🍁45

561 52 8
                                    

Sudah sekitar dua jam Jungkook beserta ibunya menunggu di lorong rumah sakit tepatnya di depan UGD selagi ayahnya diperiksa oleh dokter lantaran tidak sadarkan diri saat sedang bertugas.

Detik selanjutnya, pintu UGD terbuka lantas Jungkook dan ibunya sontak bangkit menghampiri seorang dokter yang baru saja keluar.

"Bagaimana keadaan suami saya, Dok?" tanya Yeo Jihan—ibunya Jungkook dengan pandangan khawatir.

Dokter di hadapannya menghela napas kecil, menampakkan wajah tenang. "Keadaan suami Anda baik-baik saja, tidak ada masalah yang serius. Hanya saja ia kelelahan akibat bekerja sehingga membuat tekanan darahnya naik. Untuk saat ini, suami Anda akan dirawat sementara sampai tekanan darahnya kembali normal."

Mendengar itu membuat Jungkook menghela napas lega. Begitu juga ibunya.

" Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat. Kalau begitu, saya permisi." Dokter tersebut pamit undur diri tak lupa dengan senyum kecilnya.

"Jeon, Ibu benar-benar minta maaf," ucap Jihan menghampiri putra tunggalnya yang kini sedang duduk di kursi tunggu.

Samar-samar Jungkook terkekeh, "Kenapa minta maaf?"

"Karena sudah mengganggu waktu liburanmu di Seoul. Kau selama ini terlalu banyak menghabiskan waktu di sekolah. Ibu benar-benar minta maaf," ucap Jihan menggenggam tangan putranya.

Lantas Jungkook tersenyum pelan, ia membalas genggaman ibunya. "Gwaenchanha, Eomma. Lagipula, lusa sudah kembali ke sekolah, kan?"

Jihan mengangguk. "Bagaimana harimu dengan Yeonjin? Kalian baik-baik saja, kan?"

Pertanyaan ibunya, sontak membuat Jungkook terdiam. Ia mengalihkan pandangannya seraya berpikir. Apa yang harus ia katakan mengingat hubungannya dengan gadis itu sedang tidak baik-baik saja?

"Jeon?" seru ibunya membuat Jungkook tersadar.

Lelaki itu memasang senyum bahagia. "Tentu saja! Kami berkencan di Insadong, lalu menemani Seokjin Hyung memancing, kemudian aku ikut dengan teman-temannya camping di Pantai Baekdo. Aku menggunakan waktu liburanku dengan baik. Tentu kami baik-baik saja!" tutur Jungkook dengan mata berbinar membuat ibunya mengira bahwa ekspresi tersebut merupakan sebuah kebahagiaan padahal nyatanya berbanding terbalik.

"Jinjja?!" seru Jihan ikut semangat. Ia mengusak pucuk kepala putranya itu. "Kalau begitu, setelah Ayah dipindahkan ke ruang rawat inap, lebih baik kau pulang istirahat biar Eomma yang menjaga Ayahmu. Kau pasti lelah, kan?"

"Eomma tidak apa-apa sendirian?" tanya Jungkook sambil menyandarkan kepalanya di bahu sang ibu.

"Tidak apa-apa. Kau pulang sekalian mengambil beberapa barang keperluan milik Ayah selama ia dirawat disini. Oke?"

🍁🍁🍁

Sesampainya di rumah, Yeonjin langsung menghempaskan diri di ranjang. Beberapa tas dan sepatu miliknya tergeletak begitu saja di lantai.

Entah mengapa hari ini begitu melelahkan. Hari terakhirnya liburan sangat amat tidak menyenangkan sehingga membuat liburannya kali ini tidak berkesan.

Yeonjin mengecek ponselnya dan lagi-lagi pesannya belum juga dibalas oleh Jungkook. Bahkan dibaca satu pun juga belum.

Gadis itu menghela napas panjang. Ia berdecak sebal seraya melempar ponselnya ke atas bantal. "Ya Tuhan. Haruskah aku menghampirinya?"

Yeonjin melirik kalender yang terletak di atas nakas, tiba-tiba ia berdecak sambil mengacak rambutnya. "Arghh, eotteokhae?!"

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang