33. Holiday 2

464 70 5
                                    

Seokjin terisak di atas tempat tidurnya, dengan mata basah dia mendial nomor Yoongi. Agak lama, Yoongi baru mengangkat telfon Seokjin.

"Ya? Kau ngapain menelfonku? Kalian terlihat bersenang-senang, Taehyung tadi mengirim gambarmu. Jangan lupa oleh-olehnya ya untukku," saut Yoongi ceria,

"Unggie," bisik Seokjin,

Suara seraknya membuat Yoongi tiba-tiba merasa cemas.

"Kenapa? Ada apa dengan suaramu?" tanya Yoongi langsung tanggap.

Sesuatu pasti terjadi dengan sahabatnya itu. Yoongi merasa was-was. Ya ampun, padahal Yoongi cukup senang Taehyung menunjukan banyak perkembangan hubungan mereka selama di Jepang.

"Aku ingin pulang, aku tidak mau di sini," kata Seokjin sedih.

"Tunggu, ada apa? Kalian bertengkar? Ya Tuhan Seokjin, bagaimana bisa kalian melakukan ini padaku, Taehyung janji akan menjagamu, di mana dia?" Yoongi terdengar emosi.

Yoongi tidak marah dengan siapapun, Yoongi hanya merasa kesal sendiri.

"Unggie, aku ingin kau di sini," kata Seokjin kemudian, membuat perasaan Yoongi semakin teriris.

"Seokjin, Jepang itu jauh, aku bahkan tak punya passport," saut Yoongi tak kalah sedih.

"Unggie," panggil Seokji nelangsa,

"Sabar dulu ya, aku akan menelfon Taehyung dan memintanya memulangkanmu besok, aku janji, aku akan menjemputmu begitu sampai di Korea," Yoongi berjanji, karena hanya itu yang bisa Yoongi lakukan untuk Seokjin.

Yoongi benar-benar merasa tidak berdaya,

"Unggie, sakit,"

"Kau sakit apanya? Kau terluka ya? Bagian mana?"

"Unggie, aku tidak ingin di sini, aku ingin pulang."

.

.

.

Satu jam Yoongi perlu menenangkan Seokjin yang bersikap begitu. Sebenarnya Yoongi ingin sekali pergi ke tempat Seokjin saat ini namun tidak ada yang bisa dia lakukan. Ternyata ide bodohnya menyuruh Taehyung mengajak Seokjin liburan justru menjadi satu kesalahan. Yoongi tidak menyalahkan Taehyung, karena justru Yoongi memahami keadaan emosi Seokjin saat ini. Yoongi menyesal mengabaikan sikap sensitif Seokjin akhir-akhir ini.

Seokjin itu tidak hanya sakit secara fisik. Sejak dia ditinggalkan di rumah keluarganya oleh ibu Seokjin. Seokjin berubah menjadi pribadi tertutup dan penyendiri. Butuh waktu lama untuk membuatnya kembali bangkit. Seokjin menjadi pendiam dan pasif, namun Yoongi dengan sabar merubah Seokjin untuk menjadi pribadi yang ceria seperti semula.

Harapan satu-satunya adalah waktunya bersama Taehyung. Seokjin selalu bersemangat jika menceritakan tentang adiknya itu. Adiknya yang tumbuh semakin tampan, pintar dan tampak bersinar. Taehyung selalu memiliki baju dan barang yang lebih bagus darinya, Taehyung yang hidupnya tampak sangat bahagia dan berkecukupan. Seokjin bercerita seolah adiknya adalah sosok impian yang ada di hidupnya.

Seokjin tidak pernah mengeluh dengan keadaannya, tapi sikap rendah dirinya kadang lebih dominan dan dia jadi selalu berusaha mengalah pada siapapun. Apalagi saat Taehyung sudah mulai menuntutnya ini itu, sebagai contoh Taehyung selalu mempermasalahkan keterlambatan Seokjin saat mereka janjian. Padahal, waktu itu Seokjin masih harus bekerja untuk dirinya sendiri dan kebutuhannya.

Ibu Yoongi memang berusaha membantu Seokjin secara finansial namun Seokjin tidak mau menerimanya tanpa melakukan apapun. Jadi Seokjin akan membantu usaha restoran kakak Yoongi. Atau melakukan kerja part time yang dia bisa. Seokjin juga hanya akan tersenyum jika Taehyung mulai mengomentari gaya penampilan Seokjin yang sederhana dan seadanya. Mengomelinya bagaimana kakaknya tidak pernah peduli dengan penampilan dan Taehyung mulai malu saat mereka pergi bersama.

MoonchildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang