Jimin membawa Seokjin ke sebuah rumah besar dengan mobil hitam yang ditumpanginya masuk ke dalam gerbang tinggi menjulang yang tampak asing untuk Seokjin. Untuk menuju tempat ini diperlukan waktu setidaknya tiga puluh menit lebih, bahkan Seokjin menahan perih dari luka-luka miliknya yang darahnya sepertinya mulai mengering.
"Kita akan kemana?" tanya Seokjin, dia sedikit meringis karena luka ditangan kanan dan kakinya yang mulai tidak nyaman saat dia coba gerakan.
Jimin hanya diam dan fokus menyetir. Dan seperti itulah sikap Jimin selama di jalan. Seokjin bingung dengan sikap Jimin yang tampak lebih dingin. Seokjin tahu situasi ini mungkin tampak mencekam, namun dia semakin merasa tidak nyaman kalau Jimin terus mengabaikannya.
Mobil berhenti di depan pintu rumah dan sudah ada beberapa orang dengan pakaian formal menunggunya. Seokjin bingung, dia pikir mereka akan pergi ke kantor polisi atau meminta bantuan orang karena terlibat penyerangan di jalan dengan orang tidak dikenal yang baru dialaminya tadi. Seokjin juga ingin tahu tentang keadaan Jungkook. Ponselnya tertinggal di mobil Jungkook dan Seokjin tidak bisa mengabari siapapun saat ini.
"Park saem," Seokjin menatap Jimin ketakutan,
Seokjin mengawasi Jimin yang langsung keluar mobil dengan masih mengabaikannya.
Lalu pintu mobilnya terbuka dan dua orang dengan tubuh besar menunggunya turun dari mobil. Seokjin tidak ingin keluar namun karena dia sendiri takut dan bingung, dia akhirnya pasrah saja saat mereka membawanya masuk ke dalam rumah besar itu untuk menyusul Jimin.
"Masukan ke dalam kamar dan rawat lukanya, aku akan menemui hyung dulu," kata Jimin tanpa menatap Seokjin, dia berbicara pada seorang wanita setengah baya yang mengenakan pakaian pelayan.
Si pelayan perempuan itu membungkuk mengerti.
Seokjin melihat rumah besar dan mewah itu dan mengedarkan matanya takut-takut. Rumahnya bagus dan penuh dengan barang-barang antik. Sepertinya pemiliknya adalah seorang miliarder.
Seokjinpun baru menyadari orang-orang di rumah ini hampir semuanya orang Korea. Jadi Seokjin tidak kesulitan masalah bahasa dengan mereka.
"Ini di mana? Dan ini rumah siapa?" tanya Seokjin mengikuti si pelayan wanita itu masuk ke sebuah kamar.
Jalan Seokjin sedikit terseok karena kakinya berdarah dan terluka dibagian pahanya. Seokjin tidak tahu detail lukanya karena semua tampak begitu kacau.
"Tuan besar akan menjelaskannya nanti, tuan muda ijinkan saya merawat luka anda dulu,"
Seokjin tampak pasrah, dia ketakutan, sendirian dan penuh luka. Namun dia beruntung setidaknya orang-orang di sini mau merawatnya. Tapi sikap Jimin tadi masih menganggunya. Dan di mana dia saat ini, Seokjin sama sekali tidak tahu. Dia ingin bertanya kepada pelayan wanita itu tapi dia tahu sepertinya si pelayan hanya mengikuti perintah tuannya dan memilih bungkam.
"Lukanya sudah saya obati, sekarang ganti baju tuan dan istirahatlah di kamar ini." kata pelayan itu.
"Tapi, dimana Jimin-ssi, bolehkah saya menemui beliau? Saya juga ingin bertemu dengan pemilik rumah ini untuk mengucapkan terima kasih karena sudah merawat dan menampung saya," ujar Seokjin tidak ingin diam saja di kamar dan tidak tahu apapun yang terjadi di luar.
Pelayan mengeleng, lalu menunduk. Masih memilih diam. Si pelayan tampak berfikir sebentar dan sekali mengerling iba kepada Seokjin dan menjawab.
"Saya akan sampaikan kepada tuan, sebaiknya saat ini anda istirahat terlebih dahulu, dan minum obat bereda nyeri yang sudah saya siapkan di nakas," Pelayan itu akhirnya mengundurkan diri setelah melakukan pekerjaan dan meninggalkan Seokjin sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonchild
Dla nastolatkówKita akan selalu bersama... - Kim TaeJin #1 - Jinbts #1 - kimtaehyung #1 - seokjin #1 - taehyung #1 - jin #1 - kimseokjin #1 - tae #2 - kimbrothers #3 - Taetae #3 - Seokjin