Jendra berdiri di depan rumah berlantai dua itu, dirinya menunduk menatap sepasang sepatunya yang sedikit kotorJendra ragu, untuk menemui sang ayah
Cuaca hari ini juga tidak bagus,gerimis tiba-tiba berubah menjadi hujan dan membasahi seluruh tubuh Jendra
Jendra tak perduli,ia masih tetap berada di posisinya dengan seluruh badan yang sudah basah
Sebuah mobil tiba-tiba berhenti dengan suara klakson yang menyuruh jendra menyingkir
"Pak,anak itu sepertinya tak mau menyingkir.Saya akan keluar untuk--"
"Saya yang akan keluar"Bara,pria yang ada di dalam mobil memotong perkataan sang sopir
"Anak itu,yang kemarin sama Aruna?"monolognya
"Butuh payung?"tawar sang sopir namun Bara acuh
"Apa yang kamu lakukan di sini?di cuaca hujan kayak gini?"tanya bara
Jendra dengan badan gemetar menoleh,matanya memerah karna menangis
Bara kaget,anak itu bukan yang bersama Aruna kemarin
"Kamu siapa?"Bara bertanya
"Saya perlu bicara dengan yang punya rumah ini"
"Itu rumah saya,ada perlu apa?"
Bara merasa aneh,ia merasa anak di depannya sedikit mirip dirinya
"Sudah melakukan kejahatan pada ibu saya tapi masih bisa bekerja,tidak adil"kata Jendra dengan tangan terkepal
"A-apa maksudmu?"bara tak paham, matanya benar-benar jelas melihat bahwa anak di depannya bukan anak yang bersama Aruna kemarin
Bara tersadar...
"Ini yang di lakukan seorang ayah?"
"Setelah memaksa memperkosa ibu, menghancurkan cita-citanya lalu pergi tanpa bertanggung jawab dan hidup bahagia?sungguh perbuatan yang keji"Jendra berdecak kesal
"Kamu anakku dan Aruna kan?siapa namamu?!"bara maju menghampiri tapi Jendra mundur untuk menghindar
"Tak perlu tau namaku.Bukankah anda juga sudah tak perduli padaku dan ibu?.Saat kandungan ibu menginjak duabulan dia hampir bunuh diri,itu semua karnamu"
Bara bungkam
"Maaf kalau aku tak sopan tapi aku benar-benar benci memiliki ayah Seperti mu,maaf"jendra tak bisa membentak dia hanya kecewa
Air mata bara mengalir "dengar nak,pada saat itu ayah terpaksa pergi"
"Seperti anda,emang pantas di sebut seorang ayah?"tanya Jendra lagi
"Dengar, bagaimanapun juga aku ayahmu dan maaf..ayah bener-bener minta maaf"bara terduduk di depan Jendra tangganya mencekal tangan anaknya
"Ayah belum bisa jadi seorang ayah yang baik, untuk itu tolong beri ayah kesempatan dan kamu boleh tinggal di sini dan meminta apapun pada ayah "
Perlahan Jendra melepaskan cekalan tangan sang ayah "Jendra gak butuh itu"
Bara mendongkak "Namamu Jendra?nama yang indah nak"
Jendra membuang wajah asal,dia ingin menangis karna bara menyebutnya "nak"sebelumnya Aruna tak pernah begitu
"Jendra harus pergi"
"Ini masih hujan, masuk dulu ke dalam rumah ayah ayok"
Jendra terdiam
"Astaga,kepala kamu kenapa?!"tanya bara yang baru menyadari kepala Jendra di perban
"Semoga anda mendapat balasan yang setimpal dengan rasa sakit ibu selama ini"
"Jika ibu memaafkan mu,aku juga akan memaafkanmu,jadi mintalah maaf dari ibu"sambung Jendra
Mampus buat bara.
Selamat menjalankan ibadah puasa^^sehat-sehat ya all.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑫𝒂𝒌𝒔𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒊𝒃𝒖
Teen Fiction𝘚𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘑𝘦𝘯𝘥𝘳𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘪𝘣𝘶,𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘣𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘶𝘬𝘢𝘳 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘨𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯--Anak tid...