大晦日プラン

815 181 3
                                    

Sudah dua hari berlalu sejak Jungwon menceritakan hal yang ia alami kepada Sunghoon. Sejak saat itu tidak ada gangguan lagi yang datang. Jungwon bisa tertidur pulas dan menikmati hari-harinya dengan tenang. Pun Sunghoon yang mengetahui hal ini juga turut merasa bersyukur. Karena rencananya, jika Jungwon masih mengalami hal yang sama, Sunghoon akan meminta Heeseung untuk mengajak semua orang pulang dan mengakhiri hiburan.

Di siang hari yang cukup terik ini, tujuh bersaudara itu berkumpul di ruang tengah. Ada yang sibuk membaca buku, meminum susu dingin yang diberi es batu dan juga tidur berselonjor di atas sofa dengan kedua telinganya yang disumpal oleh airpods.

"Eh, gue punya challenge buat malem tahun baruan nanti." Riki bersuara setelah meneguk segelas susu dinginnya hingga habis. Kemudian laki-laki itu meletakkan gelas susunya di atas meja yang berada di depan sofa tempatnya duduk.

"Firasat gue ngga enak," ucap Jake, melirik sinis ke arah Riki. "Gue udah pernah bilang, kalo lo aneh-aneh gue ngga mau ikutan."

"Berarti lo pengecut."

"Lo jangan mulai peperangan sama gue deh. Panas, gue lemes."

"Iya kaya mulut lo, lemes." Memang Riki nyaris tidak pernah kehabisan kata untuk menjawab.

Jake ingin bangkit dari posisi duduknya untuk menghampiri Riki, tetapi Sunoo lebih dulu menahannya. Ya, memang Sunoo yang selalu menjadi penengah diantara keduanya. Alasannya cukup simple, Sunoo malas melihat keributan antara dua saudaranya itu.

"Tantangan apaan?" Jay menyahuti Riki. Dan tentu, hal itu membuat sepasang mata Riki berbinar senang.

"Kita main game, terus yang kalah harus nginep di lantai paling atas sampe pagi. Gimana?? Pada berani??"

Jungwon yang sedang meneguk susu dinginnya pun tersedak. Kemudian ia menoleh cepat ke arah Riki dan langsung menggelengkan kepalanya dengan ribut. "Gue ngga ikutan!"

"Bagus Won, kita satu team," celetuk Jake, seraya mengangkat jempol.

"Lah, lo kenapa? Tumben? Biasanya ayo ayo aja dah."

Jungwon yang masih menatap Riki itu masih menggelengkan kepalanya. Kalau tidak salah, seingat Jungwon, saat belum lama datang kemari, Riki pernah mengatakan challange yang sama saat bertanya ada apa di lantai tiga kepada Jaekwan.

Oh, omong-omong soal Jaekwan, pria itu sedang berada di kamarnya. Entah sedang melakukan apa.

"Emangnya lo sendiri berani Rik, nyaranin tantangan kaya gitu?" tanya Heeseung, melepas airpods dari telinganya.

"Lo ngeremehin gue bang? Ya berani lah!"

"Kemaren aja kaget doang jatoh," cibir Jay.

"ITU REFLEKS!"

"Alesan alesan alesan," timpal Jake dengan nada mengejek.

"Bang lo tadi bilang jangan mulai peperangan tapi sekarang lo yang mancing." Riki menunjuk Jake dengan tatapan tidak senang. Sementara yang ditunjuk hanya bisa cengengesan. Jake merasa cukup senang karena bukan hanya dia yang tidak ingin menyetujui hal yang Riki inginkan.

"Gue sih ayo ayo ajaa," ucap Heeseung. "Soalnya gue ngga bakal kalah. Game apapun itu."

"Gaya lo bang." Kali ini Sunoo yang bersuara.

"Lah emang? Tiap main game siapa yang menang mulu? Gue."

Riki berdecak. "Cuma lagi beruntung. Lagian keberuntungan itu tidak abadi. Eaa."

Sebagian dari mereka tertawa. Sekali lagi, Riki memang nyaris tidak pernah kehabisan kata untuk menjawab.

Selesai menertawai Riki, Jay yang duduk di sebelah Sunghoon pun menoleh dan menyikut perutnya. Tentu saja Sunghoon terkejut sekaligus merintih sakit. Nyaris ia menggunakan buku yang tengah ia genggam untuk memukul kepala Jay.

"Lo gimana? Mau ngga? Sibuk sendiri mulu, heran," ucap Jay kepada Sunghoon.

"Ngga usah aneh-aneh."

Riku kembali berdecak. "Ngga asik nih yang ngga pada mau. Payah. Bukan lakik."

"Lakik lah, orang pada punya burung."

"Terserah lo bang," balas Riki malas, menatap Jake kesal.

"Liat nanti aja Rik. Ujungnya paling pada mau kalo ada yang kena," ucap Jay sebelum kembali meneguk sisa susu dingin di gelasnya.

Mungkin yang lain akan seperti itu, berubah pikiran jika bukan mereka yang kena. Tetapi, tidak untuk Jungwon. Laki-laki itu tidak berani melakukan hal aneh-aneh di rumah ini. Terlebih Jaekwan juga tidak menyarankan mereka untuk mengunjungi lantai paling atas. Jungwon ingin mematuhi apa yang Jaekwan katakan saja.

Sudah sangat cukup bagi Jungwon yang telah mendapatkan gangguan saat awal-awal datang. Ia tidak mau merasakan hal yang sama lagi. Bagaimana ia ketakutan hingga membeku, seluruh bulu kuduknya berdiri dan diperlihatkan wujud sebenarnya makhluk tak kasat mata itu.

Jungwon tidak ingin merasakannya lagi. Sumpah demi apapun.

"Oke dah. Tapi gue sih bakal maksa ya. Biar seru. Hidup itu butuh sensasi. Sekarang icip sensasi uji nyali dulu. Ya ngga bang Hee?"

Ya siapa lagi yang akan bilang seperti itu kalau bukan Ryu Riki.

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang