𝟏. 𝐒𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐚𝐫𝐮

1.1K 93 174
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat tulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Arlena berdiri di depan gerbang SMA Antariksa yang mana merupakan sekolah elit bagi anak-anak kelas menengah ke atas. Rambut hitamnya bergerak seiring dengan kencangnya angin yang berhembus. Tahun terakhir sebagai pelajar kini dia habiskan di sekolah yang berbeda. Tak apa, asalkan dia bisa membalas rasa sakit yang dialami oleh sepupunya, Dara.

"Setahun. Cukup butuh waktu setahun buat bales dendam," tegasnya.

Bunyi bel masuk membuat Arlena bergerak memasuki pelataran sekolah barunya. Anting bintang di telinganya ikut bergoyang ketika dia berjalan. Gadis itu berjalan dengan anggun sampai menjadi sorotan bagi murid SMA Antariksa. Arlena tidak risih karena di sekolah lamanya dulu, dia termasuk primadona sekolah.

"Dia siapa?" tanya seorang bertubuh mungil.

"Gak tau. Gak pernah lihat," sahut temannya.

"Cantik banget," ucap seorang yang tidak Arlena kenal.

Arlena menoleh ke arah laki-laki yang memujinya tadi. "Permisi," ucapnya.

Spontan laki-laki tersebut menganga karena Arlena mengajaknya berbicara. Dia berdehem, "Iㅡiya?"

"Ruang kepala sekolah di sebelah mana, ya?"

"Oh, lo lurus aja terus belok ke kanan. Ada tangga di situ, lo naik ke lantai tiga. Ruang kepala sekolah ada di pojok lantai tiga," jelasnya panjang lebar. Arlena tampak kebingungan dengan penjelasan dari siswa ini, sebuah ide muncul di otaknya.

"Bisa antar gue?" tanya Arlena.

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya kaku. "Oh, biㅡbisa. Ayo," ajaknya.

Dia memimpin jalan dan diikuti Arlena yang berjalan di belakangnya. Selama mereka berjalan, tak ada percakapan sama sekali dari keduanya. Arlena sibuk melihat sekeliling sekolah ini sekaligus menghafal tempat-tempat seperti perpustakaan, laboratorium, dan aula sekolah.

"Murid baru?" tanya laki-laki itu.

Arlena menoleh, "Iya."

Dia melihat pin yang terpasang di jas sekolah milik laki-laki itu. "Anak OSIS?" tanyanya.

"Kok tau?" herannya.

Arlena menunjuk pin dengan dagunya. Laki-laki itu mengikuti arah pandang Arlena lalu membulatkan mulutnya. "Oh, iya. Gue anak OSIS," jawabnya.

"Anggota?"

Laki-laki itu menggeleng, "Ketua."

Arlena manggut-manggut paham. "Keren," pujinya tanpa melihat lawan bicaranya.

"Thanks. Udah sampe," ucapnya seraya berhenti di depan pintu berwarna hitam.

"Makasih," ucap Arlena.

"Sama-sama."

Saat Arlena akan membuka pintu, suara dari laki-laki itu menghentikan kegiatannya.

"Tunggu!"

Arlena berbalik badan, "Hm?"

Laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Arlena. Dia ingin mengajak gadis itu berkenalan. "Gue Saskara. Lo?"

Arlena tersenyum tipis dan ikut menjabat uluran tangan darinya. "Arlena," ucapnya memperkenalkan diri.

"Salam kenal, Arlena," ucapnya ramah.

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang