halaman duapuluh,seorang ayah?

250 27 0
                                    


Jendra berdiri di depan rumah berlantai dua itu, dirinya menunduk menatap sepasang sepatunya yang sedikit kotor

Jendra ragu, untuk menemui sang ayah

Cuaca hari ini juga tidak bagus,gerimis tiba-tiba berubah menjadi hujan dan membasahi seluruh tubuh Jendra

Jendra tak perduli,ia masih tetap berada di posisinya dengan seluruh badan yang sudah basah

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti dengan suara klakson yang menyuruh jendra menyingkir

"Pak,anak itu sepertinya tak mau menyingkir.Saya akan keluar untuk--"

"Saya yang akan keluar"Bara,pria yang ada di dalam mobil memotong perkataan sang sopir

"Anak itu,yang kemarin sama Aruna?"monolognya

"Butuh payung?"tawar sang sopir namun Bara acuh

"Apa yang kamu lakukan di sini?di cuaca hujan kayak gini?"tanya bara

Jendra dengan badan gemetar menoleh,matanya memerah karna menangis

Bara kaget,anak itu bukan yang bersama Aruna kemarin

"Kamu siapa?"Bara bertanya

"Saya perlu bicara dengan yang punya rumah ini"

"Itu rumah saya,ada perlu apa?"

Bara merasa aneh,ia merasa anak di depannya sedikit mirip dirinya

"Sudah melakukan kejahatan pada ibu saya tapi masih bisa bekerja,tidak adil"kata Jendra dengan tangan terkepal

"A-apa maksudmu?"bara tak paham, matanya benar-benar jelas melihat bahwa anak di depannya bukan anak yang bersama Aruna kemarin

Bara tersadar...

"Ini yang di lakukan seorang ayah?"

"Setelah memaksa memperkosa ibu, menghancurkan cita-citanya lalu  pergi tanpa bertanggung jawab dan hidup bahagia?sungguh perbuatan yang keji"Jendra berdecak kesal

"Kamu anakku dan Aruna kan?siapa namamu?!"bara maju menghampiri tapi Jendra mundur untuk menghindar

"Tak perlu tau namaku.Bukankah anda  juga sudah tak perduli padaku dan ibu?.Saat kandungan ibu menginjak duabulan dia hampir  bunuh diri,itu semua karnamu"

Bara bungkam

"Maaf kalau aku tak sopan tapi aku benar-benar benci memiliki ayah Seperti mu,maaf"jendra tak bisa membentak dia hanya kecewa

Air mata bara mengalir "dengar nak,pada saat itu ayah terpaksa pergi"

"Seperti anda,emang pantas di sebut seorang ayah?"tanya Jendra lagi

"Dengar, bagaimanapun juga aku ayahmu dan maaf..ayah bener-bener minta maaf"bara terduduk di depan Jendra tangganya mencekal tangan anaknya

"Ayah belum bisa jadi seorang ayah yang baik, untuk itu tolong beri ayah kesempatan dan kamu boleh tinggal di sini dan meminta apapun pada ayah "

Perlahan Jendra melepaskan cekalan tangan sang ayah "Jendra gak butuh itu"

Bara mendongkak "Namamu Jendra?nama yang indah nak"

Jendra membuang wajah asal,dia ingin menangis karna bara menyebutnya "nak"sebelumnya Aruna tak pernah begitu

"Jendra harus pergi"

"Ini masih hujan, masuk dulu ke dalam rumah ayah ayok"

Jendra terdiam

"Astaga,kepala kamu kenapa?!"tanya bara yang baru menyadari kepala Jendra di perban

"Semoga anda mendapat balasan yang setimpal dengan rasa sakit ibu selama ini"

"Jika ibu memaafkan mu,aku juga akan memaafkanmu,jadi mintalah maaf dari ibu"sambung Jendra








Mampus buat bara.

Selamat  menjalankan ibadah puasa^^sehat-sehat ya all.

𝑫𝒂𝒌𝒔𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒊𝒃𝒖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang