SUDAH sekitar sepuluh menit Taehyung belum juga melepaskan pelukkannya.
Ia menangis sesugukkan tanpa suara, kurasa emosinya terpengaruh oleh alkohol dari minuman soda yang ia minum dua kaleng sekaligus.
Taehyung terlihat rapuh, ia tidak sekuat dan sekejam dirinya saat di sekolah. Ia memiliki sisi tersembunyi yang sama sekali orang-orang tidak ketahui.
"Mereka berpisah dengan alasan: karena aku sudah remaja, kau tahu Yeonjin-ah? Kedua orang tuaku menikah bukan karena cinta, tapi karena di jodohkan. Dari awal Ibuku tidak menyukai ayah, sedangkan ayah, sangat amat mencintai ibuku.." Taehyung mengusap wajahnya yang basah pada celuk leherku, aku menahan nafas.
"...Apa yang selama ini aku lihat, aku rasakan, aku banggakan selama 18 tahun, ternyata itu palsu. Mereka berakting di depanku layaknya saling mencintai. Aku.."
Aku memejamkan mata kemudian kembali mengusap punggungnya. Ia menggantung kalimatnya karena tidak sanggup untuk berbicara lagi.
"Cukup sunbae," ucapku.
"S-sakit.." lirihnya seraya memukul dadanya berkali-kali hingga bunyi. Aku segera menahan tangannya itu agar berhenti. "Geumanhae, sunbae. Jangan menyakiti dirimu sendiri."
"Aku benci kenyataan bahwa aku, membenci ibuku sendiri. Aku membencinya karena melarangku untuk bertemu dengan ayah, aku benci dirinya karena sudah menghancurkan hidupku. Aku benci melihat ayah terpuruk karenanya.." Taehyung menggantung kalimatnya. Ia menyandarkan kepalanya di bahuku, "Aku.. hanya ingin bahagia.."
Aku mengerti sekarang, apa yang selama ini Taehyung lakukan ternyata hanya untuk mengalihkan masalahnya di rumah. Ia membuat masalah, menindas orang lemah, memainkan hati para wanita hanya untuk terlihat kuat di mata mereka. Taehyung tidak mau sisi lemahnya terlihat jelas oleh orang lain.
Taehyung hanyalah remaja berumur 18 tahun yang membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya, mengharapkan kebahagiaannya yang sempat hadir di dalam hidupnya kembali lagi. Ia merindukan itu semua.
Pelukkannya melemah, tangannya yang sempat melingkari tubuhku merenggang. "Lee Yeonjin, kumohon tetap di sisiku.. Aku, membutuhkanmu."
Setelah itu tidak ada suara lagi hingga ia menutup matanya tertidur bersandar padaku.
Demi Tuhan. Aku tidak pernah merasa sepeduli ini pada Taehyung.
Aku jadi tidak tega padanya.
Beberapa menit kemudian setelah aku rasa ia sudah tidur lelap, aku menidurkan kepalanya pada sofa dan meluruskan tubuhnya.
Aku berjalan menuju kamarnya untuk mengambil selimut, betapa terkejutnya aku ketika melihat seisi kamarnya berantakan. Bantal dan guling dimana-mana, buku sekolah bertebaran di meja, bahkan selimut tergeletak di lantai.
Aku menggelengkan kepala, laki-laki memang tidak bisa rapih jadi manusia.
Dengan segera, aku merapihkan kamarnya hingga bersih dan tertata, kemudian mengambil selimut dan keluar kamar. Taehyung masih tertidur di atas sofa, aku menyelimutinya agar tidak kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
Fanfiction[ON GOING] Taehyung menggenggam tanganku dengan sorot mata yang meneduhkan. Ia menghela nafas perlahan kemudian berkata. "Kau belum mencintaiku?" Aku samar-samar menggeleng dengan ekspresi datar. Berusaha untuk menyembunyikan sesuatu darinya. Taeh...