itu anak bunda kami!" Heeseung membalas dengan berani.

"Bukannya kondisi keluarga kalian juga ngga baik-baik aja?? Bisa aja kan Jungwon lebih bahagia kalau tinggal sama saya??"

Jungwon mendengar semuanya dari luar. Tubuhnya yang mulai basah karena diguyur oleh gerimis itu agak gemetar. Perasaan takut mulai menggorogoti dirinya. Pikirannya pun mulai dihantui oleh para saudaranya yang terluka parah hanya karena ingin melindunginya.

Kepalanya kemudian tertoleh kala merasakan sebuah genggaman kuat pada kedua pergelangan tangannya. Ternyata Riki dan Sunoo pelakunya. Tanpa Jungwon sadari Jake pun sudah berdiri di hadapannya.

"Ayo lari," ajaknya, "yang lain pasti nyusul."

"Ngga bisa bang—"

"Jungwon. Percaya sama mereka. Ayo."

Kepalanya mendongak, menemukan Jay yang tengah menatapnya sambil menganggukkan kepalanya. Jungwon benar-benar dibuat dilema. Ia takut untuk tetap tiggal, tetapi takut akan dibawa oleh Jaekwan juga.

Pada akhirnya Jungwon pun benar-benar dibawa lari oleh Riki dan Sunoo yang menariknya. Kakinya memang ikut berlari, tetapi kepalanya tetap menoleh ke belakang. Menatap Jay hingga wajah kakaknya itu sulit dilihat dari kejauhan.

Sementara di sisi lain,

"Udah lari, ya?" tanya Jaekwan dengan satu alis yang terangkat.

Lagi, Jaekwan kembali mendekat. Ketika jaraknya dengan Heeseung dan Sunghoon sudah terkikis, ia kembali mengangkat kantung yang ia genggam, kemudian tanpa aba-aba ia mengayunkannya ke arah kepala Heeseung dan Sunghoon. Beruntung keduanya berhasil menghindar dengan cepat.

Sunghoon pun menyerang dari samping ke bagian bawah, sementara Heeseung bagian atas. Kaki dan bahu Jaekwan  pun kena sasaran.

Tak menyerah disitu, Jaekwan mengeluarkan pisau lipatnya, mengayunkannya dengan lihai hingga berhasil menggores lengan atas Sunghoon. Jay yang murka pun melompat ke bawah dan menendang dada Jaekwan hingga pria itu jatuh tersungkur. Kantung yang sempat ia genggam pun terlempar agak jauh.

Jaekwan kembali bangkit, ia meregangkan otot lehernya sebelum maju. Ia melakukan pukulan memutar sehingga Sunghoon, Jay dan Heeseung jatuh. Dengan terburu-buru Jaekwan menaiki tangga, tetapi tangan Heeseung lebih dulu menahan kakinya.

Karena merasa Heeseung menghalangi, Jaekwan pun menusuk tangan Heeseung dengan pisau lipatnya. Membuat pegangan Heeseung terlepas karena kesakitan.

Ketika Jaekwan kembali naik, tangga kayu itu langsung Jay dorong dari samping hingga jatuh. Sunghoon pun kembali bergerak untuk mencuri pisau lipat, tetapi Jaekwan masih belum menyerah. Ia berontak, membalas serangan Sunghoon tak kalah kuat.

Ditengah perkelahian itu, Jay mengambil kantung berisi ponsel dan mengayunkannya hingga mengenai kepala Jaekwan.

Jaekwan jatuh terduduk di hadapan Sunghoon sambil mengerang sakit. Ia pun meraba bagian samping kepalanya dan dapat merasakan sebuah luka di sana. Ayunan yang Jay berikan sangat keras rupanya.

Tak ingin membuang kesempatan. Sunghoon menendang bahu Jaekwan dari depan hingga pria itu jatuh terlentang dan kembali mengaduh. Buru-buru Sunghoon berjongkok dan mencuri pisau lipat dari genggaman Jaekwan.

"LARI!" Mereka pun kembali mendirikan tangga. Setelah sudah naik semua, tangga itu mereka tarik dari atas dan mereka buang ke luar rumah.

"Ayo susul yang lain!"

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang