37. Past is in the past

460 65 3
                                    

Seokjin akhirnya memutuskan keluar dari toilet saat dirasa dia sudah memberikan waktu yang cukup untuk adik dan ibunya mengobrol. Dia setengah bersenandung keluar dari toilet dan berjalan menuju tempat duduk yang mereka pesan. Sayangnya pemandangan yang tidak menyenangkan menyambutnya. Taehyung dan ibunya berdiri dan ditonton beberapa pengunjung. Ibunya tampak menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan Taehyung menatapnya dengan penuh amarah.

"Taehyung! Apa yang kau lakukan, kenapa eomma menangis?" Seokjin langsung bergerak dan mendekati mereka.

Taehyung menatap Seokjin marah,

"Kau akan membelanya kan? Aku tahu," Taehyung mengatakannya dan membuat Seokjin kaget,

"Tae-"

"Aku pergi," Taehyung tanpa ragu meninggalkan mereka berdua,

"Eomma, kau baik-baik saja?" tanya Seokjin cemas,

"Susul adikmu," perintah nyonya Kim,

"Tapi eomma, aku khawatir dengan eomma,"

"Pergilah Jin, adikmu menunggumu,"

Seokjin tidak tahu harus bagaimana sekarang, dia ingin menemani ibunya yang sedang sedih namun dia juga khawatir dengan Taehyung. Saat Taehyung marah dia bisa melakukan hal yang mengerikan atau bahkan melukai dirinya sendiri. Seokjin juga ingat Taehyung tidak boleh stress atau dia akan sakit lagi.

Secepat kilat Seokjin berlari keluar restoran mencari Taehyung di tempat parkir rumah sakit. Seokjin yakin Taehyung belum jauh.

Untunglah, mobil Taehyung masih ada dan Seokjin mengenalinya dengan baik.

"Tae," Seokjin mengetuk pintu mobil Taehyung dan anak itu sudah duduk di dalamnya.

Seokjin masuk ke dalam mobil dan Taehyung membiarkan kakaknya itu duduk di sebelahnya.

"Maaf aku tadi membentakmu, kau marah ya padaku?" Seokjin menatap Taehyung menyesal.

"Untuk apa kemari, kau ada dipihak eomma kan?" Taehyung tidak bisa menutupi perasaannya yang marah karena yakin Seokjin akan membela ibunya ketimbang dirinya.

Dia marah, dan sudah mempermalukan keluarganya di depan umum. Taehyung sebenarnya bisa menahannya, andai saja dia siap bertemu dengan ibunya saat ini. Tapi Taehyung terlalu terbawa suasana dan melepas emosi tanpa bisa di kontrol.

"Tae, aku tidak ada di pihak siapapun, aku hanya kaget karena tiba-tiba kau marah dan eomma seperti tadi," jelas Seokjin.

Harapan ibunya dan adiknya rukun memang sudah lenyap begitu Seokjin melihat situasi mereka hari ini. Jujur, Seokjin sedih, tapi dia tidak ingin semua semakin buruk sekarang.

Taehyung membuang muka ke luar mobil. Kemarahannya memang sedang menguasainya.

"Taehyung," Seokjin memanggil Taehyung agar adiknya tidak mengabaikannya, "Aku tidak marah kok, aku mengerti," Seokjin berkata dengan lembut sekarang, lalu melanjutkan.

"Aku tahu kau pasti kaget kan bertemu eomma dan bingung harus bersikap apa, aku pun tahu. Tapi, maaf karena hyung tidak bisa menahan diri. Hyung terlalu senang jadi-"

"Aku tidak siap dan tidak akan siap jika dalam situasi seperti tadi," potong Taehyung tanpa menatap mata Seokjin.

"Maaf Tae," kata Seokjin, harusnya tadi dia bertanya dulu kepada Taehyung sebelum mengajak mereka makan bersama.

"Tapi kenapa kau selalu berbohong padaku! Kenapa?" Taehyung akhirnya menatapnya, tatapannya bukan lagi kemarahan namun tatapan kepedihan,

"Aku bohong? Aku bohong soal apa?" tanya Seokjin bingung,

MoonchildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang