17. Instinct

770 83 14
                                    

"Hyung, kau makan ya?" bujuk Taehyung setelah Seokjin bangun,

Seokjin bergeming,

"Kau marah padaku? Kenapa? Karena aku tidak ada saat bangun? Apa karena aku kau mengalami ini? Aku akan minta maaf kalau aku membuat kesalahan,"

Seokjin menatapnya,

"Kau kemana setelah kejadian ini? Yoongi bilang kau pulang, kau bohong kan?" selidik Seokjin dengan tatapan marah.

"Benar aku bohong, aku mencari Sungkyu," aku Taehyung.

Dia sudah mengambilkan piring sekat untuk makan Seokjin di tangannya. Dengan terpaksa menaruhnya kembali ke meja karena Seokjin masih menolak makan.

"Dia meninggal, dia meninggal karena kita!"

"Tidak hyung, dia meninggal bukan karena kita," sergah Taehyung.

Seokjin harus mengerti situasi sebenarnya.

"Lalu? Aku tahu dia merasa bersalah dan melakukan tindakan itu," kata Seokjin masih kekeh.

Dia yakin, Sungkyu masih punya hati, dan karena perasaan bersalahnya itu akhirnya dia mengambil keputusan untuk membunuh dirinya sendiri.

"Hidup Sungkyu sudah kacau sejak awal, temanmu itu, pacarnya hamil dan keluarganya tidak merestui hubungan mereka," ucap Taehyung, berharap Seokjin tidak mengambil kesimpulan begitu saja.

"Aku tahu, aku tidak masalah dia membawa uangku, aku sudah tahu dia begitu menyedihkan,"

Alasan Seokjin mengikhlaskan tabungannya saat di bawa kabur Sungkyu adalah dia tahu Sungkyu menghamili pacarnya. Seokjin tahu Sungkyu kesusahan dan membutuhkan uangnya. Karena itu, saat Yoongi mendesaknya mengantikan uang Seokjin, Sungkyu begitu berang dan menyalahkan Seokjin.

Karena itupun Taehyung menyalahkan Seokjin yang dikira bersikap bodoh karena mau saja di perlakukan begitu oleh Sungkyu. Seokjin mengetahui apa yang orang tidak tahu tentang kehidupan Sungkyu dan dia berusaha menjaga aib temannya itu dan tidak memberitahukan kepada siapapun. Itu janjinya pada Sungkyu yang sudah membuka rahasianya pada Seokjin.

"Masalahnya, situasi itu membawanya melakukan hal yang seharusnya tidak melibatkannya dalam bahaya," Taehyung berusaha menjelaskan, dia tidak mau Seokjin salah paham dan terus menyalahkan dirinya.

"Hyung, seseorang menjebak Sungkyu masuk ke rumah kita. Itu disengaja dan soal dia memukulmu itu karena unsur ketidak sengajaan. Hyung, cobalah percaya padaku. Ada orang-orang yang ingin melukai keluarga kita,"

Seokjin membekap wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Setelah mendengar berita kematian Sungkyu, dirinya sudah tidak bisa berfikir apapun. Tubuh dan hatinya sakit, dan Seokjin menangis. Andai dia berhati-hati, andai semalam dia tidak terburu-buru dan terpancing jebakan, mungkin Sungkyu masih baik-baik saja saat ini.

Seokjin memikirkan bagaimana nanti nasib anak Sungkyu yang belum lahir dan perasaan calon istrinya. Seokjin tahu bagaimana rasanya ditinggalkan tanpa sosok ayah dan keluarga. Seokjin tidak mau hal itu juga menimpa anak dari temannya yang malang itu. Seharusnya, Seokjin bisa melakukan sesuatu untuknya namun semua sudah terlambat.

"Berhentilah menyalahkan diri sendiri, hyung, meski ini tidak adil, kurasa Tuhan lebih menyayangi temanmu itu. Tuhan menyelamatkan dari orang-orang yang akan lebih bertindak jahat padanya. Cobalah berfikir seperti itu,"

.

.

.

.

.

Seokjin keluar dari rumah sakit dan Yoongi membawanya pergi ke rumah ke dua orang tua Yoongi di distrik Dobong. Rumah Yoongi yang dulunya sempat di tinggali Seokjin saat SMA. Rumah Yoongi yang hangat dengan luas serta di kelilingi banyak taman bunga meski sederhana. Rumah yang cukup di rindukan Seokjin.

MoonchildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang