xviii. Naraya & Papa di sore hari

26 7 0
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"basi, ngapain chat kinar kaya gitu? masih belum move on dari cewe gua?" tatapan menusuk itu dapat Gantar lihat dari kedua netra Sangaji, lantas selanjutnya Gantar hanya tersenyum getir tidak ada rasa bersalah, hanya ada gejolak amarah rasa egois nya muncul seolah tak mau menepi atau sadar dengan realita yang terjadi, bahwa dia yang duluan pergi.

Namun Gantar adalah Gantar, seseorang yang tanpa disadari hanya memperjuangkan maunya sendiri, mengalah atau pasrah itu hanya alibi yang sebenernya terjadi hanyalah dia yang punya ambisi namun dia terlalu terlalu pengecut karna seringkali pergi.

Pembicaraan nya dengan Sangaji di hari lalu, adalah awal dari perang dingin nya kini, semuanya seperti benang kusut dalam alurnya kini, terlalu banyak kehilangan dan Gantar benci untuk berjalan di kakinya sendiri.

"Gat" panggilan dari Naraya itu membuat Gantar tersadar dari lamunannya, dan kemudian ia pun tersenyum pada Naraya kala melihat gadis itu dari pantulan kaca spion.

Naraya nampak menghela "tumben atuh kamu teh diem wae, kenapa emang?" tanya nya

Gantar pun mengeleng "emang kenapa atuh? kayanya enakeun ngelamun dijalan teh"

"ih gat, nyawa aku teh cuman satu bukan sepuluh" ucap Naraya dengan ekspresi lucunya, lantas Gantar pun hanya terkekeh- hampa, batin nya kosong tak bersuara, hatinya merasakan memori masalalu yang semakin mengeruk, Gantar lelaki pengecut yang hatinya masih tidak mau pindah, tanpa tau diri untuk seenaknya sendiri.

Wajar jika Sangaji mencapai batas kesalnya, wajar juga kalau Sangaji pantas untuk menarik kerah putra Narakata sembari berteriak atas kecewa, amarah, juga rasa sakit yang selama ini ia pendam. namun apa daya seorang Sangaji yang hanya bisa menatap Gantar untuk mengeluarkan rasa kecewanya pada yang ia anggap teman sejiwa nya.

Sangaji lelah, Gantar tidak mau mengalah.

Nara yang seolah merasakan sisi berbeda dari Gantar itupun, memasukan kedua telapaknya kepada katung hoodie yang dipakai Gantar, lantas dagu mungil itu ia letakan pada pundak kokoh putra Narakata seolah ingin menyerap rasa resah dari sang kekasih.

"kamu teh kenapa atuh berantem sama Aji? kalian teh padahal kaya lem sama prangko, kaget aku" itu ucap Nara, yang melihat Sangaji seperti enggan menatap kekasih nya itu siang tadi di kantin Fakultas.

Gantar hanya menghela nafas nya "gatau Nara, gagat bingung"

"apa yang buat kamu bingung atuh? kata kamu, kamu udah bareng Aji dari smp kalau kamu cerita tentang Aji kayanya seru banget aku denger, tapi kenapa bisa kaya gini, tiba-tiba banget?" Tanya gadis itu bingung, dengan rangkaian kejadian yang begitu tiba-tiba begini.

[✓] ii. ASTRALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang