•
•
•pukul sebelas dini hari, gerimis mulai membasahi bumi pasundan dengan rintik nya yang menghantarkan Isak tangis pada kediaman yang di depan nya sudah ada bendera kuning.
para lakon semesta yang dirundung duka ini rimpuh, memeluk atma ringkih satu sama lain dengan nayakina yang peluh dengan tangis.
"Larasa, anak ibu paling hebat bangun yu ibu mau peluk Larasa dengan erat" jasad yang tidak bisa terlihat itu sebab raga nya hancur terlindas kuda besi berkecepatan tinggi itu hanya bisa dipeluk petinya.
Disebelahnya ada seseorang yang pernah menjadi patah hati terhebat seorang Larasa, ada ayah yang dengan kencang menangis, isaknya sangat jelas mungkin sebagian orang menyaksikan itu sebagai reaksi mutlak dari seorang ayah yang sangat mencintai gadisnya, namun ternyata yang sebenarnya mutlak adalah sebuah rasa sesal yang menusuk tiap-tiap rongga di dada, menjadikan hati ayah benar-benar hanya kepingan penyesalan sekarang dan demi tuhan ribuan maaf pada tuhan ayah ramalkan, berharap ini semua hanya mimpi dan jika itu terjadi ia akan menjadi ayah untuk putri nya dengan sepenuh hati.
tidak ada ucapan yang bisa ayah ucap, hanya ingin Larasanya itu kembali kehadapannya dan dengan segenap rasa sesalnya ia akan sujud di kaki putri nya itu memohon ampun, dan akan ia deklarasikan bahwa kejadian selama ini benar-benar disesali dengan sepenuh hati oleh ayah.
Namun takdir tuhan sudah begitu penetapan nya, tidak ada kesempatan kedua bagi orang yang sudah pergi tapi ayah tidak ingin terima dengan apa yang terjadi ia harap putri nya akan bangun maka demi tuhan ayah akan memeluk Larasa erat.
di depan ayah, nampak muka diam seorang putra Radipta denyut nya sudah pergi bersama hembusan terakhir seorang Larasa, baru saja tadi ada deklarasi rasa yang saksinya stasiun di sore hari, tapi Larasa kereta mu melaju terlalu cepat.
Fayesha hanya bisa menatap kosong sebuah peti coklat di depan nya, juga pas foto Larasa yang tersenyum bahagia, apakah disana Larasa sudah menemukan damainya? padahal baru saja mau fayesha cipta bumi arya yang bahagia untuk Larasa seorang.
Suara lantunan ayat kursi terus mengiringi Isak tangis, dari depan pintu sudah datang tiga orang dengan pakaian serba hitam, Sangaji, Gantar juga Naraya yang berjalan dengan mata Aji yang sudah bengkak dan Gantar yang bergetar hebat saat menyaksikan peti itu nyata di depan nya.
Naraya hanya bisa mengusap lembut kekasih nya itu, lantas ketiga nya berjalan perlahan menuju peti di tengah-tengah ruangan.
"Gantar, aji putri ibu pergi sama kalian kan? ini bukan putri ibu kan?" tanya nya sesak, pada kedua orang yang jelas ibu tahu teman dekat Larasa.
Gantar bersimpuh, sementara Aji menatap pemandangan itu kelu ia mengeluarkan lagi derai air mata pada kedua netranya, Naraya yang melihat itu hanya bisa mampu terdiam, Gantar terlihat sangat hancur dan dia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengusap punggungnya barangkali ada kekuatan yang bisa ia beri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ii. ASTRALOKA
Roman pour Adolescents❝ kalau ada waktu untuk kembali, mau kembali atau tetap menetap dan melanjutkan nya? ❞ Pertanyaan itu mungkin bisa di jawab mudah bagi seseorang yang sudah mengikhlaskan masalalu nya, namun bagaimana jika belum? © lokarasi ft lintang, 2O22