🍁11

1.2K 128 5
                                    

MALAM ini seluruh anggota keluarga Kim berkumpul di ruang makan untuk makan malam, di tengah-tengah kesibukkan mereka. Hansung membuka suara. "Yeon-ie bagaimana dengan sekolah barumu? Apa menyenangkan?"

Yeonjin yang tiba-tiba ditanya seperti itu langsung berhenti mengunyah dan sempat melirik Seokjin sebentar yang duduk di hadapannya lalu beralih lagi pada Pamannya itu sambil tersenyum enteng, "Sekolahku? Baik-baik saja, samchon.. Menyenangkan sekali," katanya dan dibalas senyuman oleh semua orang yang ada di ruang makan. (Paman).

"Jangan terlalu banyak aktivitas, nanti kau masuk rumah sakit lagi seperti kemarin," tambah Ahro seraya mengacak pucuk kepala Yeonjin.

Hansung dan Ahro sama sekali tidak tahu penyebab Yeonjin masuk rumah sakit karena di bully.

Yang mereka tahu Yeonjin jatuh terbentur aspal karena sedang mengendarai sepeda motor.

"Ne, Imo." Hanya itu yang bisa Yeonjin jawab.

Setelah itu, mereka melanjutkan lagi acara makannya dalam diam hingga secara tiba-tiba..

kriiiinggg...kriiiinggg...kriiiinggg...

Telepon rumah berdering nyaring, dengan segera Ahro bangkit dari kursinya dan menghampiri benda itu yang terletak di meja dekat TV.

"Yeoboseyo?" (Halo?)

"Annyeong, Sajang-nim. Ini aku, Nare. Maaf mengganggu," seru langsung wanita itu di sebrang sana. (Halo, Boss/Kepala Atasan).

"Oh, kau rupanya. Ada apa?"

"Eumm.. begini Sajang-nim.. Aku ingin resign dari pekerjaanku," ucap Nare hati-hati.

Mendengar itu, Ahro melotot kaget. "Mwo?!"

Hansung, Yeonjin, dan Seokjin yang sedang asyik makan menoleh secara serentak ke arah Ahro yang baru saja teriak pada teleponnya.

"Ya, jangan bercanda, katakan saja, apa yang ingin kau bicarakan?"

"Aku serius, aku-"

"Apa alasanmu resign? Jika masuk akal aku izinkan," sela Ahro langsung. Nada suaranya sudah mendingin.

"Begini, Sajang-nim.. Kau tahu aku hampir dua minggu cuti dari pekerjaanku karena mengurus ibuku di kampung. Kurasa aku tidak bisa berlama-lama cuti sedangkan aku masih harus mengurus ibuku disini. Sajang-nim.. Ibuku semakin hari sakitnya semakin parah, ia baru saja masuk rumah sakit...-"

"Lalu?"

"Sajangnim pasti tahu apa alasanku."

"Ayolah Nare-ya.. Apa kau serius akan berhenti bekerja? Justru karena ibumu masuk rumah sakit kau tidak boleh berhenti bekerja, keluargamu pasti membutuhkan banyak uang," cerocos Ahro dengan berkacak pinggang.

Bisa Ahro dengar, Nare menghela nafas di sebrang sana. "Aku minta maaf, aku sudah memutuskan ini dengan pasti, Sajang-nim.. Aku tidak bisa bekerja di Seoul dengan meninggalkan ibuku di kampung."

Ahro menggeram, menghentakkan nafasnya di udara dengan kasar. "Lalu bagaimana dengan biaya pengobatannya?"

"Aku mendapat bantuan dari tempat kerja ibuku, mereka yang membiayakan pengobatannya."

Kali ini ahro menghela nafas pelan, ia membawa tangannya untuk mengusap wajahnya guna meredakan emosi, "Syukurlah kalau begitu, tapi kau serius ingin berhenti?" tanyanya lagi memastikan kembali.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang