29. Giving up

549 70 0
                                    

"Jadi kau tidak turun? Mau pergi denganku ke suatu tempat untuk mengobrol lebih banyak?" tawar Jungkook, karena sepertinya Seokjin enggan turun dari mobilnya.

Seokjin mengeleng,

"Mau ada yang ingin kau sampaikan padaku?" Jungkook bertanya lagi karena Seokjin juga bergeming,

"Soal itu. Ehm, Aku itu bukan kakak yang baik bukan?" tanya Seokjin, tatapan Seokjin menyendu,

Entah kenapa suasana dan percakapannya dengan Jungkook kali ini membuat Seokjin ingin membuka masalahnya yang selama ini di tahan sendiri oleh Seokjin.

"Kenapa Jin hyung berfikiran begitu eum?" tanya Jungkook lembut,

"Aku selalu tidak pernah menjadi hal yang baik untuk Taehyung, akupun banyak kekurangan. Kau pasti sangat tahu aku kan? Awal kau mengenalku kau juga berfikir kalau aku adalah karyawan yang buruk,"

Jungkook menatapnya. Tidak bisa di pungkiri, awalnyapun Jungkookpun mengira Seokjin adalah seorang pemalas, pekerja yang lamban dan tidak bisa diandalkan. Namun, itu pada awalnya saja. Jungkook memang orang yang menilai seseorang dari penampilan luarnya saja, kira tidak meyakinkan Jungkook akan merendahkannya.

Tapi setelah mengenal Seokjin dan ketulusannya, Jungkook mengakui kalau Seokjin adalah sosok murni yang mengambil perhatiannya. Seokjin itu polos dan agak keras keras kepala, namun dia juga bekerja keras dan apa adanya. Jungkook menyukai orang-orang seperti Seokjin yang tidak malu dan munafik. Hanya itu. Sisanya Jungkook masih bisa menerimanya. Bahkan saat ini, orang di depannya selalu ingin dia temui di waktu sengangnya. Hanya sekedar mengobrol atau meledeknya. Membuang hari menjemukannya saat bersamanya.

"Kau kakak yang hebat kok, buktinya Taehyung menjadi sosok yang sukses di usia mudanya, meski ya dia punya masalah dengan karakternya dan sikapnya yang menyebalkan. Tapi Jin hyung bisa lihat betapa dia sangat berpengaruh untuk perusahaan dan orang-orang di dalamnya." Kata Jungkook,

Seokjin bisa melihat ketulusan ucapan Jungkook dari mata besar laki-laki itu,

"Itu bukan karena aku, itu karena dia yang sudah bekerja sangat keras,"

"Benarkah? Aku dengar Jijn hyung sempat berpisah dengan Taehyung bukan? Aku bahkan sampai tidak tahu kalau Taehyung punya seorang kakak sampai aku bertemu dengan kalian waktu itu di café. Apa Jin hyung tidak melihat perubahan pada Taehyung?"

Seokjin mengeleng, memang ada beberapa perubahan dalam hubungan dirinya dengan Taehyung setelah mereka tinggal serumah. Tapi bukan itu yang Seokjin maksudkan.

"Taehyung sudah stabil secara emosional dan mental setelah beberapa tahun belakangan, mungkin sejak kau hadir lagi di kehidupannya, menurutku sih begitu," Jungkook mengingat-ingat,

Seokjin meragukan itu, tapi Jungkook terlihat yakin,

"Kau dekat dengan Taehyung ya? Kau tahu tentangnya lebih dari aku,"

"Ku bilang kami semua rivalnya, ada persamaan tipis antara suka dan benci kan? Dua-duanya sama-sama suka memperhatikan, sama-sama mencari kekurangan dan kelebihan rival kita," Jungkook terkekeh melihat wajah bingung Seokjin.

"Intinya," Jungkook menyentuh bahu Seokjin,

"Kau harus mempercayai Taehyung," katanya lalu tersenyum, "Kurasa dia sangat menyayangimu, apapun keadaannya. Aku bahkan suka sekali mempermainkannya jika itu berkaitan denganmu, kau adalah kelemahan dan juga kelebihannya,"

Seokjin tertegun lalu wajahnya berubah murung,

"Tapi kami bertengkar hebat," akunya,

"Ah itu yang membuatmu sedih?" akhirnya Jungkook menemukan sumber kesedihan Seokjin setelah dia melihatnya hari ini. Seokjin memang tidak selepas biasanya. Matanya memperlihatkan beban berat di hatinya yang sedang ditanggung.

MoonchildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang