恐れ

709 187 12
                                    

"Dingin." Sunoo memeluk tubuhnya sendiri, kakinya masih bergerak untuk berlari dibelakang para saudaranya. Hujan masih setia membasahi mereka semua. Tak perduli dengan kulit jari-jari mereka yang sudah mengkerut ataupun bibir mereka yang membiru karena kedinginanan.

Entah sampai kapan mereka akan seperti ini. Berlari tanpa arah. Berlari dengan terpisah.

"Bang, rumah!" Riki menunjuk ke satu arah. Ke arah rumah yang terletak cukup jauh di depan sana. Lewat jendela belakang rumah tersebut, mereka semua tahu bahwa rumah itu di huni karena ada cahaya lampu yang menyala.

Rasanya Jake hampir menangis. Nyaris saja ia berpikir akan mati kedinginan di tengah jalan bersama para adiknya. Karena demi apapun. Mereka semua sudah menggigil.

"Ayo kesana!" serunya dengan semangat. Merasa bahwa ada secercah harapan pagi mereka semua untuk selamat.

Dengan langkah pasti, mereka semua mendekati rumah itu. Tidak sabar masuk ke sana dan menghangatkan diri ataupun meminum minuman hangat yang dapat memulihkan keadaan mereka semua.

Tetapi, diseparuh jalan itu, Jungwon menghentikan langkahnya sendiri. Kedua matanya menatap sosok laki-laki yang pernah ia lihat di kamar mandi—sosok yang menyuruhnya untuk pergi. Sosok itu tengah berdiri di depan pintu rumah itu sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada, seolah memberi sinyal bahwa ia dan yang lain tidak boleh pergi ke sana.

Tanpa sadar Jungwon meremas bagian bawah hoodienya. Sosok itu memiliki niat baik kepadanya, selalu memberikan sinyal bahaya.

Jadi, apakah sosok itu ingin menolongnya lagi??

Apakah sosok itu bisa ia percayai??

Jake berbalik dan menemukan Jungwon yang terdiam di tempatnya. "Jungwon?"

"Jangan ..."

Jake, Riki dan Sunoo pun dibuat mengernyit tidak mengerti.

"Jangan ke sana. Ada yang ngelarang."

"Tapi rasanya kita kaya udah mau mati kedinginan. Kita ngga bakal kuat kalo ngelanjutin lagi," ucap Sunoo, setengah menyerah.

"Jangan ke sana. Kita cari rumah lain."

Riki mendesah parau. Kepalanya tertunduk dalam. Kala ia kembali mendongak untuk melayangkan ucapan, ia lebih dulu dibuat memekik karena merasa sesuatu tertancap dalam di bagian betis kakinya.

"RIKI!"

Semua orang melotot panik, sementara Riki langsung jatuh terduduk dan mengerang sakit. Matanya menatap takut ke arah pisau yang menancap dengan sempurna dibagian betisnya.

"BANGUN!" Jake berusaha membantu Riki bangkit untuk berlari. Tanpa melihat sekitar pun Jake tahu ada seseorang yang memantau mereka dan melakukan semua ini.

Tidak aman.

Tidak ada tempat aman.

Jungwon dan Sunoo ikut membantu Riki bangkit. Jungwon membantu sambil melihat ke sekeliling. Lagi-lagi ia melihat sosok laki-laki yang sama. Kali ini sosok itu berdiri di belakang semak belukar. Dan tepat di celah-celah semak itu, Jungwon melihat ada seseorang yang tengah bersembunyi.

"Bangun Riki! Ayo lari! Bahaya!"

"Sa—kit! Sakit! Argh!"

Saat Riki berhasil dibangkitkan, Jake langsung meminta adiknya itu untuk naik ke punggungnya. Ekor mata Jake melihat ada beberapa orang yang keluar dari rumah yang sempat ingin mereka tuju itu. Masing-masing dari orang itu membawa pisau. Jake langsung menerka bahwa Jaekwan pasti yang memerintahkan semuanya karena Jake tahu omnya itu orang paling tinggi dan berkuasa di desa pedalaman ini.

Kalau ia dan para adiknya tidak kabur. Maka semuanya akan berakhir di sini.

"LARI! IKUTIN GUE! JANGAN MENCAR!"

"KEJAR! KEJAR MEREKA!"

Kini Jake ataupun yang lain telah tahu bahwa bukan hanya Jungwon saja yang Jaekwan inginkan. Tetapi, semuanya.

Ya, mereka semua.

A Truth | Ft. Enhypen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang